BAB 9

522K 34.6K 915
                                    

We Don't Talk Anymore - Charlie Puth ft. Selena Gomez

BAB 9

RATU berganti baju di kamar tamu--kamar yang selama dua bulan ini menjadi kamar sementaranya. Terhitung sejak orangtuanya meninggal karena kecelakaan pesawat terbang, sehingga Ratu harus tinggal di rumah sahabat almarhumah ibunya sampai Reon pulang kerja dan menjemputnya pulang bersama.

Lalu dia keluar kamar dan berjalan menuju ruang tengah. Ia meneguk ludah begitu melihat Raja duduk di sofa, berhadapan dengan tv, ponsel menempel di telinganya. Berpura-pura tidak melihat, Ratu duduk di sofa sebrang, menyalakan tv dengan volume kecil.

"Sore ini nggak bisa ... iya, harus jagain Ratu ... apaan lo, Bangke ... nggak jelas ... NGGAK! LO NGGAK BOLEH KE SINI," Ratu berjengit mendengar suara Raja yang naik beberapa oktaf. "Hm ... ya ... besok? Oke, bye."

Raja memutuskan sambungan telepon, lalu melihat ke arah Ratu. Menyentaknya, "Apa?"

Sontak Ratu menunduk. Raja lebih menakutkan dibanding Reon, kakaknya. Uh, bahkan Reon jarang marah padanya.

Suara percakapan di tv hanya menjadi pengisi di ruangan itu. Baik Raja maupun Ratu saling tutup mulut. Hingga Budhe Ratih melewati ruang tengah dan terkejut karena keberadaan Ratu. Budhe Ratih lantas heboh.

"Gusti ... Neng Ratu! Udah lama Budhe nggak lihat," ucap Budhe Ratih dengan binar mata senang. Budhe Ratih adalah pembantu rumah tangga keluarga Raja sejak cowok itu berumur tiga tahun.

Ratu tersenyum, membalas pelukan Budhe Ratih, "Iya, Budhe." Meski sebenarnya lusa kemarin Ratu ada di rumah ini. Budhe memang sering membesar-besarkan sesuatu.

"Mau Budhe buatin makanan apa?" tanya Budhe Ratih setelah mereka selesai berpelukan.

Mendadak, Raja menyahut. "Saya mau dendeng sapi, perkedel, sama sup ayam, Budhe."

Budhe Ratih melotot ke arah Raja. "Nggak, buat Raja nggak ada. Kemarin Budhe dapat amanat dari Bunda. Kalo Raja ngabisin isi kulkas kurang dari seminggu, Raja nggak dapat jatah makan."

Dari gesturnya, menurut pandangan Ratu, Raja hendak protes. Namun saat matanya mengarah pada Ratu, Raja tutup mulut.

"Tapi saya lapar," ucap Raja datar.

"Ketentuan Bunda tetep ketentuan Bunda," tegas Budhe Ratih. Ia kembali menoleh pada Ratu. "Ratu mau makan apa?"

Ratu menjawab sekenanya, lalu Budhe Ratih melenggang senang ke arah dapur meninggalkan Raja dan Ratu berdua. Ratu melihat Raja, tangannya mengusap-usap perut dengan tampang kelaparan.

Baru pertama kalinya Ratu merasa bersalah seperti ini hanya karena makanan.

Ratu sesaat termenung melihat pigura foto yang terpajang di meja, dekat dengan sofa tempatnya duduk. Di sana, Bibi Mitha bersanding dengan almarhumah ibunya, mereka tersenyum bahagia, memakai toga mereka.

"Gimana rasanya?" tanya Raja tiba-tiba.

Sontak Ratu menoleh ke arah Raja. "Hah?"

Raja melihat pigura foto tersebut, membuat Ratu mengerti. Ia tersenyum, kedua kakinya disilangkan.

"Gue ngerasa kalo mereka masih ada. Lo tau, dua bulan bukan waktu yang lama," itu kalimat terpanjang yang pernah Ratu katakan, kalimat yang juga menyakitkan.

Setelahnya Ratu mengira Raja akan menatapnya simpatik, namun perkiraan itu salah.

"Temenin gue makan," pinta Raja.

Bahkan cowok itu tidak mengajaknya untuk ikut makan.

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang