BAB 42

325K 23.9K 2.1K
                                    


One Direction - Olivia

BAB 42

ABANG hari ini lembur, lo pulang sama Raja, ya?

—Reon.

Pesan yang dahulu tampak seperti mimpi buruk bagi Ratu kini menimbulkan efek kupu-kupu berterbangan di perutnya. Wajah Ratu berubah cerah setelah tadinya tampak bosan dengan penjelasan materi oleh gurunya. Tentu hal ini membuat Leoni curiga dan melongok ke layar ponsel yang disembunyikan Ratu di bawah meja. Bukan saja Leoni, Agung juga memperhatikan cewek itu meski dalam diam.

Abang baik banget, deh! Thank a lot.

Sering-sering lembur ya, Bang.

—Ratu.

"Hm, gue membaui sesuatu," bisik Leoni sambil mengamati wajah girang Ratu.

"Kenapa emang?" tanya Ratu berpura-pura polos.

"Biasanya lo nggak segirang ini dapet SMS kayak gitu."

Ratu memutar bola matanya bosan, ia akhirnya menoleh kepada Leoni. Kejadian kemarin malam memang belum ia ceritakan kepada siapapun. Ratu ingin kenangan manis itu hanya disimpan olehnya. Namun tampaknya, Leoni harus Ratu beritahu bahwa keadaan tidak lagi sama.

"Gue membiarkan diri gue suka sama Raja," tukas Ratu langsung.

Di meja belakang, Agung mengeratkan genggaman tangannya. Hatinya seolah terusik, bergemuruh. Sementara Leon, dengan berpangku tangan, melihat ekspresi Agung serta mendengarkan cerita Ratu. Sejak dulu Leon memang pengamat segalanya. Tentang Agung yang menyukai Ratu, Ratu yang menyukai Raja, dan Leoni yang menyukai Agung. Mungkin karena sifatnya ini, Ratu memilih berpisah dengan Leon dan kembali menjadi sahabat.

"Kenapa? Ada apa? Kok tiba-tiba?!" Leoni mendesis sambil menarik Ratu mendekat ke arahnya, "Lo selalu menghindar dari dia, Rat!"

"Santai, Boss," kekeh Ratu, ia pun menjelaskan detail kejadian kemarin malam. Matanya berbinar-binar, senyum manis terulas di bibir Ratu. Bahkan Leoni yang mendengar cerita Ratu pun terlonjak senang dan memeluk temannya dengan bangga.

"Ya ampun, Raja kenapa bisa semanis, selucu, dan semenggemaskan itu?!" tanya Leoni. "Trus tadi kenapa nggak makan siang di tribun gedung A? Katanya lo ke lapangan indoor gedung B!"

"Gue diajak sama Raja ke sana," Ratu tersenyum geli mengingat ekspresi lucu Raja, juga panggilan 'baru' mereka terhadap satu sama lain.

Baru saja Ratu ingin membuka mulut untuk lanjut bercerita, tiba-tiba Agung bangkit dari kursinya dan berjalan dengan langkah dihentakkan. Semua siswa menghentikan aktivitas mereka, bahkan guru yang tengah menjelaskan pun terdiam. Tampaknya Agung terlalu menyeramkan untuk ukuran ketua kelas biasanya.

"Bu, saya izin ke toilet," ucap Agung singkat seraya melenggang pergi. Tak sekalipun cowok itu menatap Ratu.

"Agung kenapa?" tanya Ratu polos sekaligus bingung, tidak biasanya dia jadi temperamental seperti ini. Terakhir kali Ratu melihat Agung seperti itu adalah saat kedua orangtuanya meninggal.

Leon yang sedari tadi terdiam kini angkat bicara, "Lo pikir aja sendiri, Rat."

Malah Leoni sewot, "Loh, Le, kok lo jadi nyolot ke Ratu, sih?"

"Gue nggak nyolot. Cuma mengutarakan fakta," Leon tersenyum kecil sembari menurunkan pandangan ke buku paketnya.

Setelah Agung kembali dari toilet pun, cowok itu tetap tidak menatapnya. Pandangan dingin itu sama sekali tidak menghiraukan eksistensi Ratu. Begitu Ratu berbalik ke meja Agung, cowok itu malah sibuk menulis catatan di papan tulis. Padahal, sama seperti Ratu, Agung memiliki tulisan ceker ayam.

"Agung, lo marah sama gue? Atau gue punya salah sama lo?" tanya Ratu blak-blakan.

Tak ada jawaban, hanya terdengar guratan kasar pulpen Agung dengan kertas. Ratu berbalik ke mejanya lagi. Dia cukup yakin Agung akan mengabaikannya, hingga sebuah gumpalan kertas melayang ke meja Ratu. Menoleh ke belakang, Agung sudah sibuk menulis lagi. Kali ini mungkin dia benar-benar membuat catatan.

Ratu membuka gumpalan itu dan membaca tulisan Agung yang berantakan.

Congrats.

Apa maksud Agung? Kenapa cowok itu mengucapkan selamat untuknya, padahal sekarang mengabaikannya? Apa permainan yang Agung lakukan, sih?

Ratu menarik napas panjang. Kalau seperti itu mau Agung, ya sudah. Ratu tidak memaksa sikap Agung yang aneh. Mungkin cowok itu sedang sensitif akhir-akhir ini.

"Gung," Ratu berbalik. Kali ini, mata cowok itu menatapnya. "Thanks."

Lalu Ratu menghadap ke papan tulis, melakukan hal yang sama dengan Agung—membuat catatan.

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang