BAB 6

560K 37.4K 2.9K
                                    

Skinny Love - Birdy

BAB 6

INI namanya jebakan.

Raja cemberut, tapi tetap patuh saat Bunda menyeretnya ke ruang ketua yayasan. Lupakan mangkuk mie ayam dan minumannya. Kedua hal terindah bagi Raja itu telah dibawa guru terganas tukang ngadu yang bersemayam di kelas XII-IPA-2.

Bahkan Raja belum sempat mengucapkan selamat tinggal pada mereka.

"Bener kamu bikin rusuh di kelas Bu Anandel?" tanya Bunda setelah ia dan Raja duduk berhadapan.

"Aja cuma teriak," jawab Raja, sengaja memakai nama kecilnya; Aja, agar hati Bunda luluh. "Bu Amandel aja yang sensitif. Dikira Aja neriakin dia, baper."

"Ibu Anandel, Raja! Jangan plesetin nama orang," Bunda melotot, "dan jangan sok manis karena Bunda nggak bakal luluh untuk kedua kalinya."

Akhirnya, Raja hanya bisa cemberut dan tutup mulut. Bila marah, Bunda memang menyeramkan. Alisnya yang tebal akan saling tertaut dan mata tajam Bunda menilainya kritis.

"Pak Safiudin beberapa kali nagih hutang mie ayam yang kamu beli ke Bunda," waduh, topik ini lagi-lagi dibahas, "uang jajan kamu nggak cukup?"

"Cukup sih, tapi ..."

Bunda memotong jawaban Raja.

"Kamu ngeganja, ya? Ya Tuhan, Raja! Bunda nggak pernah ngajarin kamu kayak gitu!"

Mendengar tuduhan tak beralasan itu, Raja melotot, "Ya Tuhan Semesta Alam, Bunda! Raja mana bisa ngeganja, dicek golongan darah aja nangis!"

"Itu kan waktu Raja SD," dalih Bunda, lebih tenang.

"Ya Raja kalo disodorin suntikan sekarang paling kabur," bantah Raja, bergidik takut membayangkan jarum suntik menembus kulitnya, mengalir dalam darah ....

Tolong Raja, Ya Tuhan.

"Bunda sekarang nanya serius. Kamu nggak punya uang buat jajan?" tanya Bunda, melepas kacamata yang membuatnya tampak lebih tua dibanding usianya.

Raja terdiam sesaat, canggung.

"Punya," jawab Raja, matanya mengamati globe kecil di sudut meja.

"Trus kenapa ngutang? Mie ayam pula!" Bunda mulai berang.

"Ya gitu deh," jawab Raja tidak jelas.

"Harus ada sebabnya kamu ngutang," tandas Bunda.

Bel tanda masuk jam pelajaran terakhir berdering. Dengan wajah lega, Raja menunjuk pintu keluar. Bunda mendengus dan mengangguk. Raja tahu percakapan tadi akan dibahas lagi nanti, namun untuk sekarang ia bisa bernapas lega.

Raja teringat mie ayamnya yang belum tersentuh di meja kantin.

Buru-buru Raja ke sana, hanya untuk menemukan secarik kertas berisi pesan dari Resta dan Edo. Di samping kertas itu, isi mangkuk mie ayamnya telah terkuras habis. Bahkan sisa-sisa kuah penghabisan tidak tampak setetes pun.

Kayaknya lo bakal telat balik ke kantin. Daripada buang-buang makanan, dosa, makanya kita rela jadi tong sampah pembuangan makanan. He-He-He.

Resta sama Edo, temennya Raja yang paling jelek tiga angkatan.

Raja terkulai di kursi, berteriak dengan nada getir, "KEMBALIKAN MIE AYAM GUAAA!"

Raja lapar.

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang