BAB 21

464K 30.2K 3.2K
                                    

Against the Current - Outsiders

BAB 21

RATU mengetukkan jemari pada permukaan meja, lalu melirik Leoni yang sibuk mencatat materi di papan tulis. Di belakang, Agung dan Leon sibuk bermain game di ponsel Agung. Hanya beberapa anak rajin yang menyimak pelajaran. Ratu sendiri tidak suka menulis bahkan mencatat. Tulisannya lebih jelek dibanding ceker ayam.

Lagi-lagi pikiran Ratu melantur.

Karena Raja.

Setelah mereka berpisah karena berbeda lorong, Ratu akhirnya menyadari kebodohan yang ia buat.

"Le, Le," panggil Ratu panik. "Leoni!"

Leoni berhenti mencatat dan menoleh ke arah Ratu. Tampangnya bloon, persis seperti orang yang baru selesai buang air besar.

"Anterin gue ke toilet," bisik Ratu, "ada yang harus gue ceritain, penting."

Leon dan Agung-bertindak sebagai telinga kelinci-mendongak dari game di ponsel Agung. "Boleh ikut?" tanya Agung.

"Ganti kelamin dulu sana," timpal Ratu.

Kini Leon dan Agung saling tatap, serius. "Ayo ganti."

Ratu menggeplak bahu mereka berdua. "Abis gue dan Leoni pergi, lo berdua ijin fotokopi. Kita ketemu di Lorong Sepi. Cuma lima menit, ngerti?"

Lima menit kemudian mereka bertemu di Lorong Sepi. Lorong yang angker menurut sebagian besar siswa-siswi. Tapi bagi mereka berempat, tempat ini cocok untuk mengobrol tanpa harus diganggu oleh penguping menyebalkan.

"Gue ... gue goblok," buka Ratu dengan wajah frustasi.

"Lho, bukannya emang goblok?" tanya Leon polos.

"Bang Reon kenapa?" tanya Leoni tidak nyambung.

Ratu terbahak, namun suara tawanya seperti dipaksakan. "Bukan, bukan tentang Kak Reon dan terimakasih Leon atas pujiannya."

Leon tersenyum bangga, "Sama-sama, Rat."

"Tapi gue serius, apa yang tadi gue lakuin itu fatal, bego, dan nggak peduli sama konsekuensi," Ratu menatap nyalang lorong sepi ini.

Leon, Leoni, dan Agung saling tatap. Awalnya mereka bingung alasan Ratu sefrustasi ini karena kebodohannya. Mereka semua paham bahwa Ratu adalah tipe orang yang tidak peduli pada efek yang ia timbulkan. Lalu satu kesadaran membuat mereka bertiga serempak menoleh pada Ratu.

"Raja," ucap mereka berbarengan.

Ratu mengangguk sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan. "I'm so messed up."

"Kenapa?" tanya Agung cemas, "dia ngapain lo?"

Kali ini Ratu menggeleng. "Bukan gitu. Cuman gue goblok banget. Gue butuh menginvasi Mars, tinggal di sana dan selamanya bersembunyi dari seorang Raja."

"Kenapa, sih?" Leon mulai sewot.

"Gue suka Raja," jawab Ratu cepat, bahkan tanpa satu tarikan napas.

Ketiga teman Ratu lantas terkejut. Mata mereka melebar dan mulut melongo. Mereka tidak pernah menduga Ratu menyukai Raja, seorang anak dari sahabat almarhumah ibunya yang terkenal dingin dan otoriter. Tidak pernah menduga Ratu yang selalu menjaga jarak pada Raja bisa sampai menyukainya.

Ratu yang melihat reaksi mereka lantas menggigit bibir.

"That's it," tambah Ratu, "gue suka Raja, gue suka Raja, gue suk-"

"Lo tau lo nggak boleh suka dia," desis Leon panik.

Ratu mengangguk cemas. Dia berjalan mondar-mandir dengan tangan bersedekap.

"Tadi gue ngobrol bareng Raja. Dia manis, banget," kata Ratu.

Leoni menimpal. "Dan ganteng."

Ratu mengangguk. "Itu juga."

Agung mendengarkan dalam diam.

"Lo nggak mikirin resikonya?" tanya Leon, terdengar lebih kasar dibanding seharusnya.

Ratu semakin panik. Dia tahu resikonya, sangat tahu. Tapi semakin ia diam, semakin ia menghindar, semakin juga dia tertarik pada Raja. Seolah gaya gravitasi di antara mereka melebihi seharusnya.

"Dia juga bisa tau kalo lo masuk komplotan rahasia," ucap Agung.

"Tapi komplotan rahasia yang sekarang nggak kayak dulu. Lo semua ngerti, kan?" Ratu menggigit bibir bawahnya. "gue tau bukan lagi rahasia umum kalo Raja nggak suka komplotan rahasia ... AH, banyaknya kata rahasia."

Ketiga teman Ratu mendengarkan baik-baik.

"Raja bakal tau gue gabung komplotan rahasia, mungkin udah curiga karena kakak gue, Bang Reon, dulu ketua komplotan. Kalo kita makin deket, akhirnya apa? Gue dan dia saling menyakiti. Prinsip gue dan dia udah beda. Gue suka komplotan rahasia, dia nggak," Ratu menghela napas berat, "totally messed up."

"Kenapa nggak lo coba dulu?" tanya Agung setengah hati, tanpa menatap manik mata Ratu.

"Akhirannya ketebak," timpal Ratu.

"Tapi lo juga nggak bisa selamanya ngelak," balas Leoni.

Ratu diam karena tahu ucapan Leoni sepenuhnya benar.

"Sekarang gini aja, deh," Leon angkat bicara, "lo bisa nggak, berpura-pura kayak nggak ada apa-apa di depan Raja? Maksud gue, Raja nggak bakal tau lo masuk komplotan rahasia kalo lo nggak bilang. Anggota komplotan rahasia saling menjaga. Nggak ada yang bakal membocorkan keanggotaan, kecuali ulah lo sendiri."

"Itu," Ratu semakin geram, "dasar dari sebuah hubungan itu tanpa ada rahasia. Tapi yang bakal gue jalani sama Raja bakal banyak rahasia. Nggak normal. Gue nggak mau. Lebih baik gue bersikap biasa-biasa aja sama dia, walaupun sulit."

"Jadi lo mau gimana, Rat?" tanya Leoni lembut.

Ratu sejenak terdiam, sementara ketiga temannya memperhatikan raut wajahnya yang berubah semakin sendu.

"Gue campakkin Raja," simpul Ratu. Saat Leoni hendak memprotes, Ratu menambahkan, "itu cuma satu-satunya cara aman. Untuk urusan ini, gue nggak bisa main-main. Ini bukan seperti kita kabur dari sekolah dan rame-rame ke Dufan, atau mencet bel pulang sekolah pas jam sepuluh, bukan juga saat kita mengacaukan lomba upacara. Ini beda, hati gue ikut berperan. I'm never ready for this. Never ready to fall in love."

Agung diam, tanpa disadari yang lain, dia menghela napas lega.

R: Raja, Ratu & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang