Teman?

7.1K 526 3
                                    

"KYA!!! PERGI KAU DARI SINI! KAU PEMBUNUH!!" teriak gadis itu.

"maafkan aku, aku tidak berniat menyakitimu, aku hanya memiliki dendam kepada ayahmu, sayang" jawab lelaki itu.

"TAPI KAU TELAH MEMBUNUH IBUKU JUGA "

"maafkan aku, aku ingin memancing amarah ayahmu, maafkan aku sayang, maafkan paman, Felice"

---

"hah... Hah... Hah... " gadis itu terbangun dengan keringat yang banyak.

'mimpi itu lagi, ini sudah setahun, mengapa aku masih memimpikannya' batin gadis itu.

Felice pov

Tak terasa ternyata sinar matahari telah menembus jendela kamarku.

Aku pun berjalan menuju balkon kamarku, dan ku dengar suara burung yang sedang berkicau.

Kulihat ada sepasang burung yang sedang terbang bersama.

"sial" gumamku.

Mengapa aku harus memimpikan hal itu lagi. Aku ingin melupakannya.

Aku pun berjalan menuju kamar mandi.

Membasuh diriku, merasakan betapa segarnya air yang mengalir di tubuhku.

Setelah selesai membasuh tubuhku aku oun bersiap untuk pergi ke sekolah. Aku memang tak memiliki tujuan lain. Hanya dua tempat tujuanku yaitu sekolah dan supermarket. Selain kedua tempat itu adalah makam, tapi aku jarang menuju kesana, karena hanya akan mengingatkanku pada hal itu.

Jika kau bertanya apa tujuanku hidup, jawabanku hanyalah satu. Menunggu maut mendatangiku. Tapi aku tidak ingin bunuh diri. Kau tahu kan hal itu sangatlah bodoh, dan aku tidak sebodoh itu untuk mengakhiri hidupku.

Selain itu tentang sikapku yang dingin. Hal ini karena pamanku, bagaimana mungkin aku sangat menyayanginya, bahkan dia kuanggap ayahku saat ayah kandungku sibuk pada urusan pekerjaannya.

Tapi dia justru membunuh keluargaku. Aku tidak tahu alasannya. Sedangkan ketika aku sendirian teman-temanku justru menjauhiku, karena memiliki paman seorang pembunuh. Teman? Tidak, mereka hanyalah orang bermuka dua. Tidak ada yang namanya teman di dunia ini.

Aku menggelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri agar aku tidak mengingat kejadian itu lagi.

"sarapan... " ucapku kepada diriku sendiri.

Setelah selesai berpakaian. Aku pun berjalan keluar kamar, dan menuruni tangga untuk menuju dapur yang ada dibawah.

Aku tinggal sendirian, dan hanya rumah minimalis ini yang ditinggalkan orang tuaku.

Aku mengambil selembar roti dan ku oleskan selai cokelat diatasnya.

"keseharian yang membosankan, kapan hal ini berakhir" gumamku.

Aku pun langsung mengambil tasku, dan keluar dari rumah. Tak lupa aku mengunci pintu rumahku, walaupun tidak ada barang yang penting, tapi aku tetap ingin berjaga-jaga.

Aku mulai berjalan menuju sekolahku. Jarak rumah ke sekolah tidak lah jauh, kupikir tidak sampai 1 km tapi lebih dari setengah km. Karena itu aku tidak memerlukan kendaraan apapun untuk menuju sekolah. Sedangkan supermarket berdekatan dengan sekolah.

"selamat datang di sekolah" ucap saptam yang mengagetkanku.

Di sekolah ini memiliki kebiasaan tersendiri yaitu mengucapkan selamat datang kepada muridnya ketika memasuku gerbang.

"sudah sampai ya. Mengapa tidak terasa, padahal aku tidak memikirkan apapun" gumamku.

Aku pun berjalan menuju kelas.

I'm WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang