Membayangi Pikiran

4.8K 298 6
                                    

Agnes pov

Aku pun terus memikirkan hal yang terjadi hari ini.

Felice mengucapkan kata-kata yang panjang, dan dia tertawa.

Walaupun pelan.

"Nes! " ucap seseorang dengan mendorong pundakku.

"ah.. Ya?" tanyaku kepada Alex yang telah mendorong pundakku.

"pesan apa? " ucapnya.

"ah... Apa?" tanyaku yang masih tak faham apa maksud Alex.

"kau mau pesan apa?" tanya Alex.

"Ah tidak, kau saja, aku masih tidak nafsu makan hehe" jawabku.

Ya aku memang tidak nafsu makan karena Felice masih menguasai fikiranku.

"kenapa tidak bilang dari tadi, ha!" teriak Alex sambil berdiri "padahal aku sudah sangat lapar sekarang" tambahnya seraya meninggalkan tempat duduk untuk memesan makanan.

Zoe pov

Alex sangat marah karena menunggu Agnes untuk mengucapkan apa yang ingin pesanannya cukup lama , tapi ujung-ujungnya Agnes tidak memesan apa-apa. Kasihan Alex padahal dia sangat lapar saat ini.

Tapi, Agnes cukup diam sekarang. Biasanya dia saat berkumpul sudah memulai cerewetannya, entah saat dia malas mendengarkan guru, entah ketika menulis ujung pensil nya patah, entah tentang Felice yang tidak mendengarkan ucapannya.

Tunggu...

Felice tidak ikut ke kantin sekarang, aku baru tahu. Ya, Felice memang pendiam dan baru saja bergabung beberapa hari yang lalu, jadi ada atau tidaknya dia masih kurang berpengaruh disini.

Tapi, Agnes selalu memaksa Felice untuk ikut dan Felice selalu ikut karena tidak ingin berdebat dengan Agnes, kenapa sekarang Felice tidak ada.

"Hmmm... Agnes??" ucapku.

Tapi Agnes seperti tidak mendengar ucapanku, dia lebih tepatnya melamun dari pada diam kalau begini.

"hey" ucapku sambil memegang pundaknya.

"ah! Apa kak?" ucapnya kaget saat aku memegang pundaknya.

Aku pun menghela nafas.

Lebih baik aku berbicara dengannya, dari pada membiarkannya melamun, bisa gawat kalau werewolf kesambet di depan umum bukan.

"apa kau baik-baik saja?"

"hmmm, ya?! Cukup baik hehe" ucapnya.

"apa kau ada masalah? Atau kau membuat masalah?" tanya ku lagi.

"ah tidak kak, aku hanya memikirkan sesuatu" jawabnya.

"sesuatu atau seseorang?"

"a-apa maksud kak Zoe?" tanyanya balik.

"ya sepertinya kau sedang bermasalah dengan seseorang dan itu Felice, bukan?"

Agnes pov

"Bagaimana kak Zoe tahu?" tanyaku

"tunggu... apa kak Zoe menggunakan kekuatan membaca pikiran sekarang?" curigaku ke kak Zoe.

Bagaimana mungkin kak Zoe tau, padahal aku tidak mengucapkan sepatah kata pun tentang Felice.

"Nes, untuk apa aku menggunakan kekuatan yang menguras energi itu. Kau itu cukup mudah untuk di baca"

"aku tidak percaya padamu kak Zoe. Apa buktinya" desakku lagi sambil melipat kedua tanganku di dada.

"akan ku berikan tiga bukti. Pertama aku tidak pandai berbohong. Kedua, kau biasanya sangat cerewet dan sekarang.... Sepatah kata pun tidak keluar dari mulutmu. Yang ketiga, aku tidak melihat Felice bersamamu sekar-" jelasnya yang langsung ku potong.

"oke oke, aku memang sedang memikirkan Felice, tapi aku bingung kak aku harus apa? " ucapku jujur.

"memangnya kenapa dengan Felice?"

"a-aku seperti melihat kepribadian ganda Felice" jelasku.

"maaf Nes, aku tidak faham"

"aduh kak, gini loh maksud aku it-"

"hoy, nih pesenanmu Zoe" ucap kakakku yang tiba-tiba datang dan memotong ucapanku.

Aku kesal, aku paling kesal ketika ada seseorang yang datang tidak tepat pada waktunya dan memotong ucapanku.

"apa? Kau tidak memesan, ingat!"

Alex mengucapkan kata-kata itu seperti tau bahwa aku sedang kesal melihatnya. Tapi aku kesal bukan karena aku tidak memesan *kalau itu lebih tepatnya aku menyesal*, tapi karena dia memotong ucapanku.

Mendengar dia mengucapkan hal itu, aku hanya memutar kedua mataku, lalu aku menaruh kedua lenganku di meja dan membenamkan wajahku disana.

"apa yang terjadi sih?" tanya Alex kepada Zoe sambil melanjutkan makannya.

"tanyalah adikmu itu"

"ayolah dia tidak akan berbicara kepadaku, kau tau dia pasti marah karena aku memotong pembicaraannya denganmu tadi, kan?!" ucapnya sambil sedikit tertawa.

Aku mendengar ungakapan kejujuran itu aku langsung mengeluarkan wajahku yang dari tadi sudah nyaman di lenganku, dan menatap tajam wajah kakakku itu.

"apa lagi?" tanyanya pura-pura bodoh.

"kalau kau tau kalau aku sedang berbicara dan aku paling tidak suka kalau ada yang memotong pembicaraanku, lalu kenapa kau melakukan hal itu ha!! Kakakku yang pandai!!" ucapku sambil menegaskan kalimat yang terakhir.

"ayolah aku hanya bercanda. Memangnya apa yang kau bicarakan tadi?"

"ah sudahlah! Lebih baik aku menyelesaikan masalahku sekarang" ucapku sambil berdiri.

"memang apa masalahmu?" tanya Alex lagi.
"Kau" tunjukku ke Alex "tak perlu tau" lanjutku.

"hei sobat aoa masalah adekku ini, ayolah aku kan abangnya aku harus tau kan apa masalah adikku" ucap kakakku Alex kepada kak Zoe.

"kak Zoe, jangan pernah kau ceritakan masalahku ini pada siapapun terutama Alex, okeh. Kalau tidak aku tidak akan pernah berbicara padamu" ancamku kepada kak Zoe.

"hei ini tidak adil, ayolah Zoe kau kan sahabat ku dan ini masalah tentang adikku. Ada apa dengannya" tanya Alex kepada Zoe lagi.

"hehehe, sudahlah lagi pula aku juga tidak faham. Lagian, adikmu juga akan menyelesaikannya sendiri" jawab kak Zoe.

"nah gitu dong kak Zoe, sudah, aku tidak mood berada disini, BYE!" ucapku sambil menjauhi tempat duduk.

Aku mau berjalan menuju pintu keluar kantin, tapi aku harus menyelesaikan masalah perutku dulu, baru masalah lain.

Perut kenyang hidup pun senang, bukan.

"baiklah pertama cari roti dulu, lalu Felice" gumamku sambil menjentikkan jariku ke udara.

Tbc....

-----

Hai udah seminggu ya, maaf updatenya lama. Tapi diusahain setiap minggu update.

Makasih yang udah kasih votement nya buat cerita ini, MOODBOOSTER banget loh buat author.

Happy reading

~xoxo~

I'm WerewolfWhere stories live. Discover now