Berangkat Bersama

5.2K 336 5
                                    

Hari pun telah berganti, sinar matahari kembali menerangi bumi.

Gadis itu terbangun seperti tidak seperti biasanya.

Dia terbangun sebelum sinar matahari menyapanya.

Kali ini bukan karena mimpi atau hal buruk apapun.

Tapi ada suatu hal yang masih mengganggu pikirannya.

Yaitu tentang Agnes, dia merasa ada yang janggal.

Pada dasarnya pesulap hanyalah bisa memperlihatkan trik-trik yang ajaib, atau melakukan hal di luar kemampuan manusia biasa, atau menghipnotis orang untuk mengetahui masa lalu/ masalah yang sedang dialaminya.

Tapi dia, Agnes. Bagaimana bisa membaca ia masa lalu nya tanpa ada hipnotis.

Felice pov

Bagaimana dia bisa tau. Trik apa yang ia gunakan, apakah se-profesional itukah dia.

Apakah dia penyihir? Arrgh Felice, ayolah ini abad 21, mana ada hal yang seperti itu.

Tapi dia hanya menatapku sekilas, bagaimana dia tau?

"Lupakanlah, tidak penting. Hal ini hanya akan membuatmu migrain, Felice." gumamku.

Aku pun segera melakukan rutinitas pagiku, seperti mandi, sarapan, dan menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah.

Ting Tong

Suara bel pintu mengagetkanku.

Apakah itu penagih uang sampah atau penagih listrik? Tapi sekarang kan bukan bulan baru.

Oh ya, kalian jangan kaget kenapa aku mempunyai uang untuk kehidupanku. Kalian pasti sudah tau, kebanyakan orang tua sudah mempersiapkan masa depan anaknya.

Uang tabungan keluargaku cukup banyak untuk kehidupanku sampai 10 tahun kedepan karena orang tuaku selalu hidup hemat dengan uang yang cukup banyak, dan masalah biaya sekolah, aku mendapat keringanan dari sekolah dan sisanya adalah perusahaan ayahku yang mengatakan bahwa ini sebagai tanda jasa, dan satu hal lagi, ibuku memiliki butik yang cukup ramai pembeli di luar kota. Aku hanya perlu memeriksanya dari sini seminggu sekali untuk menyetok pakaian baru dan uangnya sudah otomatis masuk ke dalam rekeningku.

Kembali ke bel pintu rumahku.

Aku pun berjalan membuka pintu rumahku dan ketika aku membukanya ada seorang gadis yang menyapaku dengan... senyuman.

"Hai Felice, ayo berangkat" ucap Agnes.

Aku hanya menunjukkan wajah pokerku "kenapa disini?" tanyaku.

"ayolah, kita kan teman aku akan menjemput dan mengantarmu pulang"

"untuk apa?"

"kita kan teman"

"oh ya?"

"ayolah kau sudah berjanji akan menyingkirkan sikap dinginmu itu" ucao Agnes dengan melipat kedua tangannya.

"maaf, kebiasaan" ucapku sambil mengangkat kedua bahuku.

"aku mulai membencimu"

"terserah"

"ayolah aku hanya bercanda"

Tin Tin...

Suara klakson mobil ikut meramaikan pembicaraanku dengan Agnes.

"ayolah aku paling benci menunggu" ucap seorang lelaki dari kursi sopir yang tidak lain adalah Alex.

"ayo Felice, kita berangkat" ajak Agnes lagi.

"tinggalkan aku, aku bisa berangkat sendiri" jawabku.

"hei, aku sudah sampai sini dan kau-"

"aku tidak menyuruhmu kesini" selaku.

"tidak kau harus ke sekolah denganku" Agnes pun menarikku ke luar dan ia masuk ke dalam rumahku untuk mengambil tasku "nah tasmu, sekarang kuncilah rumahmu dan kita berangkat"

"aku terbiasa berjalan" ucapku sambil membawa tasku dan mengunci pintu rumah.

"ayolah, itu melelahkan"

"tapi menyehatkan"

"baiklah kalau begitu, kau dan aku berjalan, biarkan mereka berangkat duluan" ucapnya dan kemudian ia membalikkan badannya dan "HEY!! AKU AKAN JALAN DENGANNYA, DULUANLAH" teriaknya ke arah mobil.

"Dasar! LALU MENGAPA AKU MENUNGGU!" jawab Alex kesal.

"ayo jalan" ucap Agnes yang tak menghiraukan teriakan Alex.

"pergilah"

"iya ini aku pergi ke sekolah, bersamamu"

"pergilah dariku"

"ayolah ini kehidupan nyata bukan drama atau sinetron. Kalimatmu seperti drama saja"

"perlakuanmu itu yang seperti drama" ucapku sambil tersenyum sinis.

"hey, kau tersenyum"

"bedakan mana tersenyum, mana menyindir"

"biarlah, yang penting kau sudah bisa tersenyum. Karena aku takut wajahmu itu oplas, sehingga kau tidak bisa membuka mulut mu lebih dari 1cm"

"ada-ada saja kau ini" ucapku seraya tertawa kecil.

"hey kau tertawa, aku tau itu" ucap Agnes

Tunggu, aku tertawa. Ya memang aku mengakuinya tadi aku tertawa, sedikit, hanya sedikit.

"cih" ucapku sinis sambil mulai berjalan menjauhi rumah dan menuju sekolah.

"hey jangan tinggalkan aku" teriaknya di belakang.

Aku mengacuhkannya dan terus berjalan ke depan.

Ia pun menyamai langkahku "Fel, tadi kamu ketawakan"

"hmmm" jawabku.

"tadi kau tersenyum juga kan?"

"hmmm"

"Kita berteman kan?"

"hmmm"

"kenapa kau suka menyendiri?"

"hmmm"

"hmmmm.... Apakah kamu memiliki keinginan untuk menjadi ceria seperti dulu?"

"hmmm"

"bisakah kau mengucapkan selain kata 'hmmm'?" tanyanya.

Aku pun berhenti mendengarkan pertanyaannya yang terakhir dan ia pun berhenti juga.

"apa ada yang ingin kau katakan? Selain kata 'hmmm' tentunya" tanyanya sekali lagi.
1 detik
.
.
.
.
.
2 detik
.
.
.
.
.
3 detik
.
.
.
.

"Bisakah kau diam" ucapku dengan menatap lurus matanya "aku butuh ketenangan" lanjutku.

"ah... Hmmm.. I- itu... Huffft..... O-oke" jawabnya sambil menghela nafas.

Tbc

-----

Holla, maaf ya gak bisa update.

Dan author mau ngasih INFO kalo author untuk 2 MINGGU KEDEPAN I'M WEREWOLF GAK BISA UPDATE karena author ada ujian, harap pengertiannya ya 🙏

Maaf kalo slow update, dan makasih udah jadi pembaca setia cerita author yang satu ini 😅

xoxo

I'm WerewolfWhere stories live. Discover now