First : Senior High School

1.2K 73 13
                                    

"Mbak Arin bangun, mbak." teriak seorang pembantu paruh baya sambil menggedor gedor pintu kamar yang bertuliskan "ARINTA".

      Tak ada jawaban dari penghuni kamar tersebut. Mbok Sinah. Pembantu keluarga Nugraha ini menggedor kembali pintu Arinta sambil berteriak.
"Mbak, bangun udah jam 6 lebih 15, mbak."

    Suara gedoran pintu dan teriakan Mbok sinah yang semakin kencang akhirnya berhasil membangunkan gadis 16 tahun itu. Arin mengerjapkan matanya. Kemudian melirik jam digital berbentuk Arc de Triomphe, salah satu bangunan terkenal di Paris.

     6.15.

"AAAAAA!!! GUE TELATT!!" Arin berteriak dengan suara cemprengnya yang khas.

       Tak mau berlama lama, Arin langsung menuju kamar mandi yang terakses langsung di dalam kamarnya. Sekedar membasuh wajah dan menggosok gigi, Arin keluar dari kamar mandi.

Ah biarin gak mandi. Lagian gue masih wangi juga. Kalo mandi, mampus deh. Kira kira begitu pikir Arin.

       Setelah itu Arin mengenakan seragam putih abu abu yang masih baru, bau pabrik. Memakai snapback berwarna biru gelap yang bertuliskan "New York" di kepalanya dengan posisi terbalik. Diambil tas ransel birunya kemudian ia sampirkan di bahu kanannya.

     Arin pun turun dari kamarnya yang berada di lantai dua. Terlihat Mbok Sinah yang sudah siap dengan kotak bekal berwarna biru yang berisikan roti tawar isi nutela kesukaan Arin.

"Ini mbak rotinya buat bekal. Nanti kalo sarapan mbak Arin bisa lebih telat." ucap Mbok Sinah sambil memberikan kotak bekal itu pada Arin.

"Iya mbok makasih. Terus maaf ya tadi susah di banguninnya. Soalnya tadi malem ribet sama persiapan MOS hari ini." balas Arin sambil mengulum senyum manis di pipinya dan terlihatlah lesung pipi itu.

"Iya mbak nggak apa apa. Sekarang Mbak Arin cepat berangkat. Sudah di tunggu Mang Dirman di depan."

       Arin melirik arloji biru yang melingkar di tangan kirinya. Yah memang Arin sangat suka dengan barang barang berwarna biru. Biru adalah warna favoritnya.

6.45

     Lima belas menit lagi gerbang sekolahnya akan ditutup. Tak mau berlama lama, Arin pamit ke Mbok Sinah. "Duh udah telat nih. Berangkat, mbok. Assalamualaikum."
Dengan terburu buru, Arin melangkahkan kakinya menuju keluar rumah.

"Waalaikumsalam. Hati hati, mbak." jawab Mbok Sinah setengah berteriak karena Arin sudah hampir keluar rumah.

      Arin mengacungkan jempolnya. Menutup pintu kemudian naik ke mobil mini cooper berwarna putih dengan garis merah putih biru di bagian tengahnya. Mobil itu meninggalkan rumah Arin dan menuju ke sekolah baru Arin.

♪♪♪

        Di sinilah Arin sekarang. Di depan pintu gerbang sekolah yang amat mewah. Di samping gerbang itu bertuliskan "SMA Galaksi". Salah satu sekolah ternama di seantero ibu kota. Sekolah swasta dengan segudang prestasi yang bahkan bisa mengalahkan sekolah negeri.

        Setelah mengamati sejenak sekolah ini, bel pun berbunyi. Arin pun buru buru masuk kedalam sekolah itu tak mau kalau nantinya hari pertamanya akan rusak karena terlambat.

      Arin mencari cari namanya di mading. Matanya menelusuri seluruh nama yang jumlahnya ratusan. Setelah 3 lembar daftar nama ia lihat, akhirnya namanya ketemu. Arinta Vellecia Nugraha. X-IPA-1.

      Karena tidak terpikir untuk melihat letak kelas melalui denah sekolah, Arin langsung menyusuri setiap koridor di sekolah yang gedenya naudubilleh itu. Setelah di lantai 1 tidak ketemu, Arin pun langsung naik ke lantai 2. Berjarak 3 kelas dari tangga, ia melihat tulisan "X-IPA-1". Arin langsung berlari karena keadaan koridor sudah sedikit sepi. Beberapa siswa siswi sudah masuk ke dalam kelas.

Arinta's StoryWo Geschichten leben. Entdecke jetzt