Twenty Seventh : Accident

280 25 1
                                    


     Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, sekarang Nando sudah usai menjalani UN-nya dan Arin juga sudah selesai dengan UAS-nya. Dan minggu depan sekolah Arin akan mengadakan promnite. Untuk promnite kali ini, setiap kelas diwajibkan ada 1 yang menjadi perwakilan untuk menampilkan sesuatu. Apakah itu bernyanyi, dance, stand up comedy, atau yang lainnya. Dan untuk kelas Arin, Arinlah yang menjadi perwakilan. Mengingat suara emas Arin dan bakatnya dalam bermain alat musik, kelas Arin tidak ambil pusing untuk memilih Arin. Meskipun awalnya Arin menolak.

    Sekarang, Arin sedang berkumpul di aula dengan anak anak lain yang menjadi perwakilan kelasnya. Ia duduk di salah satu kursi bersama Vira-perwakilan X-IPA-4.

"Vir, lo ntar milih nyanyi yang mana?" tanya Arin memulai pembicaraan. Dalam menyanyi dibagi menjadi 3 kategori, band, solo, atau duet.

"Gatau gue. Abisan anak anak pada maksa gue. Gue jadi bingung" ucap Vira.

Arin tertawa renyah,"Gimana kalo duet? Ntar sama gue aja" ajak Arin.

"Hmm. Boleh boleh" jawab Vira sambil manggut manggut.

"Perhatian untuk semua anak yang menjadi perwakilan setiap kelasnya untuk mendekat ke arah podium" ucap Dimas—ketua Osis pengganti Nando.

    Semua murid yang menjadi perwakilan pun mendekat ke dekat podium.

"Oke disini gue bakal jelasin akan ada apa aja nanti buat acara promnite. Ntar bakal ada penampilan dari anak anak padus, dance, tari, band sekolah, juga teater. Tapi, itu masih kurang. Jadi kalian yang akan mengisi kekurangan itu. Ntar kalian bisa ngikut di salah satunya. Oh ya, khusus untuk yang nyanyi ada 3 pilihan. Yang pertama solo, terus duet,terus satunya lagi band. Itu dulu yang bisa gue kasih tau ke kalian. Ada pertanyaan?" ucap Dimas. Semua anak itu hanya diam dan mengangguk paham.

"Oke. Sekarang kalian boleh bubar dan menuju bagian yang kalian pilih masing masing" ucap Dimas lalu turun dari podium.

    Beberapa anak langsung menuju ke tempat yang mereka pilih. Begitu juga dengan Arin dan Vira. Langsung menuju ke bagian nyanyi duet. Mata Arin terbelalak lebar melihat sosok yang selama ini berusaha ia jauhi juga berada di barisan yang sama dengannya, Rakha.

"Vir, yang ngewakilan X-IPA-5 siapa?" tanya Arin gugup.

"Rakha" jawab Vira singkat.

"What the he—"

"Kenapa Rin?"tanya Vira.

"Gapapa kok" jawab Arin sambil geleng geleng. "Btw kok bisa?" tanyanya.

"Jadi gue denger denger gini, waktu itu Ipa-5 pada nggak ada yang mau ngewakilin. Sampe rusuh gitu katanya. Terus, si Romi—teman sebangku Rakha, nyaranin buat Rakha aja yang ngewakilin. Rakha yang katanya saat itu abis tidur dan nyawanya belum kumpul, cuma nge-iyain aja. Awalnya pas dia sadar, dia gamau. Lo tau lah Rakha gimana. Tapi akhirnya dia mau juga. Kata Romi sih, Rakha itu jago main piano. Gue ragu" jelas Vira panjang lebar.

Dia emang jago banget main piano. Dan permainan dia selalu berhasil buat gue terkagum kagum. Batin Arin.

"Oh" jawab Arin sambil manggut manggut.

"Hai temen temen, gue minta perhatiannya sebentar" suara Devi menginterupsi.

"Oke, buat kalian yang udah milih duet, gue bakal jelasin aturannya. Pertama, untuk pasangan duet, kalian akan mengambil nomer dalam kotak ini" Devi menunjuk sebuah kotak kecil berwarna biru.

"Nomer yang sama itu akan menjadi pasangan duet kalian. Tolong gaada protes, karena ini nggak bisa di ganggu gugat" semua mulai berbisik-bisik ria. Tak terkecuali Arin dan Vira yang takut nanti tidak mendapat nomor yang sama.

Arinta's StoryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora