Eleventh : Talisman

325 37 0
                                    


"Arin sudah siap?" tanya Bu Sekar.

Hari ini Arin akan mengikuti olimpiade fisika tingkat provinsi. Kemampuan Arin di bidang eksakta memang tak perlu diragukan. Apalagi dalam pelajaran fisika. Meskipun sebenarnya Arin tidak begitu menyukai fisika. Tapi, pak Didik selaku guru fisika Arin, mengikutkannya dalam kompetisi olimpiade tingkat kota. Dan dia lolos, membuatnya harus mengikuti olimpiade tingkat provinsi.

"Sudah bu" jawab Arin mantap. Meskipun terkadang ada beberapa materi yang sedikit membuatnya bingung tapi kali ini dia yakin karena ia sudah berlatih matang matang. Apalagi terkadang saat Arin bertemu Nando di perpustakaan ia mengajari Arin. Malah terkadang Rakha mengajarinya saat kebetulan bertemu di ruang musik. Ya walaupun kata kata pedas atau menyebalkan keluar dari mulut Rakha.

Arin masih belum mengerti apa tujuan Rakha menyembunyikan kecerdasannya. Rakha selalu mendapat nilai yang bisa dibilang-hancur saat ulangan. Arin tau itu. Padahal ia sebenarnya sangat jenius.

"Baiklah ayo kita berangkat. Sudah di tunggu pak Didik di depan" kata Bu Sekar.

"Baik bu" jawab Arin sambil mengangguk. Arin dan bu Sekar pun berjalan beriringan dengan bu Sekar melawati koridor.

Arin mendapati sosok Nando yang berjalan ke arah Arin dan bu Sekar. Sekarang semakin dekat. Nando berhenti di hadapan Arin dan bu Sekar. Nando pun salim ke bu Sekar. Bu Sekar tersenyum ke Nando. Jelas. Nando adalah salah satu murid kesayangan bu Sekar. Secara dia anak olimpiade yang dibimbing bu Sekar.

"Eh Rin good luck ya! Semoga lo bisa menang!" ucap Rakha dengan senyum manisnya sambil menepuk nepuk bahu Arin.

Kak lo manis banget sumpah. Batin Arin.

"Eh iya kak. Makasih" ucap Arin dengan senyum manis yang mengembang di wajahnya, terlihatlah lesung pipi itu. Nando juga tersenyum kemudian berlalu meninggalkan Arin dan bu Sekar.

♪♪♪

Arin duduk di sebuah kursi sambil menunggu bu Sekar dan pak Didik yang masih mengurus regristasi ulang. Arin sedikit merasa sedikit grogi melihat saingannya yang terlihat nerd dan benar benar jenius. Arin memang bisa dibilang-jenius, tapi dia bukan seorang nerd.

Drrtdrrttdrrtt.

Hp Arin bergetar. Ada sms masuk. Di bukanya lookscreen hp itu.

1 message from Rakha Kutub.

Itu sms dari Rakha. Arin memang sengaja memberikan nama kontak itu untuk Rakha. Karena menurutnya itu pas. Rakha yang dingin. Kaya dinginnya kutub kutub bumi.

Arin mengernyitkan keningnya. Tumben Rakha sms. Dibukanya sms itu.

Rakha kutub : Lo jangan grogi bego. Lo pasti menang.

"Bisa kan ga pakek kata 'bego'?" tanya Arin sambil memutar bola matanya.

Arin tersadar akan sesuatu. Bagaimana Rakha bisa tahu dirinya sedang grogi saat ini. Arin mengedarkan pandangannya di aula dinas pendidikan ini. Tidak disangka, mata Arin menangkap keberadaan Rakha di luar jendela dekat pintu masuk. Rakha sedang melihatnya di balik kaca bening jendela itu. Arin pun membalas sms Rakha.

To Rakha kutub : lo ngapain disitu? Lo nggak sekolah apa?

Sent.

1 message.

Rakha kutub : terserah gue. Cepet keluar!

Arin menaikkan alisnya sambil menatap ke arah Rakha. Rakha memberikan tatapan tajam dan mematikan miliknya. Dan mau tidak mau Arin pun mengikuti 'perintah' Rakha. Arin berjalan keluar aula itu untuk menemui Rakha.

Arinta's StoryWo Geschichten leben. Entdecke jetzt