Sixteenth : Other Side

307 34 0
                                    

Setelah tiga hari di rumah sakit, akhirnya hari ini Arin sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Dan sekarang Arin sedang mengemasi barang barangnya sambil menunggu Citra yang masih mengambil raportnya, juga milik Arin.

Ceklek. Pintu kamar terbuka. Dan menampakkan Citra dengan seragam putih abu abunya.

"Udah pulang, Cit? Gimana hasil raportnya?" tanya Arin yang duduk di sofa. Citra pun ikut duduk di sofa sebelah Arin.

Citra pun memberikan raport Arin pada Arin. "Nih, lo peringkat 1, dan itu peringkat pararel. Dari semua kelas. Udah gue duga sih sebelumnya. Gue ga kaget" ucap Citra.

"Alhamdullilah. Kalo lo gimana hasilnya?" tanya Arin.

"Gue sih standard. Nggak jelek jelek amat dan ga bagus bagus amat" ucap Citra. Kemudian Arin hanya ber-oh-ria.

"Gue udah selesai nih. Balik yuk. Tadi gue juga udah nyelesein administrasinya, jadi bisa langsung pulang. Terus gue juga udah nelfon mang Dirman"

"Yaudah deh, yuk. Sini gue bawain tas lo" ucap Citra sembari berdiri dan mengambil tas bawaan Arin.

"Makasih ya, Cit" ucap Arin dengan senyum manis yang mengembang di wajah dengan lesung pipi itu.

♪♪♪


Sore itu, Arin sedang duduk dipinggiran kolam renangnya sambil memetik senar gitar yang ada di pangkuannya. Kemudian berhenti. Ia merasa bosan sendirian. Citra sedang berada di rumah neneknya di Malang untuk satu minggu ke depan untuk berlibur.

Sedangkan Arin, hanya berdiam dirumah. Ia mendapatkan kabar kalau orang tuanya baru pulang ke Indonesia saat tahun baru. Dan itu juga sekitar satu minggu lebih lagi.

Hari minggu yang membosankan. Batin Arin

Arin ingat kalau dia belum mengucapkan terima kasih pada Rakha karena sudah menolongnya. Arin pun meraih hpnya dan mencari kontak Rakha. Setelah ketemu, ia menekan tombol hijau.

Tuuuut.. Telefon tersambung.

"Halo? Rak?"sapa Arin.

"Hm?" jawab orang diseberang.

"Emm. Anu..." ucap Arin menggantungkan perkataannya.

"Rakha,maaf tapi mama dan papa harus pergi" Arin mendengar suara itu samar samar lalu mengernyitkan dahinya.

"Rak? Lo masih disana?"tanya Arin.

"Gue boleh nggak kerumah lo sekarang?" tanya Rakha tiba tiba.

"Ha?" tanya Arin memastikan.

"Boleh gak?" tanya Rakha lagi dengan nada yang mungkin-sedikit kesal?

Arin berfikir sejenak. Mungkin tak apa, lagipula Arin bosan sendirian di rumahnya yang besar itu.

"Iya deh gapapa" jawab Arin lalu.... Tut tut tut. Sambungan telefon terputus. Arin hanya menghela nafasnya melihat tingkah Rakha.

Sekitar lima belas menit Arin duduk di pinggiran kolam sekarang ia merasa bosan. Arin berdiri dan beranjak menuju ruang musik rumahnya.

Arin masuk kedalam ruangan itu. Sebenarnya disana hanya ada grandpiano, 2 gitar akustik, dan biola saja. Tapi Arin menyebutnya sebagai ruang musik pribadi.

Arinta's StoryWhere stories live. Discover now