BAB 18 (Sedalam itu)

66K 8.6K 318
                                    

[Lagunya terlalu pas! Not in that way - Sam Smith. Dengarkan dan resapi ceritanya!]

Dia berubah. Kali ini jauh lebih mengerikan dari yang pernah kulihat. Setelah ijin satu hari untuk mengantarkan ibunya menuju tempat peristirahatan yang terakhir, pagi ini dia datang membawa hawa menyeramkan yang membuat tidak hanya aku, tapi juga temen-temanku, para residen dan perawat-perawat menatap bingung ke arahnya.

Sebenarnya kalau sekilas dilihat dia baik-baik saja. I know, itu hanya pura-pura. Palsu. Aku tahu dia sedang terpuruk. Inilah titik terjatuhnya selama 29 tahun dia hidup di dunia ini.

Dia tetap follow up seperti biasa, tapi dari gesturnya terasa sangat berbeda. Dia terlihat seperti... sangat terburu-buru. Sampai beberapa barang yang dia pegang terjatuh atau tanpa sengaja aku melihat dia menabrak benda-benda di sekelilingnya. Dia linglung. Matanya kosong. Mungkin juga pikirannya.

Dokter Poppy gelisah menatap sahabatnya itu seperti orang yang kehilangan arah. "Kenapa dia harus masuk sih hari ini?"

"Yah, kamu tahulah gimana dia, Pop. Ada masalah atau nggak ada masalah, selalu pura-pura baik-baik saja," kata dokter Chandra yang berdiri di sebelah dokter Poppy.

Aku yang mendengar percakapan mereka di balik meja nurse station agak terkejut. Ternyata tidak hanya aku yang tahu bahwa dia sering berpura-pura, tapi semua yang mengenalnya dengan baik juga tahu itu.

"Iya sih, Bang. Tapi kali ini aku agak khawatir ya," Dokter Poppy menggigit bibir bawahnya. Ada kecemasan yang besar tampak dari raut wajahnya.

"We should talk to him. Dia harus istirahat, kalau tidak dia...,"

GUBRAAAKK!!!

Aku menoleh ke sumber suara dan kaget setengah mati melihat apa yang terjadi.

"Astaga Adit!" Dokter Poppy langsung berlari membantu dokter Adit yang jatuh tersungkur di lantai. Begitu juga dokter Chandra.

Dokter Adit baru saja menabrak meja dorong tempat para perawat meletakkan alat-alat medisnya saat tugas keliling dari satu kamar ke kamar lain. Dia terjatuh namun tak lama kemudian berusaha untuk bangkit sendiri.

Tangannya menipis bantuan tangan dari dokter Poppy. "Saya bisa sendiri," katanya ketus. Ada kilatan amarah di kedua matanya yang sayu. Entah dia marah dengan siapa. Mungkin dengan dirinya sendiri.

"Dit, you look so pale. Lo harus istirahat," Dokter Poppy terlihat semakin khawatir.

"I'm okay,"

"No, you're not! Poppy benar, kamu nggak bisa kerja kayak gini," Dokter Chandra ikut menimpali.

"I'm okay," katanya mengulang kalimat yang sama.

"Dit...,"

"Should i repeat my words again?" Dokter Adit seperti memberi penekanan pada setiap kata-katanya. "I'm okay!" Dengan emosi yang seperti hampir meledak dia pergi meninggalkan kedua temannya dalam keadaan mulut menganga sempurna.

"Gue kasihan deh ngelihat dia begitu," kata Raina yang entah sejak kapan muncul bersama teman-temanku yang lain di belakangku.

Ocha menyandarkan kepalanya di bahuku. "Dedikasinya terlalu tinggi sama rumah sakit,"

"KALAU GUE JADI DIA, PASTI GUE MANFAATIN BUAT LEHA-LEHA DI RUMAH SATU MINGGU," celetuk Uti membuat kami berempat melotot ke arahnya.

"Emang sinting lo ya, nyokap lo mati mana bisa lo leha-leha di rumah, Uti!" Raina menyambar dengan penuh emosi. "Otak lo dibenerin dikit kek!"

Internal LoveWhere stories live. Discover now