BAB 24 (Ada Apa dengan Dia?)

63.5K 7.5K 313
                                    



[Nares band—mash up OST. Ada Apa dengan Cinta. Happy reading!]

Aku belum bisa mempercayai takdir Tuhan yang sebegitu hebatnya. Coba bayangkan, bagaimana mungkin aku yang awalnya sama sekali tidak bisa ke Jogja, lalu tiba-tiba mendapatkan waktu luang untuk ke kota ini, kemudian mendapatkan musibah besar berupa tabrakan beruntun, sampai akhirnya takdir membawaku ke rumah sakit ini, dan ternyata disini aku bisa menemukan dia yang selama ini ingin kucari?

Aku bahkan kesulitan bernapas saat memikirkannya. Mungkin kalau ini sebuah sinetron, orang pasti akan langsung meninggalkannya karena dirasa sangat tidak masuk akal. Sangat drama. Sangat... non sense!

Untung saja tidak ditambah aku yang amnesia. Ck!

Berkali-kali aku mencoba menajamkan penglihatanku dan wujudnya sama sekali tidak berubah. Aku sempat berpikir ini hanya halusinasi akibat benturan pada kepalaku saat taksi tadi terjungkir. Tapi nyatanya, sosok itu justru semakin terasa benar.

Dia gadis itu. Gadis yang sama dengan gadis yang kukenal 5 tahun yang lalu. Hanya saja, dia jadi lebih berani dan galak.

"Bapak korban, bukan?" bentaknya pada seorang pria berbadan kekar berusia sekitar separuh abad yang sedari tadi menganggu kerjanya di IGD ini.

"Bukan, tapi saya...,"

"Kalau bukan tolong tunggu di depan!"

"Itu keluarga saya...,"

"IYA SAYA TAHU! SAYA PASTI AKAN BANTU KELUARGA BAPAK!"

"HEH, ANDA JANGAN KURANG AJAR YA! SAYA INI MANTAN POLISI!"

"Pak, saya tidak peduli Bapak ini mantan polisi atau jendral sekalian! Saya hanya tidak bisa kalau bekerja diganggu oleh orang-orang seperti Bapak!"

"KAMU BISA SAYA LAPORKAN KE POLISI!"

"Silahkan! Saya tidak takut!"

"BAIK SAYA AKAN—"

"SAYA MERASA BENAR DAN SAYA TIDAK TAKUT!"

Mataku mengerjap-ngerjap tidak percaya. Dia benar-benar sudah berubah. Lebih kuat. Lebih tangguh. Aku sampai tertawa kecil sangking takjubnya.

Waktu menunjukkan pukul 02.00 WIB. Sebentar lagi subuh. Suasana IGD pun sudah lebih stabil. Aku mendapatkan data dari perawat yang sedang bertugas, dari 15 korban yang dibawa ke IGD ini, 6 dinyatakan meninggal dunia, 3 perlu perawatan intensif di ICU, dan sisanya hanya luka ringan sampai sedang. Itu belum termasuk aku di dalamnya.

Aku melihatnya sedang sibuk menulis laporan jaganya pada sebuah buku di nurse station. Aku menghampiri dan bersandar pada meja nurse station sambil memandangnya lebih dekat. "Sibuk, Dok?" tanyaku iseng.

Dia tidak menoleh sama sekali. "Menurut Anda?" tanyanya balik dengan mata yang tetap fokus pada tulisannya.

"Banyak ya yang harus dilaporkan?"

"Much! Uncountable! Pusing saya kalau seperti ini. Mendadak banget ada kecelakaan di dekat sini. Harusnya, kan, bilang-bilang dulu kalau mau kecelakaan!"

Aku tertawa kecil mendengarnya. Kalau kesal, dia lucu juga. "Masa kecelakaan harus bilang-bilang dulu, Dok? 'Permisi Dok, saya mau kecelakaan, nanti saya silahturahmi ya ke IGD'. Masa gitu?"

Aku berusaha untuk bergurau, tapi ternyata waktunya tidak tepat.

Dia berhenti menulis. Lalu kepalanya menoleh padaku. "Anda mengganggu sekali ya? Sebaiknya Anda keluar sekarang!" bentaknya dengan ekspresi yang sangat marah.

Internal LoveWhere stories live. Discover now