15] PESTA

11.3K 1.3K 1K
                                    

Losta Connecta by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

***

Sabtu ini Risa tidak berangkat ekskul, Nala bilang sorenya mereka berdua akan berbelanja. Tanpa Ibu, Nala seperti penggantinya sekarang, dia yang mengurusi keperluan rumah. Aku bangga dengan adikku, walau dia masih berumur belia, tetapi sudah punya pikiran dewasa. Risa juga akrab dengannya sehingga mereka memang sering ke luar bersama. Risa suka bawa mobil Bang Rian kalau kakak sulungnya itu sedang tidak menggunakannya. Aku sudah bilang Nala, kalau Risa harus tampil cantik di pesta ulang tahun Ratna, nanti. Adikku bilang, "beres!"

Sementara itu, aku sudah berada di ekskul anggar. Sekarang dari kelas sepuluh yang hadir cuma empat anak. Kina tidak hadir, Ike juga tidak hadir. Sehingga hanya, aku, Erna, Cakra dan Yuni yang membimbing ke empat anak itu selagi tidak ada mentor.

Tentu saja, aku mengajari Hana. Aku senang sekali. Dia sekarang sudah bisa pegang pedang.

"Seperti ini?" tanya dia menunjukkan cara memegang pedangnya.

"Tidak, Hana, sudutnya diatur," kataku mengubah posisi pedangnya. 

"Sudut-sudut sepi?" tanya dia.

"Di sana bersemayam arwah-arwah kesepian,"  kataku.

"Di sini ramai," kata dia.

"Iya, kan ada aku. Jangan kesepian," kataku.

"Shepia lagunya Sheila On 7, bukan?" tanya dia lagi.

"Bukan, itu lagunya Armada," kataku meringis.

"Armada hatiku siapa ya?" tanya Hana seperti bingung.

"Aku boleh melamar di situ?" balasku balik bertanya.

Dia menggeleng dan wajahnya tiba-tiba menjadi sedih.

"Kenapa?" kutanya dia.

"Jadi ingat tragedi Situ Gintung," jawabnya.

"Aku ajak kamu ke sana kalau kamu mau, sekarang itu jadi objek wisata loh," kataku menawarkan.

Dia tersenyum dan dia selalu memesona dengan senyumannya itu. Aku senang dia sudah sehat, aku juga senang dia bersemangat ingin belajar anggar. Kata Bang Haris, Hana orangnya tidak suka menyerah, dia tidak suka dikasihani dan juga tidak gampang menangis.

Aku ingat kemarin, sebelum aku pulang. Aku menanyakan Bang Haris soal Hana, dia hanya jawab sedikit, katanya aku harus mencari tahu sendiri kalau aku memang benar-benar menyukai adiknya itu. Bang Haris telah memberikanku kesempatan, tetapi dia juga tidak mau aku menyalahgunakan kesempatan itu. Lagi pula, ada empat laki-laki lain yang sama sepertiku, sama-sama tengah memperjuangkan cintanya Hana. Ia mencoba berlaku adil untuk calon yang lain sepertinya.

Sementara itu, Cakra menantangku untuk bertanding dan aku mau. Aku ingin menunjukkan pada Hana kemampuanku melawan Cakra. Iya kemampuanku yang biasa-biasa saja, setidaknya Hana akan termotivasi melihatku bertarung. Aku sudah pasti akan kalah dari Cakra, tetapi aku akan berusaha.

Pandangan Cakra padaku sangat tajam, bibirnya menyeringai. Aku tak mau kalah, aku berdiri di depannya dengan pandangan haus darah. Kami saling membungkuk sebelum Erna sebagai wasitnya memulai pertandingan.

"Kau akan kalah," ucap Cakra dengan sombong.

"Jangan remehkan aku, kau pasti akan menang," kataku menimpali.

"Walau kita seperguruan aku tidak mau disama-samakan denganmu, kau lemah," katanya lagi.

"Jangan sombong! Ilmu pamungkas Pak Harsono akan tetap jatuh ke tanganku," ucapku bangga.

Losta Connecta 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang