18] KONSER

10.6K 1.2K 1K
                                    

Losta Connecta by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

***

Terkadang semenjak kepergian Ibu, aku merasa seperti anak durhaka. Aku jarang memikirkannya, aku jarang memedulikannya. Akan tetapi, setiap aku merasa bersalah, aku selalu teringat alasan kepergiannya yang tidak pernah sampai di telingaku. Aku mulai menganggapnya egois, tidak mementingkan anak-anaknya karena menanggung masalahnya sendiri. Di situ aku merasa tidak dianggap oleh Ibu. Sedangkan Ayah, dia pendiam, dia hanya berangkat kerja, pulang, memberiku uang saku lalu pergi lagi bersama temannya. Dia selalu pulang malam dan tidur lewat tengah malam pula. Keberadaannya di rumah kurang terasa buatku.

Aku kasihan pada Nala, dia seperti menjadi ibu rumah tangga, untung Ayah memberi uang untuk laundry, jadi aku ataupun Nala tidak perlu mencuci. Walau begitu pekerjaan rumah masih cukup banyak, semuanya Nala yang melakukannya. Bukannya aku tidak mau membantu Nala, tetapi aku payah urusan begitu. Aku masak air, airnya sampai habis. Aku masak nasi, malah jadi kerak, mending juga ditambah telor jadi kerak telor. Aku masak sop, Nala bilang rasanya kayak air comberan. Aku mencuci piring tidak sampai bunyi kesat kayak di iklan-iklan, malah masih licin dan bau amis. Aku menyapu masih banyak debu-debu di pojok tembok. Jadi, aku cuma bisa menyemangati Nala saja. Semangat Nala, adikku tersayang! Lagi pula, Nala bilang kalau aku bantu malah mengganggu. Ya sudah! Jangan salahkan aku!

Sekarang aku sedang mengendarai motor membawa Nala ke Tangerang. Dia kangen sama Ibu, aku juga kangen sih, tetapi dia tidak kangen aku. Sudahlah yang penting antar Nala, lalu pulang, tidur siang, terus siap-siap buat nonton konser sama Hana, eh sama Bang Haris juga. Asik joget bareng nih nanti sama Hana ditambah calon kakak ipar juga.

"Kak Lana tidak mau mampir sebentar?" tanya Nala saat turun di depan rumah Nenek.

"Salam buat Nenek dan Kakek, ya," kataku yang siap-siap untuk putar balik.

"Tidak salam buat Ibu?" tanya Nala.

Aku diam dan Nala tahu kalau aku tidak ingin menitip salam ke Ibu. "Aku pulang ya," kataku.

"Besok jemput Kak!" kata Nala.

"Enggak mau!" jawabku, "pulang sendiri aja!"

"Aduh hari Senin banyak tugas, PR Pak Hanif belum dikerjakan, upacara tidak boleh telat lagi. Aku pulang naik bus pasti capek, pasti pegal-pegal, pasti nanti pusing, belum panas di terminal, sedih banget nasibku! Adakah penyelamat yang akan membuatku bisa kembali ke rumah dengan cepat tanpa tersiksa di perjalanan? Adakah penyelamat seperti itu, Ya Tuhan?" kata Nala seperti pada dirinya sendiri.

"Jam berapa?" tanyaku yang akhirnya mengalah.

"Jam dua,  Kak!" katanya langsung senang.

"Kalau aku tunggu di sini enggak keluar-keluar besok, aku tinggal," kataku agak mengancam, "aku pulang dulu, jangan lupa salam buat Nenek dan Kakek," tambahku yang langsung putar balik dan pergi meninggalkan Nala.

***

Aku bangun setelah tidur siang cukup lama, sudah jam lima lebih ternyata. Aku menaruh ponselku lagi setelah mengecek jam, lalu memposisikan tubuh telentang melepaskan bantal guling yang masih ada fotonya Hana itu. Astaga! Hana maafkan aku! Fotonya kena air liur. Astaga, besok aku cetak lagi!

"Maaf, Hana maaf," kataku sembari mencium lagi foto Hana itu dan memeluk bantal gulingnya lagi.

Konsernya mulai jam setengah delapan, aku harus siap-siap dulu. Aku harus tampil menarik di depan Hana. Aku harus pakai parfum juga, aku akan membuat Hana tetap di dekatku. Dia tidak boleh diambil orang, dia harus lengket kepadaku. Aku harus yakin kalau tidak lama lagi Hana akan suka padaku. Hari di mana kami berdua akan bersama-sama mengungkapkan cinta sudah semakin dekat. Angga semangat!

Losta Connecta 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang