19] HUJAN

10.5K 1.2K 1.3K
                                    

Losta Connecta by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

***

Malam ini benar-benar istimewa. Lupakan saja kerusuhan di konser itu, lupakan saja kekhawatiran tentang keberadaan Bang Haris, lupakan saja semua kesedihan yang terjadi hari ini. Karena yang aku dapatkan sekarang, yaitu untuk pertama kalinya Hana mau membonceng motorku. Dia mau memakai helm Nala yang menjadi anugerah karena aku bawa, dia mau berpegangan pada pinggangku agar tidak terjatuh. Rasanya benar-benar hangat dan ada geli-gelinya juga.

"Aku tahu kamu masih bersedih, kamu masih ketakutan dengan kerusuhan di konser itu, tetapi kamu tidak perlu khawatir lagi Hana, aku bersamamu," kataku sembari mengemudikan motorku.

Dia tidak menjawab. Dia pasti juga marah karena aku dengan tiba-tiba menyentuh pipinya untuk membasuh tangisannya. Cewek memang lucu kalau lagi marah, bikin gemas, kecuali Kina tentu saja.

Saat jalan agak lengang, aku segera mempercepat laju motorku. Sejujurnya aku ingin pelan-pelan saja biar sampainya lama, tetapi pastilah banyak pengendara yang emosi kalau pengendara di depannya lambat.

"Astaga kodok boker!" kataku saat melihat kodok di tengah jalan membuatku langsung mengerem mendadak.

Dalam tempo sangat cepat aku sadar, saat itu secara otomatis tubuh Hana akan langsung menubruk tubuhku dan di saat itu pula muncul rasa khawatir, rasa senang dan rasa nikmat bergabung menjadi satu. Namun, bayangan itu musnah karena yang terjadi hanyalah sebuah pukulan keras helm yang dipakai Hana dengan helmku. Ada rasa kecewa dalam dada.

"Ada apa?" tanya Hana.

"Kodok," kataku sembari menoleh ke Hana.

"Kawin?" tanya dia.

"Sendirian, dia jones," jawabku terkekeh. "Dia iri dengan kita," kataku yang kemudian melajukan motorku lagi.

Kulihat arloji di tangan kiriku, ini masih jam sembilan. Kalau aku menerobos aku bisa sampai kurang dari seperempat jam dan itu sangat cepat. Momen ini sangatlah langka, aku harus membuatnya terasa lama. Aku harus ambil jalan yang berliku biar lama. Kalau nanti Tante Mila marah, bagaimana, ya? Nanti Hana diusir dan akhirnya dia bingung mau menginap di mana, lalu aku sarankan dia menginap di rumahku. Ide yang bagus! Bisa tidur serumah dengan Hana, bahagianya diriku! Iya serumah karena pastinya aku suruh dia tidur di kamar Nala. Masa tidur bareng di kamarku? Nanti saja kalau sudah diresmikan Bapak Penghulu, baru boleh. Betul, betul, betul!

Hana masih saja berpegangan pelan di pinggangku. Bisa saja aku ngebut biar dia memelukku, tetapi kayaknya jangan, nanti cepat sampai! Lagi pula, jalannya ramai. Kalau ngebut bukannya sampai rumah malah sampai kuburan.

"Gerimis," kata Hana saat tetesan air turun dari langit.

Aduh, aku lupa bawa mantel. Bagaimana ini? Gerimis doang, hempas saja! Eh, tiba-tiba petir menyambar dan gerimis rintik-rintik pun menjadi hujan. Dasar cuaca sekarang aneh, tadi siang panas sampai tidak ada awan di langit, sekarang malah hujan.

"Hana, kita berhenti di halte dulu, ya? Sambil nunggu hujan reda," kataku yang tidak dijawab oleh Hana.

Karena diam berarti iya, aku langsung saja menghentikan motorku di depan halte. Aku turun diikuti Hana. Untung saja ini halte kecil, di mana tidak ada orang lain di sini. Hanya ada aku dan Hana, dan suara derasnya hujan. Rasanya pasti enak kalau pelukan, maksudku enak kalau minum kopi.

Setelah menaruh helm di tempat aman. Aku duduk di samping Hana, dia hanya diam melihat ke arah jalanan yang diguyur hujan. Aku memerhatikannya, wajahnya yang tampak tenang dan tangannya yang sedikit bergetar. Aku sadar dia kedinginan. Dia hanya memakai kaus lengan pendek, pastinya itu tak menghangatkannya. Dengan segera kubuka jaketku dan aku pakaikan ke punggungnya.

Losta Connecta 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang