Tujuh: gara-gara es buah

5.6K 277 1
                                    


"queen?". Aku mempongahkan wajahku.

"benar ini kamu, lama nggak bertemu, apa kabar?" dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Aku menangkupkan tanganku di depan dada dan tersenyum tipis.

"baik". Jawabku. Dia menarik kembali tangannya dan tersenyum getir. Ada keheningan beberapa saat. Indri hanya sibuk mengotak-atik ponselnya. Entah apa yang dia lakukan. Mungkin dia sedang menghitung berapa banyak pengguna facebook saat itu. Ah dasar indri.

"banyak perubahan, pertama kamu terlihat anggun memakai hijab ini. Sejak kapan?". Dia mulai mencairkan suasana. Aku memang sudah berhijab sejak lama. Tepatnya sejak kepergian Bian ke Jerman. Ah entahlah aku jadi mengingat Bian. Rindu itu datang sekelebat. -apa kabar, Bi?- batinku. Aku hanya tersenyum tipis, tipis sekali.

" Mei"

"Mei?"

"duaribu sebelas". dia terlihat memikirkan sesuatu.

"Nggak perlu diingat. Tidak ada yang spesial". Lanjutku.

Bayu hanya mengangguk, menarik nafas dan tersenyum tipis sambil mengedarkan pandangannya ke arah lain.

"kamu ngapain di jogja?" tanyaku

"kemarin ada acara keluarga di sini. Nggak taunya ketemu kamu. Aku liat medsos kamu nggak ada status terbaru. Susah cari info terbaru tentang kamu. Untungnya sekarang ketemu. Pinter banget kamu ngilang dua tahun ini". Aku hanya ber-Oh ria.

"Dua tahun nggak ketemu, kamu banyak perubahan ya". tuturnya.

"Perubahan?"

"Iya, kamu tampak lebih anggun dengan hijab syar'imu itu queen". Aku hanya tersenyum singkat.

"kamu pakai cincin bay?

"oh iya ini cin.."

"Nikah?".

"Bukan.. hanya..." bayu menggantungkan kalimatnya.

"Tunangan?" Bayu menjawab dengan anggukan lemah dan mengangkat kedua bahunya.

"dengan wanita barusan".

"Siaa?" Tanyaku.

"Yang kamu temui saat reuni".

"Syila?" Tanyaku, lagi-lagi dia mengangguk.

"mama dari syila meng...."

"Stop, that's not important... again". Aku tersenyum. Entah hatiku jadi rapuh. Seperti ada benda tajam yang menusuk-nusuk. Dua tahun ini aku nggak pernah ngerasain seperti ini (lagi). Aku berusaha menetralkan raut wajahku.

"aku cari kamu selama ini".

"untuk apa masih mencari, kalau selama ini sudah ada yang selalu menghampiri?"

"sebelum aku sama syila jawabnya dengan menunduk lesu". Ada beban di mata bayu. Terlihat jelas dari tatapannya.

"sekarang ada dia yang harus kamu jaga, aku permisi dulu". Aku dan indri beranjak pergi setelah membayar es buah yang indri bungkus.

Aku naik ke mobil indri, aku melihat bayu (lagi) sekilas. Ada kerinduan di hatiku. Orang yang selama dua tahun ini aku hindari. Kini tiba-tiba muncul kembali secara tak terduga. Maha besar Allah atas segala takdirnya.

Mataku masih membendung air mata yang dari tadi aku tahan. Sesekali aku mempongahkan wajahku hingga melihat jelas langit-langit mobil indri. Suara MP3 player Indri terdengar jelas. Entah ini apa maksudnya, lagunya benar-benar pas saat itu.

🎶Kamu tak tau rasanya hatiku saat berhadapan kamu
Kamu tak bisa bayangkan rasanya jadi diriku
Yang masih cinta.
Kamu tak tau hancurnya hatiku saat berhadapan kamu
Kamu tak bisa bayangkan rasanya jadi diriku
Yang masih cinta

Lepas sudah pertahananku dari tadi. Airmataku jatuh dengan angkuhnya. Indri yang melihatku langsung mengerem mendadak.

"are you okay queen?" aku hanya menyentuhkan ujung ibu jari dan ujung telunjukku membentik simbol -👌-

"in, anterin aku ke pantai biasa aja ya" indri menatapku ragu, tatapannya bisa diartikan -apa kamu yakin? Apa kamu beneran ngga papa?-

"I'm very well, trust me". Jawabku.

Indri hanya mengangkat alisnya dan tersenyum tipis menandakan -okay, aku bisa apa-

Setelah sampai di pantai, aku berpamitan pada indri.

"aku harus jemput fara -adik indri-, nanti kalo kamu mau pulang telfon aku aja.." aku mengangguk dan tersenyum. Aku meneruskan langkahku menuju dermaga di pantai ini. Dermaga ini tidak begitu panjang tempat pijaknya terbuat dari kayu sehingga menampakkan kesan alaminya. Aku duduk di ujung dermaga ini.

Hari ini aku mungkin beruntung, dermaga agak sepi, hanya beberapa orang dan anak kecil saja yang bermain di dekat dermaga ini. Aku menatap senja yang sebentar lagi semburat jingganya akan terkalahkan oleh malam.

Air mataku lagi-lagi tertarik gravitasi bumi hingga jatuh dengan polosnya. Sebegitu tertariknya air mataku kah dengan gaya gravitasi bumi? Hingga pertahananku untuk tidak menjatuhkannya hanya sia-sia belaka? Aku menunduk, dan mengusap air mataku lembut, belum selesai aku mengusapnya, air mataku telah jatuh untuk kesekian kalinya. Aku membiarkannya saja. Mungkin dia sangat damai dengan gaya tarik bumi ini.

Aku membuka media sosial yang sejak lama tidak aku otak-atik.

~Senja telah mengalah, malam sudah merajalela. Semoga senja tetap menjadi senja yang terus diabadikan dan dirindukan~

postingan itu berhasil terpampang di timelineku dengan gambar senja yang sedang ku nikmati hari ini. Sudah dua tahun ini aku tidak pernah membuka aplikasi ini.

Rasa penasaranku mencuat kala profil bayu muncul di timelineku. Aku klik profilnya. Aku menggeser kursorku ke bawah melihat postingan-postingannya. Ada satu yang menyita perhatianku. Jantungku berdegup tidak karuan, rasanya ada yang menohokku. Di sini, di hatiku. Sesak rasanya hingga aku sulit bernafas. Apakah organ pernafasanku mulai ada gangguan fungsi? tidak, aku baik-baik saja. fisikku sehat, namun tidak dengan perasaanku. Ada yang salah di sini. Aku takbisa berucap satu patah kata pun. Sebegitu hebatnya kah postingan ini, sampai aku bisa diam membeku?

Vote and comment.
Happy weekend gays 😚

Sincerelly.
@yannurromadhana (hanna)♡

Senja yang BerbedaWhere stories live. Discover now