Dua Puluh Tujuh : Menjelang

6.2K 236 11
                                    

Queen memacu mobilnya kembali ke rumah. Tak butuh banyak waktu, queen sudah sampai. Dihempaskan badannya ke ranjang. Ia coba pejamkan matanya, merehatkan semua pikirannya. Air matanya mengalir, hangat. otaknya kembali me-review kejadian hari ini. Pahit, begitu kiranya rasa yang queen terima.

Terdengar sayup-sayup suara mama queen memanggil namanya. Namun tubuhnya enggan beranjak, masih ingin menggeluti semua pikiran tentang kejadian hari ini.

"Nak, di depan ada bayu".

"queen lagi capek ma". Ucap queen sambil membalik badannya ke arah yang berlawanan. Air matanya masih keluar.

Mama queen turun untuk menyampaikan hal itu pada Bayu.

"Queen tidur, mungkin dia lelah nak". Bayu menunduk lesu.

"Yasudah tan, bayu pulang dulu. Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam".

Bayu pulang dengan pikiran yang awut-awutan. Dia memutuskan untuk pergi mengopi sekedar menghilangkan kepenatannya. Setelah memesan coffee ice dia duduk sambil melihat penampilan home band yang sedang menyanyikan sebuah tembang di mini stage di hadapannya. Bayu tersenyum mengingat kejadian saat ia memberikan surprise pada queen atas keberhasilan queen saat itu.

"Loh bay?". ucap seorang laki-laki di belakang bayu sambil menepuk pundak bayu.

"Loh dit?" Bayu menoleh.

"Wah kita bisa ketemu disini ya".

"Haha iya ngapain ke jakarta? Sini duduk dulu". Tanya bayu.

"Jenguk ibunya rani, sakit. opname di RS jakarta. Jadi aku kesini sama indri". Ucap adit sambil duduk di hadapan bayu.

bayu hanya ber-Oh ria saja. Matanya menyapu pemandangan di sekelilingnya kemudian bayu menunduk sambil membuang nafasnya kasar.

"Ada masalah bay?".

"Sedikit".

"Cerita aja, sapatau aku bisa bantu".

Bayu menatap manik mata teman di hadapannya kali ini. Bayu memang baru kenal dengan Adit, tapi yang bayu tau, adit adalah orang baik. Terlihat dari manik matanya yang memancarkan ketulusan. Bayu mulai menarik nafasnya pelan dan mulai menceritakan kisahnya. Dari awal perkenalannya dengan queen, pertunangannya dengan syila, pertemuannya kembali dengan queen, rencana pernikahan bayu dan queen, bertemu Revan dan perjodohan dadakan yang harus dilakukan mau tidak mau oleh bayu.

Adit mengangguk mengerti.
"Mungkin kamu nggak butuh nasihat dari aku saat ini. Tapi akan aku ceritakan sesuatu untukmu, mungkin ini akan membantumu".

Adit menenangkan dirinya kemudian mulai bercerita layaknya mendongengkan anak kecil yang ingin segera tidur.
"Mungkin kamu belum tau cerita awalnya. Dulu, sebelum aku menikah dengan Indri. Aku pernah menikah dengan Rani. Aku dan Rani berpacaran kurang lebih tiga tahun. Akhirnya orang tua kami memaksa untuk aku segera menikahi rani karena mungkin orang tuaku dan rani takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Jadi untuk amannya, kami menikah. Tapi jauh di lubuk hati kami, kami tidak ingin menikah bay. Kami hanya ingin menjalani apa yang seperti remaja lainnya rasakan, pacaran. Kami tidak pernah ada pikiran untuk menikah. Tapi, karena orang tua yang meminta, kami menurut saja".

"Jadi kalian menikah tanpa rasa cinta?"

"Bukan, rasa cinta itu ada, tapi kami menikah bukan karena niat beribadah. melainkan kami menikah karena niat ingin sekedar menuruti permintaan orang tua. Dan itu salah. Ingat bay, kita menikah untuk beribadah. Bukan untuk orang tua. Hubungan yang baik akan timbul dari awal yang baik".

Senja yang BerbedaWhere stories live. Discover now