Delapan: lagi-lagi hujan

6.1K 284 2
                                    

Rasa penasaranku mencuat kala profil bayu muncul di timelineku. Aku klik profilnya. Aku menggeser kursorku ke bawah melihat postingan-postingannya.

Deg!

Ada satu yang menyita perhatianku. Jantungku berdegup tidak karuan, rasanya ada yang menohokku. Di sini, di hatiku. Sesak rasanya hingga aku sulit bernafas. Apakah organ pernafasanku mulai ada gangguan fungsi? tidak, aku baik-baik saja. fisikku sehat, namun tidak dengan perasaanku. Ada yang salah di sini. Aku takbisa berucap satu patah kata pun. Sebegitu hebatnya postingan ini, sampai aku bisa diam membeku.

Foto bayu saat memakai jas dan berdiri merangkul wanita di sebelahnya yang sedang memakai kebaya warna kuning lemon. Mereka nampak memamerkan cincin yang terpasang di jari manisnya. Aku geser penglihatanku ke bawah, ada caption di sana.

-♡, syila Arsyil-.

Air mataku lagi-lagi menetes dengan sombongnya. Rintik hujan mulai turun. Awan hitam mengalahkan senja, sekejap saja hujan sudah mulai deras. Aku masih tidak berniat untuk pergi. Aku menikmati saat-saat seperti ini.

Dan di sinilah aku sekarang, memendam luka dan menyembunyikan diri dalam hujan.
Awan hitam pun turut berduka atas perasaanku. Sesakit inikah menyimpan rasa, sampai rasanya hatiku mati rasa. Kenapa tubuhku yang sehat gagah dengan mudahnya mengalah dengan rasa yang salah. Harusnya aku sudah melupakannya. Namun apa dayaku?

Rasa itu masih kerap kali hadir menyapa. Rindu itu masih kerap mengikuti derap langkahku. Jadi, biarkan, akan ku kenalkan sekalian rasa rindu dan asaku pada hujan dan waktu yang terus bergulir.

Biarlah rasa rinduku menari tanpa ada batasan waktu dan harapan. Akan kulepaskan dia agar berpelukan dengan hujan dan ikut merasakan sakitnya jatuh di bumi, agar rasa rindu dan asaku tidak pernah lagi muncul dalam derap pemikiranku.

Tapi, semuanya sia-sia saja. Rasa rindu dan asaku masih enggan menyingkir dari perasaanku. Andai kamu masih di sini, menenangkanku dalam hujan dan melindungiku dari derasnya rasa rindu. Sungguh, sampai senja menutup langit bahkan sampai awan hitam dan air hujan ini mengahampiriku dengan kejamnya, aku masih mengharapkanmu di sini selamanya. Ah..! Harusnya aku tak lagi berandai, karena hujan tetaplah air yang berjatuhan. Sama seperti dirimu, senja tetaplah senja yang akan pergi dalam sekejap.

Kadang aku ingin seperti dirimu, pergi membawa ego dan kembali membawa luka. Kini akan ku coba untuk sendiri. Memasang tuli agar kenanganmu takkan pernah muncul dan mengangguku kembali.

#AUTHOR POV#

"Jadi kamu ketemu bayu?" Ucap Rida. Queen mengangguk lesu. seseorang yang bersama queen sejak tadi terlihat kaget mendengar cerita queen. -Ternyata cewe sebaik ini masih ada aja yang nyakitin- benaknya.

"Sudah, tenanglah. Allah tidak akan mengambil seseorang itu kecuali Ia akan menggantikannya dengan yang lebih baik Queen". Rida mencoba menenangkan queen. Namun queen hanya mengangguk lesu.

"Ah masa bu dokter nangis terus sih. Kan cantiknya ilang". Ujar rida (lagi).

"Ah kak rida mah bisa ajaa". Queen tersenyum. -cantik- batin laki-laki tadi.

"Jadi cewe ini dokter". Gumam laki-laki tadi pada dirinya sendiri.

"Oh iya queen. Ini siapa?" Rida memandang laki-laki tadi.

"Gue ashraf". Jawab laki-laki itu.

"Oh. Aku Rida, sahabat queen. Kok kalian bisa bareng?".

"Ya sahabat lo tadi mau bunuh diri. Dia nangis di ujung dermaga. Udah tau ujan masih aja di sana".

"Kapan?" Tanya Rida.

"Tadi sorean. Dia keras kepala banget. Gue harus maksa dia dulu baru dia mau ikut gue neduh. Naik mobil aja harus duduk di belakang. Emangnya gue supir". ashraf memutar bola matanya.

Senja yang BerbedaWhere stories live. Discover now