Dua Puluh: Pertemuan

5.1K 279 7
                                    

please jangan bingung kenapa bayu bisa ada di rumah queen. Seminggu yang lalu....

Jadi begini ceritanya... (flashback ceritanyee)

queen tengah tergesa-gesa menuju ruang UGD. Queen langsung menangani seseorang di hadapannya ini. Deru nafas laki-laki paruh baya ini sudah tidak teratur lagi. Nafasnya tersengal-sengal sejak tadi. Queen memasangkan alat bantu bernafas dan terus memantau perkembangan pasiennya. Menit-menit mencekam telah berlalu, queen keluar ruangan. Di sana ada perempuan yang tak asing lagi dalam ingatannya.

"Gimana kondisi om nak?"

"Tante tenang aja, om udah baikan kok. Nanti queen kasih resepnya ya. Sementara om di rawat inap dulu. Khawatir kambuh lagi asmanya".

"Alhamdulillah. Sekarang om sering kumat asmanya queen". Perempuan yang juga paruh baya ini menunduk lesu dan duduk di kursi tunggu.

"Apa om masih jadi perokok aktif tante? Paru-paru om sudah tidak begitu kuat lagi".

Dulu, laki-laki paruh baya ini adalah perokok, omong-omong.

"Bukan, akhir-akhir ini dia sering mrmikirkan masalah Bayu".

"Em semoga masalahnya cepat selesai ya tante. Queen kembali dulu. Nanti resepnya queen kasih ke perawat yang jaga om. Permisi tante".

Bukan tanpa alasan queen ingin cepat pergi dan enyah dari hadapan perempuan ini. Tapi queen tidak ingin lagi mendengar hal-hal yang bersangkutan dengan Bayu.

-maafin queen kalo queen gabisa dengerin tante curhat, queen hanya tidak ingin ada bayu lagi di selembar kehidupan baru queen, tante- gumamnya.

Queen duduk di kursi yang berada di ruangannya. tangannya lihai menulis resep untuk pasien tadi, alias papa dari Bayu. Ditekannya satu persatu tombol telfon rumahsakit untuk bisa tersambung ke telfon yang berada di ruang UGD.

"sus, tolong ke ruangan saya sebentar".

...

Nggak begitu lama, seorang suster masuk ke ruangan queen.

"Iya dok?"

"Halah In, kalau cuma berdua nggak usah formal gitu lah ngomongnya". Pinta queen pada sahabatnya di rumah sakit saat ini, Indri.

"Hahaha iya apaan nona queen?"

"Ini buat pak ridwan, tadi pasien yang kena asma".

"Lah kenapa nggak kamuyang kasih?".

"aku nggak mau".

"Weee nggak profesional nih".

"Udah In, cuma nganterin resep doang sampe bilang ga profesional".

"Haha oiya pak ridwan tadi sih udah dipindah ke kamar inapnya. Abis makan siang, kamu cek kondisi dia".

"Siap bu suster".

"Hahaha sialan kamu queen".

"Omong-omong, gimana Ashraf?".

"Kok nanyain Ashraf sih In?".

"Ya kan kamu udah setahun di jakarta. Belum pernah balik ke jogja kan setelah wisuda? emang ngga kangen sama laki-laki katolik itu?". Indri menaik turunkan alisnya.

"Kamu itu apa nggak kasian sama om, tante. Mereka udah minta kamu cepet nikah, masa kamu cuekin aja ada cowo cakep gitu?"

"Nikah sih nikah".

"Terus?".

"Udah ah".

"Jawab dulu dong queen. Aku tau kamu juga ada perasaan sama Ashraf. Temui dia, jangan gitu. Kamu jangan lari dari masalah. Sapatau ntar dia bisa Islam bareng kamu? Yakan?".

Senja yang BerbedaWhere stories live. Discover now