Dua Puluh Empat: Keputusan (lagi)

4.9K 234 10
                                    

Deg!

Matanya berhenti pada satu titik, QUEEN. Boleh bilang, Ashraf laki-laki cengeng. Boleh bilang, Ashraf terlalu baper. Tapi ditinggalkan oleh orang tersayang tidak semudah itu.

"Dulu kita pernah sedekat kuku dan jari, sekarang? Kita sudah sejauh mata memandang telinga, tak pernah terlihat. Seperti telinga yang tak pernah mendengar suara mata. Seperti puzzle yang sudah hilang kepingan-kepingannya hingga tak pernah akan terselesaikan". Gumam Ashraf sambil menyentuh nama queen di undangan.

"Bertahun-tahun aku berusaha mencari dirimu, setelah bertemu? Ranah ranjau yang aku tau. Kamu sudah dengan laki-laki dari masa lalumu. Mungkin sedikit pilu, tapi apa dayaku? Melihatmu tersenyum dengannya, aku juga akan ikut tersenyum bukan? Walau hatiku rasanya sedikit rapuh untuk itu". Lanjutnya.

Di tatapnya sebuah kotak merah kecil berbentuk mawar, dibukanya perlahan. Tampak sebuah cincin berlian dengan bentuk hati dan sebuah kalung berinisial QA. Ashraf tersenyum getir, matanya sudah basah sejak tadi.

"Ah! Kamu benar-benar membuat otakku berhenti bekerja qu-".

"Queen?" Jawab papa ashraf.

Ashraf menghapus air matanya segera.
"Papa sejak kapan di sini?".

"kenapa nih anak papa? Galau?"

Ashraf tersenyum tipis.

"Queen adalah orang baik, kamu juga orang baik. Kadang, Allah hanya mempertemukan, bukan mempersatukan. Kadang Allah mengajarkan kehilangan sebelum kebersamaan. Allah juga kadang memberikan kenangan agar di masa mendatang kita bisa memetik sesuatu dari masa lalu itu, yang biasa kita sebut hikmah atau pelajaran. Percayalah, percayakan hatimu pada yang menciptakannya". Jawab papa ashraf sambil menunjuk dada Ashraf.

"Apa yang harus Ashraf lakuin pa?".

"Mungkin ini jawaban Allah atas permintaan papa kemarin?".

ashraf memberikan hening yang lama, hingga akhirnya.
"Baiklah pa, lusa Ashraf akan berangkat".

papa Ashraf tersenyum lega. Anaknya lebih baik dari sebelumnya.

➖➖➖

Di lain situasi, queen sedang duduk di ruang tamu bersama Bayu. Tercipta hening di antara keduanya. Entah pikiran mereka sama-sama menyusuri lekukan antah berantah yang tak kunjung bertemu ujungnya.

"Queen?" Bayu memecah keheningan. Namun sayangnya, queen diam tak bergeming. Matanya tertuju pada satu titik, yang jelas bukan dirinya.

"Queen?" Ucap bayu kedua kalinya. Namun nihil tak ada jawaban.

"Queen?". Bayu mulai menaikkan nada bicaranya beberapa oktav dari sebelumnya, namun masih terdengar lembut.

"Em iy iya iyaa raf?".

"Raf?" Bayu mengernyitkan dahinya.

queen memijit keningnya. Lalu menunduk.
"Maaf bay".

"It's ok. aku pulang dulu. Istirahatlah queen".

"Hati-hati raf". Queen menutup mulutnya cepat.

"Bay". Ucap queen meralat ucapannya yang salah. Bayu hanya tersenyum. Dia menjalankan mobilnya menuju rumahnya.

Di dalam mobil, Bayu mengacak rambutnya kasar.

"Ada apa dengan kamu queen? Kenapa kamu selalu menyebut nama Ashraf? Ada apa?". Bayu bertanya pada dirinya sendiri. Dia mendial salah satu sahabat queen. Indri. Jangan bertanya bayu mendapat nomor Indri darimana, karena queen dan bayu sering mendiskusikan masalah pernikahan mereka pada Indri dan Adit.

Senja yang BerbedaWhere stories live. Discover now