Chapter 6. Sonorous

94K 3.7K 36
                                    


❗️Harap bijak dalam membaca,
tidak disarankan bila dibawah 17 tahun ❗️
_____________________________


Raut wajahnya tidak pernah berhenti menyiratkan kekhawatiran. Sudah dua hari anak perempuannya belum kembali dari sepulang kuliah. Caroline Herrington terus menekan dial panggilan yang bernada sibuk dari nomor anaknya, dua orang polisi yang bertugas untuk mencari Ms.Herrington belum juga kembali

" Sarah... pulang putriku, aku mengkhawatirkanmu" ponsel miliknya terus ia genggam, berharap mendapat keajaiban seperti nada panggilan masuk dari putrinya terpampang di layar ponsel.

Caroline nyaris putus asa, tidak ada yang tahu dimana anak perempuannya berada. Dia mulai menyalahkan dirinya sendiri akan ke-tidakbecusannya dalam menjaga Sarah, dunia ini berbahaya, harusnya ia tahu akan hal itu.

Dia menghela nafasnya kembali, masih belum ada kabar dari pihak kepolisian tapi Caroline tidak akan berhenti berharap, dia masuk kembali kedalam rumahnya karena hujan akan turun sebentar lagi kala melihat Cumolonimbus mulai terbentuk di langit

" Dimana kau sayang, ibu khawatir padamu" Caroline berbisik sendiri

*****

" Apa dia mengangkatnya?" Mikail menggeleng menatap Edward. Pemuda itu datang ke cafe dimana Sarah bekerja untuk menanyakan dimana keberadaan gadis itu. Tapi sayang, tidak ada yang mengetahuinya. Edward berfikir kalau Sarah marah padanya sehingga dia tidak mau mengangkat panggilan darinya tapi ia salah.

Saat ia meminta teman kampus Sarah untuk menelepon gadis itu, suara operator yang mengatakan panggilan sedang sibuk membuat Edward semakin khawatir.

Matanya kini berpusat ke seorang pemuda jangkung yang memiliki freckless di sekitar pipinya. Cody, dia meminta Cody untuk menelepon Sarah tapi tetap tidak ada nada sambung yang terdengar. Edward menghela nafasnya kasar, ia sudah pergi ke rumah gadis itu tapi Mrs.Herrington mengatakan anak perempuannya belum kembali dua hari yang lalu.

Dua hari yang lalu, tepat dimana ia mengajak Sarah untuk pergi berkencan meski dia kembali di tolak. Ia mulai menelisik dengan otaknya. Sarah memiliki banyak teman, mungkin saja ia menginap di rumah salah satu temannya tapi Ed tahu Sarah bukan gadis yang seperti itu. Tangannya kembali mencoba mendial nomor Sarah, berharap bahwa Sarah akan mengangkatnya meski itu terdengar mustahil

' Tiit.. Tiit...'

Mata Edward membulat saat ia mendengar nada sambung, Sarah aktif! Ia tidak pernah memutuskan panggilannya, harapan yang tadi terbenam kembali terbit. Edward meracau, mengatakan kata "pick up"berulang kali sampai ia nyaris menjerit begitu Sarah mengangkatnya

" Sarah...?! Sarah...!"

" EDWARD!"

*****

" Harusnya kau sadar bahwa semua yang kau lakukan adalah sia-sia, Sarah!" tukasnya tajam, Sarah tidak peduli. Walau Elthan mengatakannya sebanyak seribu kali, dia tidak akan pernah menyerah untuk memberontak dan pergi dari sini.

Pria itu mendengus, jemarinya yang besar menarik paksa surai-surai Sarah lalu membawa wajahnya untuk menatap dia dengan paksa. Sarah berteriak kecil, merasakan akar-akar rambutnya dicabut secara kasar sehingga menimbulkan rasa sakit. Mata hazelnut itu bersibobok dengan mata abu-abu Elthan yang berkilat-kilat menahan amarahnya

" Aku tidak akan pernah- tidak akan pernah menyerah untuk pergi dari sarang neraka mu, Mr.Braidsmith! Mengapa kau tidak mencari wanita lain?! Mengapa aku? MENGAPA AKU" katanya menjerit, airmatanya sudah mulai nampak hendak jatuh, tapi Sarah tidak akan membiarkan airmata itu terlihat oleh Elthan yang tersenyum mengejek, seakan menertawainya bahwa ia adalah gadis yang lemah. Tidak! Sarah tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi, dia gadis yang kuat

Bound By The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang