The Pheonix

725 89 1
                                    

Anna masih mengatakan sumpahnya di depan, ketika Elena menatap sekeliling darimana ia berdiri. Ia mendapati beberapa wajah yang takut serta cemas mencuri pandang kepadanya. Lalu ia menatap Chaddick yang berdiri di barisan paling depan, pria itu tengah menatap Elena dari balik bahunya.

Dan Elena tahu itu tatapan apa.

"...Dengan ini aku menobatkanmu menjadi Lady Annallia Evans, ratu kerajaan Whitania."

Semua orang tersenyum dan bertepuk tangan kepada Anna yang sudah menghadap mereka, memakai mahkotanya, dan tersenyum lebar. Merasa bangga dengan tatapan yang bercampur aduk yang tertuju hanya padanya. Kini rasanya ia bagai gadis paling bahagia di dunia. Tentu saja disebelah pangerannya, Chad..-

Tunggu..

Kenapa?

KENAPA DIA MENATAP ELENA?

Anna menatap Chaddick dengan kecewa. Menggantikan wajah yang tadinya cerah dan bersahabat menjadi kelam dan penuh dendam. Seseorang dari kerajaan yang terpilih membawakan buket bunga yang besar kepada Anna yang masih terpaku menatap Chaddick yang masih belum selesai menatap Elena, begitupun Elena yang menatap Anna cemas.

Anna kemudian menatap utusan itu, dan menerima buket bunganya sambil tersenyum tipis. Di dalam ia sudah merasa runtuh, cintanya direbut begitu saja oleh ratu kekelaman. Dipelukannya bunga-bunga itu nampak bersinar merah, sedikit demi sedikit semakin terang. Anna menatap bunga di rangkulannya bingung bercampur takut. Apa yang terjadi?

Seketika, ia menepis buket yang mulai terbakar di udara itu, ke depannya. Semua orang di barisan depan mundur, sambil berteriak tertahan. Mereka menatap buket bunga yang hangus dan masih terbakar yang ada di lantai itu, lalu menatap Anna, bergantian. Merasa bahwa mereka bermimpi, dan percaya akan segera dibangunkan pelayan maupun dayang mereka.

Wajah Anna mengeras sambil menatap buket itu, lalu berjalan menuju pintu di belakang tirai-tirai merah, "Pesta usai, pulangkan mereka semua."

Semua orang masih terpana menatap Anna yang berjalan lambat, dan sempoyongan kearah pintu di belakang tirai itu. Dayang-dayangnya menangkapnya, tapi segera melepaskan genggaman mereka, dan sekejap gadis itu ambruk ketanah.

Lalu semua orang di dorong oleh prajurit-prajurit yang berada disitu menuju pintu keluar. Termasuk Elena yang masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi hanya dalam hitungan detik.

Anna..

Anna punya...

Kekuatan?

***

Dalam perjalanan pulang, Elena masih memikirkan kejadian yang terjadi di ruang dansa itu. Erl duduk di hadapannya, menatap majikannya sambil memikirkan suatu permintaan yang mungkin, bisa membuat Elena marah atau ditolak oleh gadis itu.

"Nona," panggil Erl.

"Nona masih ingat tentang keluarga yang saya miliki?"

Elena menatap Erl dengan tatapan tertarik campur sedikit kaget. Belum pernah lewat di pikiran Elena tentang keadaan keluarga Erl sekarang.

"Ada apa dengan mereka, Erl?"

Erl menatap tangan yang berada dipangkuannya, "Aku.. hanya ingin mengunjungi mereka lagi. Kau tahu, mengecek keadaan mereka."

Elena melihat Erl dengan pandangan yang tak bisa diterjemahkan oleh kata-kata. Ia lalu tersenyum pada kebohongan Erl yang dapat dibacanya dengan jelas.

"Tentu, Erl."

Erl tidak punya keluarga lagi semenjak ia dibawa ke Whitania. Dan Elena yakin betul karena sudah melihat isi peti jenazah yang akan dikuburkan. Dua orang dewasa, ayah dan ibunya, dan satu anak-anak, adik laki-lakinya.

Tritanian History : Long Path She TakesWhere stories live. Discover now