Ice and Fire

669 71 0
                                    

Pikiran Elena masih kacau karena serangan tanpa persiapan dari adiknya itu. Ibaratnya tumbuhan tanpa akar; sangat mudah dirobohkan, begitulah Anna untuk Elena. Kelemahan gadis itu terlalu transparan karena tindakannya yang terdengar tidak dipikir-pikir terlebih dahulu.

Elena juga merasa bersalah ketika ia mengatakan bahwa istana Anna adalah istana terkutuk, seakan istananya sendiri bukanlah istana terkutuk selama ini. Apapun yang ia telah lakukan pada adiknya. Ia benar-benar menyesal.

Ia masih merasa tak enak dengan apa yang dilakukannya pada Anna. Ia ingin membantu adiknya membangun kembali kerajaannya yang telah hancur (meskipun karena diri Anna sendiri). Ia merasa seakan apapun yang ia lakukan sekarang tidak ada gunanya. Gelisah adalah satu-satunya hal yang ia dapat rasakan sekarang.

Tris masuk ke ruang singgasana kembali membawakan dua mahkota, raja dan ratu. Kali ini ia membawa sebuah kerangkeng di dalamnya ada seorang peri kecil yang duduk di sudut, berdecit, terdengar ketakutan.

"Peri?" Tanya Elena kesal. Ia memerintahkan Tris untuk membawakannya seekor hewan fantasi yang langka dari tanah serbuk pixie, dan yang dibawanya adalah.. peri?

Sebuah meja merah berdetak lainnya berdiri tegak. Kali ini berbentuk spiral di kaki tunggalnya, dan berdetak lebih cepat dari yang lainnya. Tris meletakkan mahkota ratu terlebih dahulu, dan mengalihkan pandangannya kepada Elena di singgasananya.

Gadis itu mencakar salah satu bulu berdenting Savier, mengakibatkan; burung ataupun benda itu berusaha terbang menjauh karena kaget, gadis itu merasakan kekuatan yang lebih besar daripada yang pernah ia rasakan, merasuk di dalam tubuhnya. Mengalir seperti membanjiri tubuh gadis itu. Kekuatan yang meletup-letup.

Sebuah meja berbentuk spiral kembali tumbuh dari lantai. Tris meletakkan mahkota sang raja diatas meja yang segera bercahaya putih itu. Kekuatan yang Elena terima semakin membanjiri tubuhnya. Kini ia sepenuhnya seorang ratu penyihir. Sejajar dengan Zeralda.

Kini seluruh lantai ruangan singgasana Elena sudah penuh dengan semua mahkota kerajaan dari segala penjuru dataran, emas maupun perak. Matanya berdetak biru. Bercahaya kontras diantara rambut hitam, dan kulit pucatnya.

"Tris," Panggil Elena dengan nada yang lembut, kini ia telah melupakan kekuatan Anna yang tiada bandingannya dengan milik Elena sekarang ini, "Mari kita serang kerajaan terdingin di dataran."

***

Anna menatap keluar jendelanya yang telah dikerangkeng. Kutukan yang Elena taruh di kerajaannya sangat kuat. Seperti Elena telah terhubung dengan istana Anna yang sekarang bagai penjara. Ia tidak bisa memasuki begitu banyak ruangan di istananya lagi. Jeruji-jeruji hitam tiba-tiba saja sudah menghalangi banyak ruangan, seluruh jendela, termasuk jalan keluar.

Anna menatap keluar jendelanya, dan kini menatap pemandangan yang membuatnya semakin menderita. Tembok-tembok pembatas istana dengan dunia luar yang dulunya putih telah runtuh dan digantikan dengan tombak-tombak runcing berwarna hitam pekat setinggi empat kali lipat dari tembok-tembok itu.

Ia jauh nampak seperti tahanan dibanding seorang ratu yang terhormat. Beberapa penduduk kerajaannya menatap dari luar jeruji, kearah ratu mereka yang berdiri di menara tak jauh dari penglihatan.

Mereka menatap dengan rasa iba yang sangat kontras di mata mereka. Sambil membawa barang-barang mereka, bersiap untuk pergi dari tanah yang telah dikutuk itu. Tidak ada lagi tumbuhan yang bisa tumbuh disana untuk mereka.

"Kenapa?" Anna bergumam. Ia ikut mengutuk dirinya sendiri atas apapun yang telah terjadi padanya, "Aku tidak mengerti."

Anna terus menerus mondar-mandir, tanpa menyadari seekor burung hantu salju terlah bertengger di singgasananya. Pada burung hantu itu dikalungkan sebuah surat yang bersegelkan simbol kepingan salju yang terbuat dari perak.

Tritanian History : Long Path She TakesWhere stories live. Discover now