The Highest

151 13 0
                                    


Deskripsi Mantra

*Pemusnahan Jiwa. Mantra untuk memusnahkan jiwa hanya tercatat di buku mantra bersegel mawar emas di Gunung Agosa. Setelah mantra ini dirapalkan, jiwa yang menjadi target akan musnah bersama dengan tubuhnya dan kenangan orang-orang bersamanya. Semua memori bersama orang tersebut akan terhapus dari pikiran orang lain, meski aturan ini dapat dipatahkan dengan tempelan mantra penyembuh, yang akan menciptakan tameng pada memori beberapa orang lain yang ditargetkan, agar memorinya dengan jiwa yang telah musnah tersebut tidak terhapus.

*Mantra ini sangat berbahaya sehingga buku yang memuat mantra telah disegel dengan tabung paradoks dan rantai neraka.

*Hanya dapat diakses oleh Departemen Petinggi Penyihir Agosa dan Ratu Penyihir Tertinggi, Elena Hermoine Lexington.

***

Elena terbangun di pagi hari, hanya untuk tidak mendapati suaminya di sebelahnya. Pagi itu mendung, pertama kali dari beberapa waktu. Wanita itu mengusap matanya yang terada agak berat lalu berjalan kearah timangan Harris dan mendapati bayi mungilnya tidak disana. Elena langsung mengerjap seraya jiwanya dengan cepat terkumpul sepenuhnya. Baiklah. Ini janggal. Tapi mungkin Devin, suaminya, sedang membawa Harris jalan-jalan. Pria itu suka membawa Harris jalan-jalan di pagi hari.

Kala itu tembok tinggi masih membatasi kehidupan kerajaan dan kehidupan luar. Tidak ada yang mengetahui apapun yang terjadi dalam istana yang diam dan kokoh itu.

Ia keluar dari kamarnya dan tidak mendapati adanya kehadiran dayang-dayang, maupun prajurit. Elena masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi ia mulai tidak sabaran.

"Anissa! Winda!" Panggilnya mencari kedua dayang terpercayanya. Kemana kedua anak ini? Pikirnya. Elena kemudian mendengar senandung sayup yang datang dari ruang kerjanya di ujung koridor. Wanita itu kenal suara itu.

Kakinya langsung bergegas ke ruang kerja dan mendapati orang yang selama ini telah susah payah dijauhkannya dari kehidupannya.

"Elena," sambut orang itu dengan senyum tak bersalah terukir di wajahnya. Di lengannya ia menimang seorang bayi yang dibalut kain dengan simbol kemegahan kerajaan Elena saat itu. Wanita itu naik pitam.

Ia menaikkan tangannya dan segera membaca mantra, menciptakan banyak beling kaca hitam mengitari Zeralda.

Zeralda melihat sekelilingnya dan ia memanyunkan bibirnya, "Aku datang kesini untuk berdamai," katanya sambil mengelus pipi Harris.

"Simpan mulut manismu di laci, karena siapapun tahu kekuatan malam tidak bisa berdamai dengan kekuatan es."

"Kita sama-sama penyihir di Agosa."

Elena menepuk kepala dan berkacak pinggang, "Kau pikir aku bodoh ya?" Ia terkekeh sejenak, "Kau itu penyihir yang dibuang."

"Dan kau penyihir yang terkutuk." Kata Zeralda memenangkan permainan kata yang ia mulai sendiri karena Elena bungkam sendiri dan tidak menjawab lagi. "Kita tidak beda jauh, Elena."

"Apa maumu?" Elena merendahkan beling yang ia ciptakan di sekitar Zeralda tadi dan kembali berkacak pinggang.

"Sudah kubilang aku ingin berdamai."

"Kau ingin mematahkan tradisi."

"Tradisi bodoh itu memang seharusnya dimusnahkan." Kata Zeralda sambil memutar bola matanya. Saat itu juga Elena sadar kenapa Zeralda dibuang dari Pegunungan Agosa.

Tritanian History : Long Path She TakesWhere stories live. Discover now