Ego

599 67 4
                                    

Senyum Anna sama membara seperti tubuhnya sekarang ini. Ia memang tidak memiliki pasukan apapun bersamanya, dan ia tidak memerlukan pasukan apapun untuk melindunginya, dan ia yakin dengan hal itu. Dirinya dirundung rasa rindu pada hidupnya yang lama, ibunya yang sangat menyayanginya, Chaddick yang masih waras, dan kakaknya..

Kakak..

Gadis itu terdiam sebentar. Di tengah hutan. Dinding tembok luar kerajaan hitam Elena sudah nampak di kejauhan, dan gadis itu terdiam sebentar diantara pepohonan yang sudah terbakar sepenuhnya.

'Haruskah..?' Ia berpikir.

Api di tubuhnya seketika padam. Ketika tubuh dan sekitarnya terbakar, sekarang padam. Matanya yang tadi merah, berubah menjadi coklat lembut. Gadis itu bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Kesalahan macam apa yang kakaknya perbuat padanya, sampai ia marah sebesar ini? Sampai ia bersumpah akan memusnahkan kerajaan kakaknya?

Lalu ia kembali ke kenyataan bahwa sekarang, bukanlah yang dulu. Ia menginginkan apa yang kakaknya miliki, tapi ia tidak mendapatkannya. Chaddick yang jelas-jelas menyukai Elena, atau ibunya yang jelas-jelas mengagumi Elena. Semuanya yang dimiliki kakaknya, ia tidak punya.

Tubuhnya kembali membara. Kakinya mulai kembali berjalan maju tanpa keraguan sama sekali. Sekarang pikirannya hanya tertuju pada balas dendam, dan hanya balas dendam.

***

"Dimana anak haram dari kerajaan hijau itu, Tris?" Tanya Elena ketika menghitung patung yang ia buat sendiri, yang dulunya manusia, yang menatap ke arah Elena penuh horor, "Apakah ia berhasil kabur?"

Tris menatap Elena sebentar, "Tidak, nona."

Elena menunggu Tris untuk melanjutkan kalimatnya dengan kedua alisnya yang naik. Gadis itu mengelus-elus bulu-bulu Savier yang mengilap dan berdenting ketika bersentuhan dengan cakar-cakar perak di jari-jemari Elena.

"Anak haram dari kerajaan hijau telah meninggal jauh sebelum kita menyerang, nona. Tapi raja dan ratu mengetahui bahwa anda akan mencuri mahkota anak itu, sehingga mereka menguburkannya bersama dengan jasadnya, di dalam kuburan tanpa nisan."

Elena paham dan berdiri, "Sangat disayangkan."

Elena tidak mengetahui bahwa Tris berbohong. Anak haram itu adalah anak yang memiliki kekuatan untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, yang kelak akan membangun kerajaan besar yang menjadi tempat aman untuk para hewan-hewan dan tumbuhan hijau, kerajaan Archarian.

Elena ingin mengatakan pada Tris untuk mempersiapkan pasukan agar mereka bisa menyerang kerajaan es milik Zeralda, namun terdengar suara hak sepatu yang bersentuhan dengan lantai di lorongnya, dan melihat pantulan merah padam yang berjalan mendekat dari jauh.

Seketika itu juga, Elena mengetahui bahwa itu adalah Anna. Gadis itu membentangkan tangannya, dan semua meja-meja merah berdetak itu bergerak turun dan masuk ke dalam lantai hitam, tersembunyi dan terlindungi, "Tris, kembali ke kamarmu," Katanya masih terfokus pada adiknya yang berjalan dengan lambat ke arahnya. Tris segera pergi meninggalkan ruang singgasana Elena. Harus patuh, dan tidak melihat kebelakang.

"Halo, Anna. Lama tidak bertemu," kata Elena yang telah duduk kembali di singgasananya. Mahkota hitamnya mengilap dibawah cahaya bulan yang temaram, membuat perut Anna terasa teraduk-aduk dan dadanya sesak dan panas. Ia menginginkan takhta yang megah seperti itu.

Anna berdiri tegap di atas kedua kakinya, tubuhnya bergetar hebat dan ia mulai menangis. Lalu berteriak kencang menyebabkan api dari tubuhnya memancar kearah Elena. Gadis itu dengan cepat membangun tameng besar di hadapannya.

"Kenapa?!" Pekik Anna. Tubuhnya membara. Api dari tubuhnya mencapai langit-langit yang tinggi. Air mata mulai mengalir di pipinya.

"Kenapa kau memiliki semua ini?!" Gadis itu melemparkan bola api kepada tameng Elena menciptakan suara dentuman yang keras.

"Aku menjadi seperti ini karenamu!" Anna terus melemparkan bola api kearah tameng Elena, berharap Elena kehabisan tenaga, dan tamengnya menghilang, sehingga salah satu dari bola yang ia lontarkan akan mengenai gadis itu.

"Kau begitu naif, Anna!" Pekik Elena yang bersembunyi di balik tamengnya, mulai kehabisan nafas, "Ibumu menyayangimu, Anna!"

"Dia tidak menyayangiku!" Gadis itu berhenti, suaranya mulai bergetar, "Dia mencintaimu."

"Dan mengisolasiku di menara berbeda dari istana!" Pekik Elena dari balik tamengnya, "Apa itu yang namanya cinta?!" nafasnya tersengal-sengal. Tidak ada celah di dalam tamengnya itu.

Anna terdiam sejenak. Apa yang dikatakan Elena ada benarnya. Untuk apa ibunya memisahkan Elena, dan memberikan banyak peraturan pada Elena agar ia tetap berada di dalam kamarnya, mengisolasinya. Sementara Anna berada diantara bangsawan lainnya, menjadi pusat perhatian karena menjadi putri mahkota.

Lalu hatinya kembali mengeras mengingat kata-kata ibunya yang ditujukan pada gadis itu. Kau tidak sehebat kakakmu, saudara angkatmu. Yang jelas bukanlah keluarga kerajaan yang asli. Atau Chaddick yang terus-menerus menanyakan kabar Elena. Dan perkataan orang-orang yang membanding-bandingkannya dengan Elena dan memiliki kesimpulan Elena-lah yang terbaik.

Tapi Elena pun tak tahu itu, karena selalu berada di pengasingan. Terlalu kuat untuk ukuran kerajaan Anna.

"AKU MEMBENCIMU!" Tapi terlambat untuknya. Elena segera menghempaskan tamengnya yang besar kearah Anna. Tameng itu bagai tembok yang meluncur kearah Anna dengan cepat membuat gadis itu terhempas melewati ruangan-ruangan dan mendarat di lobi istana.

Anna merasakan betapa sakitnya terhempas jauh dan mendarat di lantai keras. Gadis itu terbatuk-batuk, kekuatannya seketika padam.

"Anna," Elena memanggil dari lantai dua, di depan pintu menuju ruang singgasananya, "Jangan jadi naif, adikku."

Anna jengkel pada kalimat sok bijak Elena. Ia segera merentangkan tangannya ke udara, tapi kekuatannya padam, dan ia butuh waktu pemulihan.

Prajurit-prajurit Elena datang dari berbagai arah dan menahan Anna agar tidak lari kemana-mana atau bahkan menyerang ratu mereka.

"Aku telah salah menyayangimu." Kata Elena dengan nada bicaranya yang santai.

Elena menatap kebawah dari lantai dua, kepada Anna yang telah menunduk dan berlutut di hadapannya di lantai bawah. Gadis itu telah salah meletakkan kepercayaan kepada Anna, walau dia adalah adiknya.

Gadis itu bukan adik kandungnya.

"Dan istanamu yang terkutuk itu, akan hancur menjadi debu." Elena berbalik masih penuh dengan amarah, "Pergilah jauh-jauh dari dataranku. Kau tidak dianggap lagi disini."

To Be Continued

Tritanian History : Long Path She TakesHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin