Chapter 5

1.9K 151 11
                                    

So, sorry.. baru sempet post 😊 lagi sibuk banget.  Ya udah, happy reading aja ya 😁 semoga menikmati.

*******

Pada hakikatnya semua manusia adalah baik. Terlahir pertama kali sebagai bayi polos yang tak pernah tahu arti kehidupan dunia yang kejam. Sifat polos itu berubah karena beberapa factor. Seperti pria dengan onyx mata tajam, wajah dingin, dan sifat arogan yang selalu nampak sebagai cover. Itu lah Cho Kyuhyun.

Lebam-lebam keunguan tampak sangat di wajah putih pucat Kyuhyun. Sudut bibirnya terluka akibat hantaman keras dari sang ayah semalam. Pikirannya tidak focus pada lembaran kertas di depannya. Tidak ada sedikit pun tentang pekerjaannya yang dapat ia pahami. Kyuhyun menyeringai sakit di sekitar bibirnya. Pada detik berikutnya, kepalan tangannya menghantam meja. Amarah tertahan tanpa erangan yang ia utarakan.

Pria itu terluka akan dua hal. Penolakan Yuri dan amarah sang ayah. Kyuhyun menyunggingkan senyum sinis kepada dirinya sendiri. Kyuhyun raih jas yang tersampir di kursi putarnya, kemudian berlalu meninggalkan ruangannya yang lengang. “Anda mau kemana tuan?” tidak sedetik pun Kyuhyun menghentikan langkahnya, bahkan tuk menoleh saja tidak. mana peduli Kyuhyun dengan pertanyaan tidak penting itu. Suasana hatinya sungguh sangat buruk.

“hei, brother..” Langkahnya akhirnya berhenti. Jika tadi Kyuhyun acuh dengan sosok gadis yang menyapanya di ujung lorong, kini Kyuhyun memang berniat untuk hentikan langkah demi melihat pria muda yang berlari kearahnya. Kwon Jaewon, kakak tiri Yuri.

“wajahmu suntuk kali. Ada apa?” Kyuhyun menggeleng tidak semangat. Melangkah lagi, meneruskan langkahnya yang tertunda. Jaewon mengikuti di sampingnya. “Mau minum bersama?” Tawaran Jaewon sepertinya menggiurkan bagi Kyuhyun. Karena pria itu langsung mengangguk mantap meski tanpa suara.

Sementara di ujung lorong, gadis yang menyapa Kyuhyun tadi tengah mendengus sebal. Bagaimana bisa dirinya sudah dua kali kembali kesini dan akhirnya harus mendapat perlakuan acuh dari Kyuhyun. Seragam merah bahkan masih melekat di tubuh gadis itu. “Dasar pria menyebalkan.” Gerutunya. “Andai dia bukan orang penentu lolosnya aku dari audisi. Aku sangat tidak sudi bertemu dengannya.” Gadis itu balik kanan dengan menghentakkan kakinya keras-keras di lantai.

*****

Sudah tidak asing lagi jika minuman keras adalah hal yang paling dibutuhkan beberapa orang untuk menghapus segala rasa sakit yang mendera. Minuman setan itu seolah candu dan cara singkat untuk menghilangkan segalanya. Kyuhyun yang sedari tadi menyesap minuman tersebut sedikit kehilangan kesadarannya. Kepalanya terkulai di atas meja bar. Di sampingnya, Jaewon menatap santai pria yang menjadi temannya sejak Sekolah menengah pertama.

Suasana bar sangat sepi. Bar itu adalah tempat langganan mereka, membocking sesuai kebutuhan mereka. Jaewon memutar gelasnya yang berisi vodka. “Wajahmu lebam. Kau bertengkar lagi dengan ayahmu?” yang ditanya sama sekali tidak menyahut. Sibuk menyesap minuman memamabukkan di tangannya.

“Aih, kau bilang pada adikmu Jaewon-ah. Aku akan membuatnya berlutut di depanku.” Racauan Kyuhyun membuat pria yang disebut namanya terkekeh. Ah, jadi adik –tiri-nya itu masih menolak Kyuhyun. Dasar gadis bodoh, pikir Jaewon.

“Dan katakan padanya, jika aku akan membuat pria itu menderita..” racauan Kyuhyun semakin tak jelas. Kerutan nampak jelas di kening Jaewon, karena pria itu tidak tahu apa yang dimaksud oleh Kyuhyun. “Aku.. akan.. membuat.. Yesung menderita, aku akan.. membuatnya jauh dari milikku.” Barulah Jaewon menyadari siapa yang dimaksud oleh Kyuhyun. Senyum miring nampak jelas terukir di sana. Permainan akan segera dimulai.

*****

Tangan keriput itu mengepal kuat. Emosi muncul begitu banyak, tertimbun dalam diri. Kerja kerasnya hampir mencapai titik bawah karena kehilangan salah satu partnernya. Sebut saja sosok yang sudah menjadi mantan calon besannya. Dengan gagalnya perjodohan antara putra-putri mereka, Tuan Kwon dengan segera menarik diri dari kerja sama proyek bersama pria paruh baya bermarga Cho tersebut.

LonelyWhere stories live. Discover now