Chapter 16

711 86 12
                                    

Denting suara sendok menjadi backsound makan malam keluarga Cho. Makan malam kali ini dihadiri lengkap oleh anggota keluarga. Cho Seunghwan yang kali ini pulang lebih awal. Begitu pula dengan Kyuhyun yang tidak banyak pekerjaan karena belum mendapatkan proyek baru. Setelah proyek sebelumnya dimenangkan oleh Yesung.

Nyonya Cho yang beberapa hari lalu baru keluar dari rumah sakit karena menderita hipertensi makan dengan tenang. Sesekali tersenyum tipis sambil melirik Kyuhyun. "Bagaimana kencan butamu dengan nona Song kemarin, Kyuhyun?" Nyonya Cho akhirnya buka mulut karena Kyuhyun sama sekali tidak menceritakan tentang kencan buta mereka kemarin malam kepadanya.

"Oh, kau melakukan kencan buta?" Cho Seunghwan ikut menimpali. Melirik Kyuhyun yang masih menikmati makanannya. Tidak tertarik dengan topic pembahasan kali ini. "Apa gadis itu cantik? Bagaimana keluarganya?"

"Tenang saja. Dia seorang dokter. Orang tuanya mantan perdana menteri periode kemarin."

"Wah, bagus sekali. Kyuhyun sangat beruntung jika bisa menikahinya." Cho Seunghwan tertawa antusias. "Beruntung sekali gadis miskin itu pergi, sehingga hidup Kyuhyun baik-baik saja."

¾Baik-baik saja dalam pandangan mereka.

"Aku selesai." Beranjak pergi tanpa mau menoleh lagi. Kenapa ayahnya harus mengungkit tentang Seohyun. Begitupun mendengar topik pembahasan yang tidak jauh-jauh dari sebuah keberuntungan tentang dirinya. Tch, Kyuhyun mendengus kasar sambil berlalu dari sana. Menikahi dokter wanita itu, sama saja dirinya kembali menjadi boneka sang ayah. Mantan perdana menteri, ayahnya hanya akan kembali menjadikannya umpan untuk mendapatkan tangkapan yang lebih besar.

Hidup yang melelahkan ketika kau sama sekali tidak memiliki kuasa akan hidupmu. Menjadi boneka yang harus menuruti segala ambisi sang ayah terasa sangat memuakkan. Tapi jalan itulah yang dipilih Kyuhyun empat tahun lalu. Saat Seohyun pergi meninggalkannya. Kali ini ketika gadis itu kembali dan masih membuatnya memupuk harapan untuk masa depan. Ia seolah ingin lepas dari kendali sang ayah akan hidupnya.

Kyuhyun mendesah lelah –untuk kesekian kali.

-

"Ada apa lagi?"

Menghiraukan pertanyaan dari sang pemilik kamar. Kyuhyun merebahkan tubuhnya di ranjang single size milik Jungsoo. Mengabaikan pria yang kini menatapnya penuh, mengabaikan pekerjaannya. "Dengan ayahmu lagi?" Tebak Jungsoo.

"Eomma juga." Sahut Kyuhyun cepat. Mencoba terpejam, menggunakan lengan kanan untuk menutupi wajahnya. Namun sebuah bayangan selalu hadir. Dan perasaan asing yang tiba-tiba memenuhi hatinya. Kamar Jungsoo menjadi tempat pelarian paling nyaman di rumah ini ketika dia kesal dengan ayah atau ibunya. Bahkan Jungsoo yang sudah dia anggap sebagai saudara adalah tempat bertukar pikiran dan berkeluh kesah yang paling efektif. Jungsoo akan memberikan masukan dan nasehat bijak. Memberikan solusi dan jalan keluar untuk masalahnya. Ia harus berterima kasih kepada sang ayah karena telah membawa pria seperti Jungsoo pulang ke rumah ini.

Seperti biasanya, Jungsoo kembali fokus pada pekerjaannya jika Kyuhyun tidak berbicara lagi. Baru beberapa detik dia fokus ke layar laptopnya, suara Kyuhyun membuatnya kembali berpaling.

"Hyung, apa kau berpengalaman soal wanita?" pertanyaan Kyuhyun disambut kekehan pelan oleh Jungsoo. Memperbaiki posisinya menghadap Kyuhyun secara penuh.

"Apa kau pernah meilhatku berkencan sebelumnya? Aku berada di sisi ayahmu sepanjang hari. Bagimana aku memiliki pengalaman tentang wanita?" Jungsoo masih saja terkekeh. Merasa kasihan juga pada dirinya yang hampir menginjak kepala empat tidak pernah sekalipun berkencan. "Tapi jika kau mau cerita aku siap menjadi pendengar seperti biasanya."

Kyuhyun bimbang antara bercerita atau tidak. Dia malu jika terlihat lemah karena seorang wanita. Tapi di sisi lain dia juga butuh nasehat dan solusi seperti biasanya. Yeah, walaupun Jungsoo bilang tidak berpengalaman di bidang ini.

LonelyWhere stories live. Discover now