Chapter 9

883 95 6
                                    

Resah dan gelisah selalu membayang dalam setiap langkah gadis pemilik rambut coklat gelap tersebut. Hal yang dia harapkan nyatanya sangat jauh dari bayang. Ayahnya.. hanya satu sosok tersebut yang selalu membuatnya merasa cemas, membuatnya menitikan air mata. Yuri mendongak,  mengusap bulir yang mengalir di kedua pipinya. Menatap langit senja. Pemandangan yang seharusnya indah, namun kosong baginya.

Hampir satu bulan ayahnya berada dalam sel tahanan, namun tak sekalipun dirinya dijinkan untuk bertemu sang ayah. Dan petang ini, ketika dia kembali duduk berhadapan dengan salah satu petugas kantor polisi. Namun petugas tersebut mengatakan bahwa ayahnya kabur dari penjara. Ya Tuhan! Apalagi sekarang? Ayahnya tidak mungkin kabur bukan? Yuri yakin bahwa ayahnya tidak bersalah.

Yuri menghela nafas kasar. Mengusap wajahnya yang kebas. Setiap manusia pasti mengalami ujian. Begitulah Yuri selalu menguatkan dirinya untuk menghadapi semua masalah yang datang.

Sekilas ia melirik jam tangannya, mengeluh tertahan. Dia lebih memilih kembali meneruskan langkahnya, menyusuri jalanan kota Seoul dari pada harus kembali ke rumah dan bertemu dengan ibu dan saudara tirinya.

*****

Senja itu seperti biasa, matahari tenggelam di ufuk barat. Meninggalkan semburat jingga kemerahan di perpotongan waktu menjelang malam. di kedai yang terletak di ujung jalan, Seohyun dan Kyuhyun menghabiskan waktunya di sana. Duduk berhadapan di bagian tengah ruangan sambil sibuk memanggang jeroan daging sapi.

Maksudnya hanya Seohyun yang sibuk memanggang. Sedangkan Kyuhyun sibuk menatap setiap sudut kedai tersebut, menatap orang-orang yang tertawa sambil menenggak minuman dan menyuap jeroan seperti yang ada di hadapannya. Kyuhyun bergidik geli karenanya. Sebagai putra semata wayang dari salah satu orang terhormat di Korea Selatan, ini kali pertama dia duduk di kedai pinggir jalan seperti ini.

“Makanlah!” Seohyun yang sedari tadi sibuk memanggang tidak memperhatikan mimic wajah Kyuhyun. Dengan mudahnya dia mengangkat tangan, menyodorkan daging jeroan kepada Kyuhyun. Namun Kyuhyun tak kunjung membuka mulutnya. Hingga akhirnya Seohyun menyadari kediaman Kyuhyun. “Apa kau jijik berada di sini? Kau jijik dengan makanan ini?” heran Seohyun.

“Jangan tanyakan jika kau sudah tahu jawabannya, Nn.Seo..”

Wajah polos Seohyun berubah cemberut. Menatap lesu daging panggangannya. Dia hanya ingin membalas kebaikan pria itu karena sudah mau menjadi pengajarnya. Tapi dia mana tahu jika Kyuhyun tidak menyukai tempat pilihannya ini. Lagi pula uangnya juga tidak cukup jika mentraktir Kyuhyun di restoran mahal. “Setidaknya kau makan meski sesuap. Itu namanya menghargai..”

Entah bagaimana Kyuhyun tidak bisa berpaling menatap wajah cemberut gadis di hadapannya ini.  Seakan menghipnotis dirinya untuk terus dan terus menatap wajah itu. Membuatnya melupakan satu sosok yang dahulu selalu memenuhi ruang hati dan pikirannya.

Hingga tanpa mereka sadari, pertemuan-pertemuan tanpa sengaja kala itu membuat mereka dekat. Satu-dua kali katakanlah sangat menyebalkan untuk Kyuhyun. Tapi pertemuan-pertemuan mereka berikutnya adalah pertemuan yang disengaja. Kyuhyun akan mencari dimana keberadaan gadis pemilik hazel coklat tersebut, Seo Joo Hyun.

*****

Langit malam benar-benar gelap tanpa bintang mau pun sang rembulan. Mendung tipis menggantung di atas. Mobil hitam berhenti di ujung jalan masuk kompleks perumahan Gangnam. Seorang gadis keluar dari mobil tersebut, membungkuk sopan pada sang pengemudi. “Terima kasih tumpangan dan waktunya Tn. Muda Cho..” Ucapnya sambil tersenyum lebar.

Sang pengemudi berdecih pelan. “Panggil saja Kyuhyun..” sahut pria di dalam mobil. “ah, sampai jumpa besok jika begitu..” mereka sama-sama melambai, sama-sama berharap bahwa esok memang akan bertemu kembali.

LonelyWhere stories live. Discover now