Chapter 27

652 78 12
                                    

Budayakan vote sebelum membaca
.
.
.

Happy Reading

Jungsoo tertegun ketika sampai di rumah minimalis itu. Barang-barang berserak dan segala perabotan rumah yang dia sewa hancur tidak berbentuk. Matanya memanas dan hatinya remuk redam melihat gadis mungil itu tergugu di samping tubuh tak bernyawa ibunya.

Langkah Jungsoo patah-patah mendekat. Melihat lebih jelas bahwa semua yang terekam indera penglihatannya tidak nyata. Tapi darah yang terus keluar dari dada bagian kiri wanita paruh baya itu adalah nyata. Lututnya lemas, tidak mampu lagi menopang tubuhnya. Dia terduduk tepat di depan Taeyeon yang masih menangis histeris.

Tangisan gadis itu membuat hatinya semakin terluka. Lengannya merengkuh tubuh mungil itu dalam dekapannya. Jungsoo tidak tahu harus berbuat apa selain membuat gadis di depannya tenang.

Semua ini karena dirinya. Dia yang berjanji pada Taeyeon untuk melindungi sang ibu, tapi dia tidak bisa menepati janjinya. Rasa bersalah pada gadis itu semakin besar. Andai dirinya tidak pernah melibatkan orang asing dan masa bodoh dengan keberadaan Taeyeon saat itu, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi.

"Maaf... Maafkan aku." Bisiknya lirih. Setetes air matanya luruh. Pertahanannya sudah hancur.

LONELY

Atmosfer tegang begitu pekat mendominasi ruang tengah kediaman keluarga Kwon. Gurat wajah tegas Jungsoo, wajah datar Yesung, dan terakhir raut sendu tuan Kwong Sangwoo. Pikiran mereka berkutat pada hal yang berbeda.

Helaan nafas kasar Sangwoo memecah keheningan di antara mereka. Dia mengeluarkan box kecil dari bawah meja. Mengalihkan atensi kedua pria bersaudara yang sejak tadi menunduk dengan tatapan kosong mereka.

"Apapun yang kalian dengar setelah ini, —adalah kebenaran." Sangwoo menjeda Sejenak kalimatnya. "15 tahun lalu tepatnya saat ayah kalian di bunuh, aku berada di sana. Aku terlibat dalam pembunuhan itu."

Kenyataan pahit yang selama ini berusaha pria paruh baya itu tolak. Sebuah penyesalan mendalam karena perbuatan bodohnya membuat sahabat baiknya meninggal. Sangwoo menyalakan rekaman lawas yang dia temukan di gudang.

"Saat itu Taeji bersikeras tidak mau menjual tanah yang dia miliki. Hal itu membuat Cho Seunghwan marah. Dia menyuruhku untuk membujuk Taeji agar bertemu dengannya, tapi aku tidak pernah tahu jika pertemuan itu untuk melenyapkannya."

Keadaan hening yang mencekam setelah tuan Kwon mengakui dosa yang selama ini berusaha dia kubur dalam-dalam. Tapi dia baru sadar, bahwa selama ini dia terlalu pengecut mengakui keterlibatannya.

Kedua putra Seo Taeji masih tidak bergeming dari posisinya. Kenyataan yang mengejutkan.

LONELY

Hampir dua hari Kyuhyun tidak sadarkan diri. Selama itu pula Seohyun terus berjaga penuh. Tadi pagi saat sang manager datang menjenguk dia mengajukan permintaan cuti sementara waktu. Tubuh dan hatinya sangat lelah. Seohyun akan mengajukan cuti secara resmi setelah Kyuhyun sadar nanti.

"Tidurmu nyenyak sekali sampai tidak bangun-bangun."

Selama Kyuhyun di rumah sakit, tidak ada satu pun keluarganya yang datang. Seohyun merasa heran, sekaligus sedih. Tidak ada yang khawatir dengan keadaan pria ini.

Huh.

Seohyun menghela nafas kasar. Melanjutkan kegiatannya membasuh tubuh Kyuhyun. "Ternyata nasibmu tidak berubah. Mereka tetap tidak peduli denganmu. Bukankah sangat menyakitkan meskipun kedua orang tuamu masih hidup, mereka seolah tiada."

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang