Chapter 6

2.1K 168 15
                                    

Langit masih terlihat gelap, semburat merah baru muncul malu-malu di ufuk timur. Embun menggantung di ujung dedaunan. Meski matahari belum tampak sepenuhnya, hari ini Seohyun sangat bersemangat untuk memulai harinya. Bangun ketika semua orang masih sibuk bergelung dengan selimut, membuat beberapa makanan untuk sarapan, dan sebagian ia berikan kepada seseorang. Anggap saja sebagai langkah awalnya untuk membujuk seseorang agar membatalkan keputusan  menggusur kompleks perumahan tempatnya tinggal.

Seohyun sedikit menguap, meregangkan otot-ototnya yang masih terasa kaku. Yesung memilih pulang setelah baru bangun tidur. pria itu bilang khawatir dengan nona mudanya. Semoga hari ini berjalan lancar. Membujuk Kyuhyun, mencari pekerjaan dan mencari kakak sulungnya. Seohyun tidak mau hanya berdiam diri menunggu kabar dari Yesung saja, setidaknya dia harus ikut berusaha agar lebih cepat bertemu dengan sang kakak.

Setelah tiga puluh menit berlalu, bumi sudah mulai terang. Seohyun memilih untuk berangkat saat itu juga. Ada sesuatu lagi yang harus dia lakukan di ruangan Kyuhyun. Kereta bawah tanah merupakan transportasi efektif pilihan Seohyun, selain nyaman juga karena untuk menghemat ongkos. Dirinya kan tidak memiliki pekerjaan, jadi harus hemat.

Keadaan di dalam kereta masih sepi. Hanya terlihat beberapa penumpang dengan wajah kantuk yang masih menghiasi setiap wajah. Seohyun menghela nafas, hembusan nafasnya mengeluarkan asap. Dingin. Rantang makanannya ia dekap sangat erat. Semoga masih tetap dalam keadaan hangat. Meski Seohyun tidak terlalu yakin usahanya hari ini akan berhasil mengingat bagaimana sifat keras kepala-nya Kyuhyun.

Langkahnya mantap menyusuri lorong-lorong menuju ruangan wakil presdir. Beberapa Office Boy sudah terlihat berkutat dengan pekerjaan masing-masing. “Selamat pagi, Ahjussi..” Seohyun menyapa ramah seorang paman yang ia jumpai di dekat ruangan wakil presdir.

“Selamat pagi, nona..” balas paman tersebut. “Apa nona akan akan ke ruangan wakil Presdir?” tanya sang paman yang diangguki mantap oleh Seohyun. Senyum tipis pertanda mempersilahkan paman tersebut berikan kepada Seohyun.

“Selamat bekerja ahjussi.” Ucap Seohyun. “Semangat!”

Setelah itu Seohyun membuka pintu perlahan, masuk ke ruangan yang masih tidak ada penghuninya. Meletakkan rantang makanan miliknya di atas meja. Menatap setiap sudut ruangan yang didominasi warna gelap. “Auranya memang menakutkan.” Seohyun bergidik membayangkan sorot mata tajam dan ekpresi datar Kyuhyun. Lalu menggeleng keras-keras. “Ah sudahlah..”

Dengan sebuah kain di tangan, Seohyun bersiap untuk membersihkan ruangan bernuansa gelap ini. Menyingsingkan lengan bajunya, mulai membersihkan meja kerja Kyuhyun, merapikan beberapa kertas yang berserakan di atas meja Kyuhyun. Sambil bersenandung, Seohyun tidak menyadari seseorang menatapnya datar.

“Kau pikir bisa merubah pikiranku hanya dengan membersihkan ruang kerjaku..” Sosok  Kyuhyun berdiri bersedekap dengan gaya santainya. Sudut matanya melirik rantang makanan di atas meja. “Dan serantang makanan.” Kyuhyun menatap sinis melalui sudut matanya.

Tubuh Seohyun terlonjak, segera balik kanan mendengar suara maskulin di belakangnya. Senyumnya merekah lebar. “Selamat pagi Kyuhyun-ssi..” Seohyun hilangkan perasaan jengkelnya kala ia lihat wajah datar Kyuhyun. “kau sudah datang rupanya. Ah, ini aku bawakan sarapan untukmu.” Senyumnya. “Semoga kau suka.”

“Tenang.. tenang Seohyun..” bisiknya lirih. Kyuhyun melewatinya begitu saja tanpa membalas sapaan Seohyun. Sekilas melirik rantang makanan berwarna biru di atas meja. Kyuhyun dudukkan tubuhnya santai di kursi kekuasaannya.

“Kau sudah boleh pergi nona Seo. Pintu keluarnya ada di sana jika kau tidak tahu.” Kedua tangan Seohyun sempurna terkepal erat menahan umpatan yang sudah di ujung bibirnya. Ingin sekali dia menyumpahi pria dihadapannya ini. Tapi urung, karena mengingat jika dirinya mengumpat Kyuhyun maka akan semakin sulitlah usahanya untuk merubah keputusan pria itu.

LonelyWhere stories live. Discover now