Yang Kamu Tidak Tahu

25 2 0
                                    

Kamu jauh sekali rasanya, saya nggak tahu kenapa. Padahal ujung jari saya bisa dengan mudahnya mengetikkan kata-kata, tentang hal-hal yang saya ingin kamu tahu dan rasa, tapi hati saya sadar: saya tidak bisa. Semua berbeda dan kita sama-sama tahu di antara kita ada sebuah batas fana, sekat tak kasat mata—tembok pembatas khayal dan nyata.

Tangan saya tak bisa lagi menjangkaumu, dan kamu pergi direnggut pusaran waktu. "Kembali," saya terisak namun tertahan, namun kita dalam ruang kedap suara dengan pembatas kaca yang mengaburkan semuanya. Kamu tidak bisa mendengar saya, lebih-lebih membaca gerak bibir yang sudah mati-matian saya pelankan, yang setengah putus asa saya tenangkan dari gemetarnya di tengah badai perasaan dan mata yang hujan—hanya demi kamu mengerti walau hanya sekali.

Saya ingin kamu tahu, itu saja, tapi kita tak lagi saling bicara. Kamu menyerah, saya pasrah. Kalau boleh jujur, saya juga sudah lama ingin menyerah—namun melepas bukanlah perkara mudah.

Jaga diri, saya akan rindu kamu—kamu tahu, itu selalu. Saya menggigil diterpa rindu, semoga suatu saat lapisan beku ini menemukan titik cairnya. Saya masih ingin memanggil namamu dan melihat senyummu sesaat setelahnya. Lihat aku, jangan palingkan wajahmu; karena kita akan sama-sama menunggu. Semoga nanti, saat kita akhirnya bertemu, kita bisa melebur jadi satu. Saya tidak bisa tanpamu, dan walaupun sanggup, saya masih akan terus merindu hadirmu.

Pulang, sayang, saya rindu. Telah saya jelajahi semesta dan angkasa—seisi jagat raya, sudah pula saya tinggalkan jejak dan pertanda; barangkali kamu juga rindu saya. Saya hanya ingin kamu selalu tahu jalan pulangmu.

Hati-hati, saya akan selalu menunggu kembalimu
Hari ini, esok, nanti, seabad lagi—rindu saya akan menyambutmu meski jasad saya mungkin telah terkubur waktu.

LemonadeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora