Aku datang, kamu pergi dengan sejuta alasan.
Tapi bodohnya aku tetap menunggu, menunggu kamu yang saat itu menjadi milik orang lain.
Aku pun tidak bergegas pergi, aku masih berdiri dan bertahan untuk kamu yang tidak pasti kapan akan kembali.
Aku pergi, kamu datang dengan sejuta kata maaf.
Saat kamu disakitin orang lain, kamu berpaling dan menyanding ku kembali.
Tapi bodohnya aku, masih memaafkan mu dan memberikan tempat yang spesial untuk mu.
Aku bingung.
Padahal sudah hampir satu setengah tahun untuk melupakan dan merelakan. Melupakan kenangan yang pernah kamu buat untuk mewarnai hari ku, merelakan kamu untuk orang lain.
Tapi kenapa di hati ini masih tersedia tempat kosong untuk orang seperti mu? Padahal tempat yang sudah ku susun rapih itu, kamu hancurkan begitu saja.
Menjadi antah-berantah yang tidak tau siapa penghuni sesungguhnya.
Waktu berjalan, dan aku tidak mau terlarut dalam kenangan kelam.
Tentunya aku tidak mau kalah dengan mu, aku juga berusaha mencari pengganti mu.
Walaupun nama mu masih juara 1 di dalam perasaan ku. Dan sampai pada waktunya, aku menemukan yang baru. Yang benar-benar bisa membuat luka di hati ini benar-benar kering, membuat jiwa dan raga ini bangkit kembali.
Tapi, saat ini kamu datang lagi.
Bagaikan gempang yang berskala besar, mengguncangkan isi bumi. Dan membuatnya hancur. Apakah pondasi pertahanan yang aku buat kurang kokoh? Atau ada perasaan yang masih tertinggal di hati ini? Ya tuhan.
Aku terlalu takut untuk jatuh terlalu dalam di perasaan mu. Aku takut waktu yang digunakan untuk menunggu mu terbuang sia-sia.
Dan mempunyai akhir cerita yang sama.
Jika kamu adalah hasil dari doa-doa ku selama ini.
Tolong jangan sakiti perasaan ini (lagi).
