Sang Pewaris

8.5K 608 10
                                    

Se Ryung nampak merintih kesakitan saat Byul membaluri kaki Se Ryung dengan obat-obatan herbal. Nyonya Kim baru saja mencambuk kaki milik gadis itu karena pulang malam dengan hanbok kotor yang penuh dengan debu dan tanah.

Tampak baluran warna memerah di pergelangan kakinya yang kini sudah mulai membengkak. Jika Byul tidak segera mengobatinya luka itu pastilah akan menimbulkan bekas yang tentu saja tidak akan baik untuk seorang putri bangsawan.

Byul kemudian menutup bagian luka di kaki Se Ryung dan memapahnya berbaring di tempat tidur.

"Nona, ayo berhenti saja. Kita tidak mungkin terus-terusan melakukan ini. Bersyukur tadi ada pemuda bercadar yang menyelamatkan kita. Jika tidak apa jadinya kita sekarang ini." Ucap Byul dengan nada merajuk.

Se Ryung memandang Byul dengan muka memelas.

"Apa kau tidak kasihan pada anak-anak kecil itu. Mereka tidak memiliki orangtua. Tidak ada yang memberi mereka makan. Masalah tadi, kita hanya kurang beruntung. Aku janji padamu akan lebih berhati-hati."

Se Ryung menepuk-nepuk punggung untuk memberi semangat pada gadis yang sebaya dengannya itu. Byul menghela nafas panjang. Se Ryung memang gadis yang keras kepala.

"Selain itu, Ibu marah padaku karena aku pulang setelah matahari terbenam, bukan karena kita ketahuan. Jadi tenanglah. Kau akan baik-baik saja. Sekarang sudah larut malam, kau beristirahatlah."

Byul mengangguk dengan berat karena sudah terlalu lelah dengan banyaknya peristiwa yang dilaluinya hari ini. Bersyukur kaki Se Ryung terluka sehingga untuk beberapa hari kedepan mungkin nonanya itu tidak akan terlalu banyak tingkah. Diapun bergegas meninggalkan kamar Se Ryung tanpa banyak kata.

Sepeninggalan Byul, kamar Se Ryung langsung sunyi, hanya terdengar nyanyian jangkrik menikmati malam. Se Ryung menyibakkan jendela kamarnya. Bulan sabit terang menggantung diantara awan, telihat seperti lukisan senyuman.
Melihat senyuman bulan sabit itu Se Ryung teringat kejadian yang baru saja dialaminya. Diselamatkan seorang pemuda misterius seperti dalam cerita roman yang sering dibacanya. Entah kenapa hatinya menjadi hangat mengingat semuanya.

Se Ryung membalas senyuman manis dari bulan sabit dan menyeolahkan itu sebagai senyuman dari pemuda bercadar sembari menerka-nerka bagaimana wajah dari penolongnya itu.

"Apakah Anda sudah menikah? Berapa usia Anda?" Lirih Se Ryung bertanya kepada bulan sabit yang menggantung dilangit.

Sunyi. Tidak ada jawaban.

Kembali nanyian nyaring binatang malam yang terdengar. Se Ryung meletakkan kepalanya di bibir jendela, memandangi sang bulan yang kini terlihat seperti pemuda bercadar itu dan perlahan gadis itu memejamkan matanya.

"Kau adalah putriku satu-satunya. Kau harus mendukungku. Akan kujadikan kau seorang Ratu tunggulah saat itu tiba." suara Menteri Kim terngiang ditelinga Se Ryung membuat gadis itu tersentak dan terbangun.

Menteri Kim memang sangat menginginkan Se Ryung menjadi Ratu.

Se Ryung menghela nafas dalam. Dipandanginya bulan sabit dengan tatapan sedih. Untuk pertama kalinya dia mengagumi seorang pria tetapi tidak mungkin memilikinya.

Benar, Aku tidak akan pernah bisa memilikimu. Tapi bolehkan aku memilikimu di hatiku?

segera gadis itu menutup jendela dan melanjutkan tidurnya.

***

"Jaga baik-baik ya. Jangan sampai ketahuan." Pesan Se Ryung di depan ruang Penyimpanan. Se Ryung kembali memindahkan beras di ruang penyimpanan kedalam kantung yang telah dia persiapkan dibalik chimanya.

sun's flower -EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang