epilog

7.1K 354 23
                                    

"Saya mohon Ibu Suri untuk menyelamatkan saya." 

Ibu Suri memandang sosok Hyorin yang kini tengah bersujud dihadapannya memohon pertolongan.

"Saya melakukan semua ini sesuai dengan perintah anda, Daebi mama. mengapa..."

"Sesuai perintahku? Aku tidak pernah menyuruhmu meracuni Selir Go maupun Selir Moon! aku hanya memintamu untuk mendapatkan hati putraku. Karena kupikir kau ada dipihakku, tapi lihat apa yang terjadi?!"

Ibu suri memegangi dadanya yang terasa sakit karena kemarahannya.

"Kau tahu, Karenamu aku hampir terbunuh demi ambisimu menjebak ratu agar lengser dari tahtanya. Apa kau pikir aku akan menyelamatkanmu setelah semua yang kau lakukan?"

"Daebi mama, semua yang saya lalukan untuk anda!" Hyorin memohon dengan semakin keras.

"Jo Sanggung, seret gadis ini keluar dari istanaku, aku tidak sudi melihat wajahnya lagi." 

***

Hyorin duduk di panggung kecil dihalaman Gwanghaemun disebelahnya ada Menteri Jung dan beberapa pengikutnya. Yi Yeon mengeluarkan sebuah titah untuk menghukum penggal semua yang terlibat dalam pembunuhan selir Go, upaya pembunuhan Ibu Suri,  Ratu Kim dan Selir Moon.

***

Matahari belum juga terbit, tetapi Ibu suri sudah berjalan mondar-mandir dengan tidak tenang di paviliunnya. dia mendengar bahwa ratu yang dilengserkan telah kembali keistana. dia benar-benar merasa bersalah karena tidak mendengarkan apa yang dikatakan putranya bahwa ratu Kim berbeda dengan ayahnya. Ibu suri juga merasa malu karena sudah menuduh Se Ryung dengan tuduhan yang tidak benar.

Akhirnya matahari mulai menerangi bumi Joseon. Se Ryung dengan pakaian kebesarannya melangkahkan kakinya menuju kediaman Ibu Suri. Se Ryung sangat bersyukur bisa melakukan baktinya kepada orang tua dengan melaksanakan salam pagi seperti ini.

"Umumkan kedatanganku pada Eomma mama." ucap Se Ryung begitu mencapai kediaman mantan Ratu.

Dayang Jo yang sudah memprediksi tentang kedatangan Se Ryung segera melaksanakan perintah ratu. 

"Daebi Mama, Jungjeon mama datang untuk menghadap anda." 

Sejenak tidak ada jawaban dari pemilik paviliun Jagyeongjeon. itu membuat Se Ryung khawatir. mungkinkah sampai semua kebenaran telah terungkap dan dirinya kembali ke Istana Ibu Suri masih belum bisa menerimanya? 

"Daebi Mama, Jungjeon mama datang untuk menghadap anda." Dayang Jo kembali mengulang perkataannya.

 "Persilahkan masuk kedalam." 

Ibu Suri sebenarnya enggan bertemu dengan Se Ryung karena merasa malu, tetapi karena rasa bersalah lebih menguasainya sehingga mau tidak mau menerima penghormatan dari Se Ryung.

Se Ryung menghela nafasnya lega, bersyukur Ibu Suri bersedia untuk menemuinya.

"Hormat yang Mulia." Se Ryung melakukan sujud penghormatan dihadapan Ibunda Yi Yeon.

"duduklah."

Se Ryung menegakkan duduknya dan memandang lurus kepada Ibu Suri dengan senyum ramah. 

"terimakasih Ibunda, Bagaimana kabar anda pagi ini?"

Ibu suri mendengus kasar dan membuang wajahnya, wanita paruh baya itu memang merasa bersalah, tetapi rasa malu dan harga dirinya masih terlalu tinggi untuk mengakuinya.

"Semoga ibu suri senantiasa diliputi kesehatan dan kebahagiaan." ucap Se Ryung dengan doa tulus terlantun dibibirnya. sayangnya ibu suri masih belum bergeming sehingga situasi menjadi sangat kikuk.

Se Ryung mengeluarkan sebuah sapu tangan bersulamkan bunga peoni dengan daun yang lebat yang di dalamnya lipatannya terdapat akseoris rambut berupa yang tusuk rambut berbentuk peoni. Se Ryung meletakkan aksesoris itu dimeja Ibu Suri. wanita paruh baya itu menatap hadiah kecil itu.

"Mohon ibu suri bisa menerima hadiah kecil dari saya."

kembali hening. sedari tadi Ibu Suri belum juga mengeluarkan beberapa patah kata untuk Se Ryung sehingga membuatnya merasa tidak nyaman.

"Mungkin Ibu suri perlu beristirahat, saya akan berkunjung lagi esok hari. kalau begitu saya akan undur diri." Se Ryung mengalah. dia tidak bisa memaksa ibu suri untuk menyukainya. Se Ryung bersiap berdiri dan melakukan penghormatan sampai kemudian suara ibu suri terdengar.

"Bungan Peoni melambangkan keagungan seorang ratu. apa kau sekarang sedang menyindirku karena aku mengabaikanmu dan tidak menunjukan keagunganku kepadamu?"

Se Ryung kembali duduk. "bukan begitu, hadiah ini adalah rasa syukur saya karena anda bersedia menerima kedatangan saya. maaf jika membuat anda tidak berkenan."

"Ya, aku merasa tidak nyaman dengan semua ini."

Se Ryung mengangkat wajahnya dan menatap wajah sang mantan ratu. "Saya akan menggantinya dengan hadiah yang lainnya. Mohon maaf jika membuat anda merasa tidak nyaman."

"mendekatlah." ucap wanita paruh baya itu yang sontak membuat Se Ryung terkejut. Ada perasaan cemas melingkupi Se Ryung. dia khawatir mertuanya akan mengatakan kata-kata yang pelan namun pedas. dengan penuh ketetapan hati Se Ryung mendekat ke meja milik sang mantan ratu.

Ibu Suri meraih tangan Se Ryung kemudian mengusapnya lembut.

"Maafkan aku karena telah berfikiran buruk tentangmu. Ayahmu memang berhati ular, siapa sangka dia memiliki putri yang berhati berlian. Aku telah bersalah padamu." lirih Ibu Suri mengucapkan kata-kata itu dihadapan Se Ryung yang seketika membuat tangis Se Ryung berderai.

Se Ryung sama sekali tidak mengharapkan ucapan maaf dari Ibu suri, hanya sebuah penerimaan beliau untuknya sudah lebih dari cukup.

"Jaga Putraku dan tahtanya agar tidak goyah, pun dengan Pangran Jonghwa agar bisa tumbuh menjadi penerus tahta yang baik. aku percaya kamu dan Putraku bisa mewujudkan joseon yang diidam-idamkan." 

Air mata Se Ryung masih saja berderai, "Terimakasih banyak Eomma mama, saya akan melakukannya sesuai yang akan perintahkan."

***


sun's flower -EndWhere stories live. Discover now