Kesalahan

4.3K 381 17
                                    

Kau pikir hanya perasaanmu saja yang tersiksa? Aku juga tersiksa. Aku juga ingin membuka hatiku untukmu. Tapi aku tidak tahu apa kau benar-benar tulus atau semua ini hanya sandiwaramu dan ayahmu? Pun jika kau benar-benar tulus mampukah kau melawah ayahmu sendiri?

***

Se Ryung bangun dari tidurnya. Matanya tampak sembab dan sedikit membengkat setelah semalaman menangisi nasibnya. Dayang Park menghampiri Se Ryung saat menyadari Putri Mahkota sudah terbangun.

"Anda melewatkan salam pagi untuk baginda Raja. Putra Mahkota tidak mengizinkan kami untuk membangunkan anda. Maafkan kami."

Dayang Park membantu Se Ryung duduk kemudian mulai merapikan kamar Se Ryung kemudian dia juga memanggil para dayang untuk membantu Se Ryung membersihkan diri.

"Kepalaku pening sekali. jam berapa sekarang?"

"Ini sudah hampir tengah hari. Sepertinya anda sangat kecapaian. Anda tidur sangat lama."

Kini Se Ryung sudah selesai membersihkan diri dan selesai didandani. Dayang Park menyerahkan teh krisan untuk mengurangi pening Se Ryung dan beberapa sarapan paginya yang sebelumnya terlewat. Se Ryungpun menyeruput teh itu perlahan pun mulai menyantap makanannya.

"Putra Mahkota menitipkan surat ini untuk Anda."

Dayang Park meletakan sebuah nampan kecil yang diatasnya ada sebuah surat disampuli kain satin berwarna biru. Se Ryung mengambil surat itu dan mulai membacanya dengan seksama.

Putri Mahkota, hari ini aku akan berangkat menuju Ming, Dua hari yang lalu Abbamama telah memberikan perintah, ada beberapa hal yang harus aku selesaikan disana. Karena titah ini rahasia, awalnya aku tidak berniat memberitahumu tentang hal ini. Tapi melihat kesedihanmu tadi malam kurasa kau punya hak untuk tahu tentang itu.

Mungkin begini lebih baik. Kita pasti akan terlihat sangat cangung saat bertemu satu sama lain. Aku bersalah karena telah mengabaikanmu selama ini. Maafkan aku. Aku akan berinsropeksi diri selama disana.

Yi Yeon.

Se Ryung tersenyum membaca surat dari Yi Yeon Ini adalah kali pertama se Ryung melihat tulisan tangan milik Putra Mahkota. Se Ryung tampak terkagum-kagum melihat tulisan tangan itu. Dirinya tak pernah menyangka ternyata tulisan tangan Putra Mahkota seindah ini.

"Dayang Park pimpin jalanku menuju paviliun Putra Mahkota. Aku harus segera bertemu dengan Putra Mahkota!" perintah Se Ryung.

Dayang Park segera menyuruh para dayang merapikan makanan Se Ryung dan memimpin jalan Se Ryung menuju paviliun putra  mahkota.

Sayangnya setibanya Se Ryung di paviliun Putra Mahkota, Yi Yeon sudah tidak ada disana.

Aku terlambat.

***

Dipaviliunnya Se Ryung menatap surat dari Putra Mahkota.

"Apa yang merisaukan anda yang Mulia?" tanya dayang Park mengagetkannya.

"kudengar Kerajaan sedang menghadapi keadaan yang pelik. Penduduk di Gangneung sedang dilanda wabah cacar air dan disaat bersamaan Bangsa Ming meminta banyak upeti sebagai ganti rugi perang dengan Bangsa Yuan."

"Untuk apa anda memikirkan hal ini, sudah ada Baginda Raja, Putra Mahkota juga para Menteri yang memikirkannya. Saya percaya kemelut ini pasti akan segera berlalu."

Se Ryung menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan perkataan sang dayang kepala, namun kemudian gadis itu teringat dengan kejadian 2 tahun lalu. Saat dirinya menemukan anak-anak terlantar di pinggiran kota. Entah bagaimana nasib mereka kini, yang pasti selama setahun sampai dengan dirinya terpilih menjadi Putri Mahkota tidak ada kabar kelanjutan tentang nasib mereka. Sudah beberapa kali Se Ryung mengutarakan hal ini kepada ayahnya. Nyatanya tidak ada yang memperdulikan mereka.

sun's flower -EndWhere stories live. Discover now