Gadis yang Terabaikan

4.3K 401 13
                                    

Hyorin duduk termenung di teras tempat tinggal para dayang istana. Hampir semua dayang di sana sudah tertidur lelap dalam buaian mimpi indah. Hyorin belum juga mampu memejamkan mata. Kemarahan masih saja membuncah didadanya mengingat kejadian seharian tadi saat membantu Putri Mahkota di dapur Istana. Ada rasa iri mengelayutinya, atas keberuntungan yang didapat Si Putri Mahkota dan ketidak beruntungan yang dialaminya, posisi yang ia incar telah ditempati seseorang yang amat di bencinya. Bagaimana tidak, Sang Putri Mahkota adalah putri dari orang yang telah menjebak ayahnya hingga merampas semua kebahagiaannya.

Hyorin tampak mengepalkan tangannya penuh kebencian. Gadis itu sadar sekarang tidak punya kuasa apapun untuk membalas semua rasa sakit hati yang telah diterimanya. Keinginannya bertahan dan tinggal di istana semata-mata hanya untuk mendapatkan anugrah dari sang putra mahkota saat dia bertahta kelak sehingga gadis itu bisa membalas dendam atas semua kesakitannya dan mengambil kembali harga dirinya yang telah dinjak-injak oleh Fraksi Noron.

Saat pemilihan Putri Mahkota dilaksanakan, Hyorin sangat marah saat mendengar Putra Mahkota memilih sendiri putri Menteri Kim sebagai pengantinnya. Hingga akhirnya dirinya memutuskan untuk masuk ke istana sebagai dayang istana dengan identitas baru. Harapannya agar Putra Mahkota tidak melupakannya. Namun, beberapa bulan kemudian Hyorin sangat bersyukur mendengar isu yang beredar dikalangan dayang istana mengenai hubungan Putri Mahkota dan Putra Mahkota tidak berjalan dengan baik karena mereka berdua tidak pernah saling berkomunikasi satu sama lain kecuali saat salam pagi untuk baginda Raja

Bisa jadi Putra Mahkota sengaja memilih gadis itu untuk menyakiti hati Mentri Kim. Meskipun demikian aku tidak boleh duduk tenang sekarang, Putri Mahkota sudah mulai bergerak untuk mendapatkan hati putra mahkota. Aku harus melakukan sesuatu.

***

Malam itu, Se Ryung menemui Yi Yeon di istananya. Setelah menyampaikan penghormatan. Gadis itu menyajikan makanan dan cemilan yang telah dia masak seharian tadi di dapur istana.

"saya agak bosan dengan rutinitas, jadi saya membuat makanan ringan untuk Anda, Silahkan dinikmati. Semoga Anda menyukainya."

Yi Yeon yang tengah membaca menutup bukunya sebentar dan merasai salah satu cemilan yang tersaji.

"Terimakasih. Aku akan memakannya nanti." kata Yi Yeon datar. Pemuda itu kemudian mengeser meja sajian kesampingnya dan melanjutkan membaca buku yang tengah dibacanya dan kembali fokus disana.

Se Ryung menghela nafasnya. "Baik Yang Mulia, silahkan menikmati waktu anda." Jawab gadis itu.

Se Ryung kemudian beranjak berdiri, namun kemudian gadis itu mengurungkannya. Akhirnya Gadis itu tetap duduk diam dalam posisinya dan hanya memperhatikan Yi Yeon membaca.

Setelah beberapa saat kemudian Yi Yeon menutup bukunya. Alangkah terkejutnya pemuda itu saat menyadari ternyata Se Ryung masih berada diruangannya.

"Oh. Kau masih disini? Apa sesuatu yang ingin disampaikan?" tanya Yi Yeon lagi-lagi dengan nada yang datar.

Se Ryung mengangguk, gadis itu tampak meremas kedua sisi chima-nya untuk mengusir rasa gugup yang menjalarinya. Butuh beberapa saat untuk gadis itu merespon pertanyaan Yi Yeon. Se Ryung bingung harus memulai dari mana. Bagaimanapun sikap Yi Yeon yang dingin kepadanya membuat gadis itu kesulitan untuk merengkuhnya.

Gadis itu kemudian mengeser duduknya kedepan mencoba untuk menghilangkan jarak antara dirinya dan Yi Yeon. Tiba-tiba Yi Yeon merasa ada yang aneh dengan Putri Mahkota. Tidak biasanya gadis itu bersikap seperti ini. Yi Yeon semakin mawas dengan sikap aneh yang ditunjukkan Se ryung.

"Kau bisa menyampaikannya sekarang. Tidak perlu sedekat ini." kata Yi Yeon mencoba memberi jarak.

Sejenak Se Ryung tampak bimbang untuk diam pada posisi duduknya sekarang yang sudah lebih dekat daripada posisi sebelumnya atau lebih mendekat lagi kepada Yi Yeon dan menghapus jarak yang tersisa. Karena ada sesuatu hal yang ingin Se Ryung pastikan. Se Ryung ingin tahu bagaimana perasaan Yi Yeon kepadanya. Apakah ada kesempatan bagi gadis itu untuk mengisi ruang dihati Yi Yeon.

Setahun ini, Telinga gadis itu sudak cukup merah mendengar keluhan dari para tetua istana yang belum juga mendapatkan kabar tentang pewaris, kasak kusuk isu di kalangan Dayang yang tidak pernah mendapatkan perhatian dari Putra Mahkota juga sindiran dari Ratu yang menyatakan bahwa jika dalam setahun belum bisa meruntuhkan hati Putra Mahkota bukan awalan yang baik untuk seorang calon Ratu. Hingga yang paling akhir adalah keluhan dari Ayahnya.

Se Ryung akhirnya mengabaikan perintah Yi Yeon dan menggeser tubuhnya mendekat lagi kepada Yi Yeon dan menghapus jarak yang tersisa.

"Kk-kenapa? Aa-apa yang kau lakukan?" tanya Yi Yeon dengan terbata-bata. Bagaimanapun Pemuda itu juga menjadi gugup menyikapi sikap Se Ryung yang aneh. Ini benar-benar bukan sikap yang biasa Se Ryung tunjukkan selama ini.

Se Ryung hanya ingin bicara dari hati ke hati kepada Yi Yeon. Gadis itu memang belum bisa berpaling sepenuhnya dari si pemuda bercadar, tapi dia tidak menutup hatinya untuk Putra Mahkota, Se Ryung berharap Putra Mahkota juga bisa melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan. Membuka hatinya untuk Se Ryung.

Se Ryung mulai mencondongkan tubuhnya kearah Yi Yeon dan memejamkan matanya. Ia ingin tahu bagaimana perasaan Yi Yeon yang sebenarnya. Gadis itu bersungguh-sungguh ingin membangun cintanya kepada Yi Yeon.

"Hei, apa yang kau lakukan? Apa kau mabuk?"

Yi Yeon menyentuh bahu Se Ryung untuk menahan gadis itu lebih mendekat kepadanya. Berharap Se Ryung tersadar bahwa dirinya tidak ingin Se Ryung bertindak lebih jauh lagi.

Akhirnya Se Ryung membuka matanya. Gadis itu akhirnya tersadar Yi Yeon memang tidak menginginkannya. Se Ryung menyerah. Rasa malu kini mengelayutinya. Butiran bening lolos dan kedua matanya. Sekarang dirinya terlihat murahan seperti Gisaeng

"Maafkan atas kelancangan saya barusan."

Se Ryung berdiri memberi hormat ke pada Yi Yeon dan mulai beranjak meninggalkan pemuda itu. Namun baru beberapa langkah gadis itu berjalan. Se Ryung menghentikan langkahnya. Gadis itu berbalik dan kembali menghampiri Yi Yeon yang masih saja terduduk dengan wajah syok.

"Apa salahku? Kenapa kau memperlakukan ku seperti ini!?" tanya Se Ryung dengan bahasa Banmal (bahasa yang digunakan untuk percakapan sehari-hari kepada seseorang yang punya tingkatan derajat yang sama atau seumuran). Gadis sudah benar-benar kesal dengan perlakuan Yi Yeon kepadanya. Gadis itu sudah masa bodoh jika dirinya dihukum oleh para tetua istana.

Air mata yang merembes dari kedua kelopak mata gadis itu semakin deras. Gadis itu tampak menangis terduduk sanbil memukul-mukulkan tangannya dilantai kamar Yi Yeon. Isakan tangisnya terdengar cukup keras.

"Katakan apa salahku? Kenapa kau menyiksaku seperti ini?!"

Yi yeon tak mampu berkata-kata. Jujur bukan seperti ini yang diharapkan pemuda itu. Akan lebih adil jika Putri Mahkota juga melakukan kejahatan sebagaimana ayahnya sehingga sah-sah saja jika dirinya mengabaikan gadis itu. Namun sampai sejauh ini Yi Yeon belum pernah menemukan celah dari Putri Mahkota. Dia selalui menuruti perkataan Yi Yeon. Sekarang, Yi Yeon merasa dirinyalah yang jahat.

TBC

sun's flower -EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang