Diabaikan

4.7K 399 29
                                    

Pagi itu, matahari masih bersembunyi dibalik peraduannya saat Para Dayang yang melayani Se Ryung mulai membangunkan dan mendadani Se Ryung dengan pakaian kebesaran Putri Mahkota. 

pikiran Se Ryung menerawang mengingat kejadian semalam yang terasa sangat aneh bagi gadis itu. Ada perasaan khawatir yang mengelayuti Se Ryung, apakah kejadian semalam ada suatu pratanda akan suatu hal buruk dimasa depan?

Selepas Putra Mahkota melepaskan noeui (pakaian kebesaran yang digunakan oleh pengantin wanita) yang dikenakan Se Ryung, pemuda itu langsung memadamkan satu-satunya penerangan diruangan itu.  Seolah Se Ryung tidak ada disana, Putra Mahkota tanpa banyak kata langsung merebahkan tubuhnya yang kelelahan dan mulai tertidur disana. dia tidur membelakangi Se Ryung seolah memberikan isyarat bahwa pemuda itu tidak mengharapkan Se Ryung disana.

Pun dengan waktu berakhirnya malam pertama, di luar para dayang mulai memberikan tanda, Yi Yeonpun bangun tanpa banyak kata dan langsung meninggalkan paviliun Se Ryung.

Se Ryung menutupi wajahnya. Hatinya terasa memanas. para dayang pasti sudah menemukan Se Ryung dalam keadaan masih perawan. Sebentar lagi dia akan menjadi pergunjingan seantero istana.

Bagaimana aku harus menghadapi para tetua istana?

Dengan langkah enggan Se Ryung melangkahkan kakinya menuju paviliun putra mahkota untuk menunaikan salam pagi kepada Putra Mahkota sebagaimana yang diajarkan dalam etiket istana.

Tetapi saat tiba di Paviliun Putra Mahkota, Yi Yeon sudah tidak berada di Paviliunnya. Para dayang istana di kediaman Putra Mahkota mengatakan bahwa beliau sudah meninggalkan paviliunnya untuk memberikan salam pagi kepada Raja.

Bukankah seharusnya Putra Mahkota tahu bahwa aku akan datang untuk menyapanya, tapi kenapa dia meninggalkanku?

Se Ryung tiba dipaviliun Raja, di depan paviliun Raja masih tampak lenggang ada beberapa dayang istana milik ratu dan beberapa dayang istama dan kasim milik Baginda Raja yang berjajar disana. Tak tampak dayang-dayang Putra mahkota didepan paviliun raja. Ini Benar-benar aneh.

Bukankah seharusnya putra mahkota sudah sampai disini lebih dulu.

Rasa khawatir semakin mengelayuti gadis itu. dia belum  siap menerima cercaan dari para tetua istana atas kejadian semalam sendirian.

Butuh sekian waktu bagi Se Ryung untuk memberanikan diri mengumumkan kedatangannya. Se Ryung segera merapikan Dangui-nya dan norigae di tali otgrum-nya. Dayang Park selaku dayang kepala di Istana Putri Mahkota meminta Dayang Penjaga Pintu kamar raja untuk segera mengumumkan kedatangan Putri Mahkota.

"Yang Mulia Raja, Putri Mahkota datang menemui Anda." Teriak Dayang Penjaga Pintu Kamar Raja

"Persilahkan masuk." Sahut Kasim. Sesuai dengan instruksi dari Raja.

Tak lama berselang pintu kamar Raja terbuka dan menampilkan sebuah ruangan luas dan lapang. Se Ryung terpana melihat tata kamar raja yang sangat indah dan didominasi warna kuning berkilauan. Se Ryung tidak berani melihat lebih banyak. Bagaimanapun dirinya tetap harus menjaga sopan santun sebagai putri seorang bangsawan.

Se ryung mengepalkan erat kedua tangannya untuk mengusir rasa gugup yang tiba-tiba mengelayutinya. segera Se Ryung melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar raja yang sangat luas itu. Diujung sana terlihat Raja tengah duduk dengan penuh kewibawaan dengan secangkir teh digenggamannya. Didepannya terdapat meja kecil penuh dengan cemilan ringan. Tak ada Putra Mahkota disana. Hanya ada Ratu yang duduk disisi Raja.

"Yang Mulia Raja, Yang Mulia Ratu. Hamba Putri Mahkota datang menemui yang mulia. Bagimana kabar anda berdua pagi ini?" tanya Se Ryung dengan suara yang terdengar sedikit gemetar.

Raja tersenyum mendengar pertanyaan Se Ryung.

"Sangat luar biasa baik. Apa kau takut? Kemana Putra Mahkota?" tanya Raja ramah.

Se Ryung hanya menundukkan pandangannya. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Pagi ini dia sudah berusaha untuk memberikan salam pagi kepada Putra Mahkota. Tapi siapa sangka sedini itu putra mahkota sudah meninggalkan paviliunnya.

"Yang Mulia, Putra Mahkota datang menemui Anda!" teriak dayang penjaga Pintu.

"Persilahkan masuk!"

Kemudian pintu kamar terbuka menampilkan wajah tampan milik Sang Putra Mahkota. Pemuda itu masuk dengan langkah yang pasti dan memposisikan diri disamping Se Ryung kemudian memberikan salam kepada Raja.

"Yang Mulia Raja, Yang Mulia Ratu. Hamba Putra Mahkota datang menemui yang mulia. Bagimana kabar anda berdua pagi ini?" tanya Yi Yeon dengan suara yang mantap.

Se Ryung melirik pemuda disampingnya.

Kemana saja Putra Mahkota ini pergi? Kenapa baru sampai di sini sekarang? Bukankah seharusnya dia yang sampai di paviliun raja lebih dulu.

"Kenapa kalian tidak datang bersama?" tanya Raja.

"dalam perjalanan kemari saya melupakan sesuatu, jadi saya kembali kepaviliun untuk memastikannya. Mohon maaf atas keterlambatan saya." Jawab Yi Yeon.

Raja memanggut-manggutkan kepalanya. Kemudian memberikan petuah-petuah tentang pernikahan kepada Yi Yeon dan Se Ryung. Anehnya tidak ada yang menyinggung tentang apa yang terjadi semalam. Mungkinkah mereka belum tahu?

***

Pangerang Dong Woon terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa sangat pening sekali. Semalaman pemuda itu menghabiskan waktu di Gibang. Entah sudah berapa teko arak yang dihabiskannya semalaman. Yang pasti sekarang perutnya terasa sangat melilit pun kepalanya sangat berat. Tertatih pemuda itu berusaha berdiri tapi penglihatannya yang berkunang-kunang membuatnya kembali ambruk. Pengaruh alkohol belum juga hilang.

Tiba-tiba rasa sakit menyerang dadanya. Ingatan bahwa gadis dambaannya telah menjadi milik putra mahkota kembali menghantuinya. Pangeran Dong Woon melemparkan set cangkir araknya kelantai untuk meluapkan kemarahannya. Sehingga beberapa Gisaeng yang menemaninya menghabiskan malam terbangun dari tidurnya. Pangeran Dong Woon terlihat sangat menyedihkan.

***

Menteri kim baru saja tiba di ruang kerjanya langsung dikelilingi para menteri lainnya dari fraksi yang sama untuk mengucapkan selamat atas penikahan Putrinya dengan si penerus tahta. Menteri Kim benar-benar puas dengan pencapaian yang luar biasa ini. Menjadi mertua dari calon raja. Harapan untuk dapat mempengaruhi kebijakan raja dimasa depan akhirnya terbuka lebar untuknya. Apalagi ketika putrinya melahirkan seorang pewaris.

***

"Kita berpisah disini." Kata Putra Mahkota dengan nada dingin saat mereka berdua selesai memberikan salam pagi untuk Ibu Suri Agung.

Se Ryung memdongakan kepalanya. Memandang tepat di mata Yi Yeon sehingga membuat Yi Yeon sedikit kikuk dan segera memalingkan wajahnya.

Cara bicara dan sikapnya mengingatkanku pada seseorang. Tapi siapa ya?

Se Ryung membungkuk memberi hormat kepada Yi Yeon dan iring-iringan dayang yang berlalu menjauhinya. Sepanjang rangkaian salam pagi untuk tetua istana tadi Yi yeon tidak sedikitpun mengajaknya bicara. Padahal Se Ryung ada disisinya tapi seolah tidak ada disana.

Yi Yeon memegangi dadanya yang terus bergemuruh tak menentu setelah berhasil lepas dari rombongan Putri Mahkota. Yi yeon memang tidak bisa membohongi dirinya bahwa ia telah jatuh hati pada putri mahkota. Pemuda itu hampir tidak bisa mengendalikan perasaannya untuk Se Ryung. Bayangkan gadis yang dia inginkan kini menjadi miliknya. Hanya saja ingatan tentang Menteri Kim yang menjebaknya terus menghantuinya.

Gadis itu mungkin saja memang sejak awal dipersiapkan untuk menjebakku untuk hal bodoh seperti ini. Menteri kurang ajar itu benar-benar!! Aku harus bisa menguasai diriku sendiri dan menjaga jarak darinya sampai aku tahu dimana dia berdiri.

TBC

sun's flower -EndWhere stories live. Discover now