Titah Ibu Suri

4.8K 392 46
                                    

Tampak siluet gadis yang tengah sibuk dimandikan dalam sebuah bak air besar yang penuh dengan bunga-bunga. Gadis itu tampak menikmati semua perlakukan yang diberikan oleh pelayan yang membantunya. Begitu selesai mandi gadis itu dibantu berdandan. Ada sekitar 4 orang pelayan yang membantunya untuk berdandan 2 orang membantu mengenakan pakaian sedangkan sisanya yang lain menata rambutnya.

Kini gadis itu telah selesai didandani, dia terlihat sangat menawan dengan hanbok berwarna kuning cerah dan tatanan rambut Daenggi Meori serta ornamen yang senada dengan hanboknya.

"Nona Hyorin sudah siap." Seorang Pelayan melaporkan kepada Menteri Jung.

"baik, suruh dia menunggu di paviliun teratai." Perintah menteri Jung.

"baik Tuan."

***

Hyorin diantar kesebuah paviliun dikediaman menteri Jung yang terletak diujung rumah yang bersanding dengan kolam teratai yang saat ini tengah berbunga dengan indahnya.

"Silahkan Anda menunggu disini." Ucap si pelayan kepada hyorin begitu sampai pada ruangan yang dimaksud oleh menteri Jung. Ruangan itu adalah spot terbaik untuk menikmati pemandangan di kolam teratai dan pohon plum yang tumbuh disekitar kolam itu yang ternyata kini juga tengah bermekaran.

Hyorin mengangguk mengiyakan. Pelayan meletakkan meja jamuan kecil yang berisi makanan ringan dan minuman disampingnya.

"Nona silahkan dinikmati, kami mohon undur diri." Ucap pelayan itu kemudian.

Hyorin memandangi seisi ruangan yang nampak luas itu, layaknya sebuah ruang rekreasi ada meja besar ditengah ruangan untuk berkumpul dan bercengkrama dengan tamu kehormatan ataupun keluarga. Kemudian diujung ruangan ada sebuah futon yang ukurannya cukup besar untuk bermalas-malasan atau 'bermain-main' dengan gisaeng. Diujung yang lain dari ruangan ini ada sebuah pintu besar yang menghubungkan dengan balkon yang tidak terlalu luas namun cukup untuk bisa menikmati semilir angin dari kolam teratai. Sedang dikedua sisi ruangan itu terdapat beberapa jendela yang tak kalah besarnya untuk dapat menikmati pemandangan kolam dari sisi yang lainnya.

Hyorin membuka salah satu sisi jendela, angin sepoi-sepoi langsung menerpa wajahnya. Pemandangan terlihat sangat indah diruangan ini. Hyorin bisa melihat Bunga dan daun teratia yang bergoyang-goyang terhempas angin dan kelopak blum yang berguguran seirama dengan terpaan angin.

Hyorin memejamkan matanya, menikmati semua keindahan itu menyesapi setiap wewangian bunga yang hinggap diindra pembauannya. Hingga saat ia membuka matanya tampak seorang pemuda diujung kolam tampak memandanginya dengan tertegun. Pemuda itu adalah Jung Jae min. Putra kedua Menteri Jung yang tak sengaja melintas dipaviliun itu. Hyorin tersenyum ramah pada pemuda itu sehingga membuatnya salah tingkah.

'Brak' terdengar pintu ruangan terbuka. Hroyin segera menutup jendelanya. Rupanya menteri Jung masuk keruangan itu. Hyorin segera berdiri dan memberikan penghormatan kepada Menteri Jung.

"Kau sudah siap?" tanya laki-laki paruh baya itu.

"Iya Tuan. Saya siap melaksanakan titah yang Mulia Ibu Suri."

"Baiklah, mungkin Baginda Raja akan tiba sebentar lagi. Layani dia dengan baik."

"Baik tuan."

***

Beberapa waktu yang lalu panitia pemakanan raja Hyejong sudah mendapatkan lokasi yang tepat untuk dibangun makam Raja Hyejong berdasarkan perhitungan konfusius, hanya saja lokasi tersebut masih sangat sulit dijangkau butuh banyak sekali tenaga untuk memulai pembangunan dan pembersihan. Ini adalah rencana ibu suri agar Tidak ada satupun menteri yang bersedia bertanggung jawab atas pembangunan ini karena terlalu beresiko, hingga Menteri Jung bisa membuat kesepakatan dengan Yi Yeon untuk menawarkan diri bersedia diberi tanggung jawab atas atas pembangunan ini dengan syarat pemuda itu bersedia memenuhi undangan perjamuan dikediamannya.

Sore menjelang petang Yi yeon tiba dikediaman Menteri Jung, pemuda itu mengenakan stelan bangsawan pada umumnya. Pemuda itu datang bersama dua orang pengawal pribadinya. Menteri Jung menyambut Yi yeon dengan suka cita.

"terimakasih atas kehadiran anda, Yang Mulia."

Yi yeon tersenyum ramah menanggapi menteri Jung, sebenarnya pemuda itu tidak begitu menyukai menteri itu, entah kenapa, firasatnya buruk terhadapnya seperti bermuka dua.

Menteri Jung mengarahkan Yi Yeon paviliun yang sama dengan paviliun dimana Hyorin berada. Namun, pemuda itu diarahkan menuju ruangan disampingnya.

***

Hati hyorin tersentak saat terdengar sayup-sayup suara Menteri Jung tengah mengarahkan sang raja untuk masuk kedalam paviliun teratai berikut setelahnya terdengar suara langkah menyusuri lorong paviliun. Hati gadis itu menjadi berdetak kencang ada perasaan campur aduk antara senang dan kekhawatiran bila sang pemuda idaman itu menolaknya. Hyorin tampak mengusap-usap kedua jemarinya. Menepis semua ketakutan yang mengelayuti.

Hampir satu jam gadis itu menunggu, sampai kemudian pintu diruangannya terbuka menampilkan wajah menteri Jung. Laki-laki paruh baya itu memberi kode kepada Hyorin agar memasuki ruangan disampingnya.

Hyorin melangkahkan kakinya diruangan dimana Yi Yeon berada, kemudian membungkuk memberi penghormatan. Pemuda itu menatap gadis yang tengah memberikan penghormatan kepadanya.

Park Hyorin. Gadis ini lagi.

Yi Yeon menghela nafas untuk menekan emosinya yang seakan ingin meledak-ledak bukan pada gadis itu, tapi pada dirinya sendiri. Melihat gadis itu seolah mengoyak luka lama atas ketidakbecusannya melindungi orang-orang yang ia percayai.

"Apa keperluanmu? Kenapa kau menemuiku disini?" tanya Yi yeon ramah.

Hyorin tersenyum menanggapi itu pertanyaan pemuda itu. "Saya kemari atas perintah ibu suri."

"Perintah ibunda?"

"Iya, saya diminta untuk menyelamatkan negeri ini dari kehancuran. Untuk itu saya mohon anda memberi saya kesempatan."

"Apa maksudmu?"

Hyorin menggapai lilin yang menerangi ruangan itu. Kemudian meniupnya hingga padam. Seketika ruangan menjadi gelap gulita. Butuh beberapa saat bagi kornea mata kedua orang itu beradaptasi. Untung saja bulan tengah purnama sinarnya seolah mengintip disela-sela jendela yang terbuka. Sinar kuningnya sedikit menerangi ruangan itu

Yi yeon menghela nafasnya. Kini ia tahu apa yang dimaksud menyelamatkan negeri. Hyorin membalik tubuhnya membelakangi YI Yeon. kemudian secara perlahan menggeser tubuhnya mendekat ketubuh Yi yeon hingga punggungnya bersentuhan dengan dada bidang sang raja.

Perlahan gadis itu membuka simpul di otgrum-nya dan melepaskan jeogori hingga menampilkan bahu indah yang semakin tampak menawan terpantul sinar rembulan. Sesekali gadis itu melirik Yi Yeon untuk mengetahui respon dari si pemuda idaman. Namun, Ternyata pemuda itu masih belum bergeming. Pemuda itu belum memutuskan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

Merasa tak direspon Hyorin membalik badannya kembali dan berusaha memeluk sang raja. Kali ini Yi Yeon menahannya. Pemuda itu muak melihat gadis yang kini bertingkah seperti seorang gisaeng propesional.

"Aku Tak bisa melakukan ini." Ucap pemuda itu. "Kenapa kau menjual dirimu kepadaku? Apa yang sebenarnya kau inginkan? membersihkan nama keluargamu atau karena kau ingin tahtaku?" tanya Yi Yeon tegas.

"Yang Mulia," Hyorin terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan sang pemuda "bagaimana anda bisa berfikiran demikian? Saya hanya menjalankan perintah ibu suri."

Yi Yeon tersenyum miris. Pemuda itu langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu. "Kuanggap kita tidak bertemu malam ini. Jangan Khawatir, Aku pasti menepati janjiku untuk membersihkan nama keluargamu. Tinggallah bersama kakakmu sampai saat itu tiba. Aku tak ingin mereka memanfaatkanmu." Ucap Yi Yeon kemudian berjalan menghilang dibalik pintu.

Hyorin menangis dengan sejadi-jadinya.

TBC

sun's flower -EndOnde histórias criam vida. Descubra agora