10. Keluar Dari Hutan

61.2K 6.5K 340
                                    

Hari terakhir Laylaa di kastel, langit masih tertutup awan.

Laylaa memperhatikan jam yang dia kenakan. Menurut waktu yang sudah disesuaikan di tempat ini, sekarang sudah pukul sepuluh pagi. Ada sekitar dua puluh orang termasuk Derius dan Calaius yang akan pergi mengantar Laylaa dan Ioan ke bandara.

Laylaa menunggu di pinggir hutan. Dia melihat Ioan berdiri di depan sebuah bangunan yang sudah runtuh, ekspresinya tampak begitu kesepian. Namun karena wajah itu terlalu tenang, Laylaa tidak yakin jika apa yang dilihatnya nyata. Tidak ada yang berani mengganggu Ioan, sampai kemudian Derius berjalan mendekat dan mengatakan sesuatu dengan suara rendah.

Ioan mengangguk, kemudian berbalik. Lelaki itu mendekat ke arah Laylaa dan menatapnya, tapi tidak mengatakan apa-apa. Laylaa yang bingung mencoba meminta penjelasan dari Derius, tapi lelaki yang memiliki temperamen seperti rubah itu hanya tersenyum manis.

Harseil datang mendekat dan membungkuk rendah ke arah Ioan. "Selamat jalan, Pangeran. Kita akan bertemu lagi." Saat Ioan mengangguk, Harseil beralih ke arah Laylaa. "Sampai jumpa lagi, Nona." Lelaki itu tampak sopan. Sama sekali berbeda dengan orang yang dulu memerintahkan bawahannya untuk membunuh Costel.

"Uh ... ya," jawab Laylaa. Semoga kita tidak bertemu lagi! Walau Laylaa menyukai masakan yang dibuat Harseil, tapi ada baiknya mencegah hal-hal sejak dini.

"Ayo, sebaiknya kita pergi sekarang." Derius mengingatkan.

Mereka semua masuk ke dalam hutan satu-persatu. Laylaa berjalan berdampingan dengan Ioan dan Derius. Sementara itu Calaius berjalan lebih dulu dengan beberapa orang dan menghilang dalam sekejap mata.

"Dia akan memeriksa lokasi apakah ada bahaya di sekitar sini." Melihat Laylaa menatap Calaius, Derius dengan baik hati menjelaskan.

"Aku tidak bertanya." Tentu saja jawaban Laylaa sama sekali jauh dari kata ucapan terima kasih atas informasi itu.

"Mungkin saja kau penasaran." Derius masih dengan nada lembutnya.

Sesaat kemudian, bayangan Calaius tampak di kejauhan. Laylaa tentu saja tidak dapat melihat dengan jelas, namun itu hanya berlaku bagi dirinya. Di depan sana, Calaius memerikan isyarat dan bibirnya bergerak, tampak mengatakan sesuatu.

"Kami mengerti." Derius membalas.

Laylaa yang melihat interaksi itu tampak agar ragu. "Apa yang dia katakan?"

"Semuanya aman, kita dapat bergerak cepat."

Mata Laylaa membelalak. Mereka dapat mendengar dari jarak sejauh ini? Betapa luar biasa!

"Apa? Kenapa kalian semua memandangku seperti itu?" Laylaa mundur satu langkah saat mendapati jika semua orang menatap ke arahnya, tidak terkecuali Derius dan Ioan.

"Kita akan bergerak dengan cepat." Masih Derius yang memiliki inisiatif untuk menjelaskan. "Jadi, kau ingin pergi dengan siapa?"

"Apa maksudmu?"

Derius tidak menjawab, ia menatap lima belas pengawal yang tersisa dan melihat jika mereka semua berdiri dengan kepala tertunduk. Orang-orang itu tidak berani mengajukan diri untuk membantu. Bagaimanapun, wanita ini adalah milik tuan mereka. Jika Ioan merasa tidak senang, itu akan menjadi malapetaka.

"Ioan, sebaiknya Laylaa bersamamu." Derius tampaknya mengerti isi pikiran bawahannya.

Ioan tidak banyak protes. Ia hanya mendekat ke arah Laylaa dan langsung menarik pinggang gadis itu. "Jangan berteriak," katanya singkat sebelum melompat ke atas pohon yang cukup tinggi.

"Aaaaaakkhh!"

Laylaa menjerit hingga menyebabkan Ioan oleng. Teriakan gadis itu sungguh menyakiti telinganya. Ioan melirik ke arah Derius yang baru saja mendarat di pohon tak jauh darinya, menyampaikan keluhan tanpa suara yang membuat Derius tersenyum geli, tapi tanpa mengatakan apa pun, Derius hanya kembali melompat dan meninggalkan Ioan.

Va in Soarta ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang