20. Sebuah Kesalahan

40.3K 5.9K 339
                                    

"Kau yakin jika baik-baik saja?"

Laylaa bertolak pinggang, lelah karena harus mendengar pertanyaan yang sama itu untuk kedelapan belas kalinya. "Aku mulai ragu untuk menjawabnya jika kau bertanya sekali lagi."

"Aku hanya mengkhawatirkanmu," Eve cemberut. "Kau tahu bukan, kau sendiri sedang dalam keadaan tidak baik. Kini kau malah harus terikat dengan makhluk itu--"

"Ioan. Namanya Ioan, Eve." Laylaa kembali mengingatkan. "Dan jangan bahas mengenai keadaanku untuk saat ini!"

Eve mendengkus kesal. "Baik, baik! Hiduplah bahagia dengan pacar hantumu itu!" sungutnya.

"Terima kasih atas dukunganmu," jawab Laylaa.

Eve sedang menuruni anak tangga yang ada di teras rumah ketika dia berbalik kembali ke arah Laylaa. "Aku melihat kau akan mendatangi suatu pesta." Gadis itu mengernyit sambil memilin ujung rambut keritingnya yang berwarna cokelat muda. "Aku tidak yakin itu pesta siapa, tapi akan ada kejadian menarik di sana. Seperti ... sebuah awal untuk saling memahami kembali?" Eve tidak jelas dalam kalimatnya, tapi gadis itu tidak mau berbicara lebih banyak lagi dan langsung berlalu pergi.

***

"Dia sudah pulang?" Ioan sebelumnya dapat mendengar suara langkah kaki Eve, tapi karena tidak terdengar lagi, seperti gadis itu sudah jauh.

Laylaa yang akan berjalan ke arah dapur menghentikan langkahnya. "Ya," jawabnya singkat dan kembali berjalan.

Sambil mencuci piring kotor dan membersihkan rumahnya, Laylaa berkali-kali memikirkan ucapan Eve tadi.

Laylaa sudah jelas bisa menebak pesta siapa yang dia datangi, namun dia sama sekali tidak berniat datang ke sana. Hanya saja ayahnya tidak mau berkompromi dan ingin Laylaa datang, bahkan tidak boleh lupa membawa Ioan. Jelas, Rachel, ibu tirinya itu pasti sudah mengatakan sesuatu pada ayahnya tentang keberadaan Ioan di rumah ini.

Lalu, kejadian menarik apa yang dimaksudkan oleh Eve?

Eve memang kadang suka mendapatkan visi untuk masa depan. Namun gadis itu mengatakan bahwa apa yang dilihatnya hanya kilasan samar dan tidak jelas. Lagipula, masa depan bisa saja berubah jika seseorang mengambil keputusan yang berbeda dalam setiap pilihannya.

"Aku ingin menanyakan sesuatu."

Suara itu membuat Laylaa berjengit dan hampir saja menjatuhkan piringnya. Tanpa berbalik, gadis itu menanggapi Ioan yang duduk di kursi utama meja makan. "Apa?"

"Aku dapat mendengar apa yang kalian bicarakan sebelum ini," kata Ioan, suaranya agak aneh saat mengatakan itu.

"Lalu?" Laylaa sudah tahu jika Ioan memang memiliki telinga super yang dapat mendengar dari jarak jauh.

"Kau mengatakan kepada temanmu, bahwa kau melakukan kesalahan dengan membangunkanku."

Ioan terdiam, membuat Laylaa menghentikan kegiatannya dan menoleh. Ioan mengangkat wajahnya yang sebelum ini tertunduk, dan Laylaa terkejut karena mendapati suatu ekspresi ganjil pada wajah yang biasanya datar itu.

Kenapa ada emosi samar yang terlihat di wajah itu?

"Jadi, menurutmu membangunkanku itu adalah suatu kesalahan?" tanya lelaki itu pelan.

Kali ini, Laylaa benar-benar tidak dapat menemukan jawaban untuk pertanyaan itu. Kesalahan? Apakah benar seperti itu?

***

"Calaius, apa yang kau lakukan?" Derius bertanya saat dilihatnya sepupunya yang masih memiliki nama keluarga sama dengannya itu sedang duduk di dalam peti mati tempat Ioan sebelumnya dibaringkan dalam tidur panjang.

Va in Soarta ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang