12. Terlalu Asing

52.9K 6.3K 373
                                    

Ioan dan Laylaa keluar dari pintu kedatangan. Suasana bandara cukup ramai hari itu dan karena tidak ingin berdesakan dengan penumpang lain, Ioan menarik Laylaa agar berjalan di belakang.

Walau perjalanan mereka tidak terlalu lama dan dia sempat tidur di dalam pesawat, tapi tetap saja Laylaa merasa kelelahan. Apalagi Ioan sempat meminta darahnya.

Laylaa menatap bingung ke arah orang-orang yang berkeliaran di sekitar mereka. Perasaannya saja, atau orang-orang memang melihat ke arahnya? Kemudian Laylaa tersadar. Tentu saja, tentu saja! Aku tahu apa yang kalian lihat!

Refleks Laylaa melirik Ioan yang berjalan dengan santai di sampingnya. Matanya menyisir penampilan lelaki itu dari kepala hingga kakinya, dan mau tidak mau Laylaa harus mengakui jika Ioan memang menawan.

Sebelum mereka berangkat dari Rumania, Ioan memang pergi bersama Derius untuk berganti pakaian. Mungkin akhirnya orang-orang ini sadar jika setelan formal mereka yang serba hitam itu sedikit terlalu berlebihan.

Ioan kini mengenakan kaus tanpa kerah berwarna putih, dengan rompi berwarna hitam di bagian luar. Kaki panjang lelaki itu dibungkus dengan jeans hitam, dan sebuah sepatu mahal melekat di kakinya. Hari ini rambut sebahunya dikuncir di belakang, membuatnya tampak mempesona sekaligus menguarkan aura bebas yang liar.

Laylaa meneguk ludah. Ini adalah dosa! Memandangi Ioan terlalu lama dapat menyebabkan malapetaka!

"Mengapa kau melihatku seperti itu?" Suara merdu Ioan tiba-tiba terdengar bertanya, berhasil menyentak Laylaa. "Apakah pakaian yang dipilihkan Derius ini terlalu berlebihan?"

"Huh? Oh, tidak." Laylaa tidak percaya kenapa dia harus gugup seperti ini. Karena memakai kacamata gelap, Laylaa tidak dapat melihat Ioan langsung di matanya. Gadis itu terbatuk sekali dan kembali berkata, "Penampilanmu baik-baik saja."

Laylaa yakin jika Derius pasti sengaja mendandani Ioan sampai seperti ini. Lelaki itu benar-benar mengujinya!

"Apakah mereka pasangan model?" Sebuah suara terdengar oleh Laylaa. "Lihat laki-laki itu, dia sangat tampan?"

"Mereka lebih terlihat seperti pasangan dari generasi kedua keluarga kaya," jawab yang lain.

Laylaa mendengus saat mendengarkan apa yang mereka katakan. Dengan tatapan penasaran dari orang-orang itu, Laylaa dan Ioan terus berjalan keluar. Tepat di depan gedung, Laylaa menghentikan langkahnya dan buru-buru menarik tangan Ioan.

Ioan mengernyit ketika melihat wajah panik Laylaa. "Ada apa?"

"Apanya yang ada apa? Kau baru saja akan berjalan ke sana."

Ioan menoleh ke arah yang ditunjuk Laylaa, di mana orang-orang tengah berjalan menuju bagian luar bangunan itu. "Lalu?"

Astaga lelaki ini! "Kau ingin tubuhmu terbakar? Kau baru saja akan melangkah ke arah sinar matahari." Laylaa mendesis, takut jika ada orang yang mendengar pembicaraan mereka jika dia berbicara terlalu keras.

"Kau ini bicara apa?" Ioan kembali bertanya. "Terbakar matahari? Siapa maksudmu? Aku?"

"Tentu saja. Siapa lagi? Memangnya kau pikir aku sedang membicarakan Gerard Butler?"

"Siapa itu Gerard Butler?"

"Itu tidak penting. Sekarang yang terpenting adalah kita harus menemukan cara agar kau bisa keluar dari sini." Laylaa menatap sekeliling. "Apa tidak ada yang menjual payung di sekitar sini?"

Ioan yang tidak mengerti apa maksud ucapan Laylaa kembali bertanya, "Sebenarnya kau ini kenapa? Kau berbicara hal yang tidak aku mengerti."

Laylaa melirik ke arah Ioan yang kini telah melepaskan kacamatanya. Gadis itu menarik napasnya kesal dan akhirnya menjelaskan. "Begini, Tuan Ioan yang terhormat. Aku berbicara tentang dirimu. Kau itu seorang vampir," Layla berbisik saat mengatakan itu. "dan vampir akan terbakar jika tubuhnya terkena sinar matahari."

Va in Soarta ✓ [TERBIT]Where stories live. Discover now