21. Keluarga Bahagia

39.3K 5.6K 161
                                    

Laylaa memandang pantulan dirinya di depan cermin. Gaun berwarna cerulean yang dia kenakan tampak indah, kilauan perhiasan yang dia pakai juga terlihat memukau. Lalu mengapa dia masih merasa ada yang mengganjal? Apakah karena perasaan tak nyamannya atas pertanyaan Ioan tentang alasan kebangkitannya?

Laylaa tidak tahu mengapa sampai dia bisa bereaksi seperti ini. Itu hanya sebuah pertanyaan. Terlebih, yang bertanya itu adalah Ioan. Lelaki polos aneh yang punya wajah sangat tampan. Namun ini adalah untuk kali pertama ketika lelaki itu bertanya, Laylaa tidak mampu membuka mulutnya.

Ada sesuatu di wajah Ioan yang membuat Laylaa merasa tidak nyaman. Ekspresinya terlihat kecewa, seolah lelaki itu bisa merasakan emosi di dalam dirinya sendiri.

"Laylaa?" Sebuah suara memanggil dari arah ruang tamu.

"Sebentar," sahut Laylaa sambil menatap kembali pantulan dirinya di depan cermin. Setelah memastikan jika tidak ada yang salah dengan penampilannya, Laylaa keluar dari kamar.

Di ruang tamu, Laylaa melihat Ioan sedang kesulitan dengan dasi kupu-kupunya. Alis hitam lelaki itu tampak bertaut, terlihat sekali sedang bingung apa yang harus ia lakukannya saat ini.

Mengabaikan perasaan tak tenang yang masih menggelayutinya, Laylaa berjalan mendekat ke arah lelaki itu. "Kemari, biarkan aku membantumu memasangnya," katanya.

Ioan mendongak dan membiarkan Laylaa menyelesaikan pekerjaannya. Dengan jarak sedekat itu, Ioan bisa melihat keseluruhan diri Laylaa lebih jelas lagi. Ia bahkan dapat melihat bagaimana saat setiap helaian bulu mata lentik gadis itu saling membelit ketika dia berkedip, juga titik keringat kecil di pangkal rambutnya.

Laylaa terlihat menawan malam ini. Walaupun sebenarnya Ioan lebih suka ketika melihat Laylaa tampil seperti biasanya, sederhana dan tampak polos. Saat ini rambut panjang gadis itu digelung dengan tatanan cantik, diberi hiasan permata yang membuatnya tampak semakin luar biasa.

Ioan menyukai warna rambut Laylaa yang tidak pernah Ioan lihat pada makhluk manapun di masa lalu. Laylaa memiliki rambut berwarna emas yang indah dan berkilau. Seperti dia sedang membawa sebongkah batu emas yang telah diukir oleh tangan yang sangat ahli di kepalanya, namun sama sekali tidak terlihat norak atau pun aneh. Itu terlihat mewah dan berkelas.

Fitur wajahnya jelas, tidak terlalu tajam tapi anggun. Bola mata Laylaa yang berwarna hijau gelap mengingatkan Ioan akan hutan, sejuk dan menenangkan saat menatapnya. Bibir penuhnya akan tertarik dengan lengkungan simetris ketika dia tersenyum. Sangat cantik. Bahkan untuk kaum mereka yang terkenal rupawan, Laylaa masih akan menjadi salah satu yang terbaik.

"Selesai," kata Laylaa sambil membersihkan debu semu di bahu Ioan. "Kita tidak sempat membuat jas khusus untukmu karena waktunya mendesak, tapi setelan ini masih sangat cocok."

Ioan menarik pikirannya ketika mendengar suara Laylaa.

Gadis itu mundur selangkah, memperhatikan keseluruhan penampilan Ioan. Lelaki itu terlihat tampan, seperti biasanya. Namun malam ini, ia terlihat lebih luar biasa. Hanya saja masih ada satu yang mengganggu, Laylaa dapat melihat jika wajah datar Ioan sedikit berbeda malam ini.

"Kau terlihat cantik," kata Ioan yang menyentak Laylaa.

Saat Laylaa melihat wajah Ioan, dia semakin terkejut. Lelaki yang berdiri di depannya ini sedang tersenyum. Bukan senyuman sinis atau kaku yang seperti biasanya lelaki itu berikan, tapi ini benar-benar terlihat dilakukan dengan tulus.

"Ayo kita pergi, ini sudah terlambat." Laylaa berjalan lebih dulu dan masuk ke dalam mobil tanpa menunggu Ioan. Benar-benar canggung mendengar Ioan memujinya seperti itu.

***


Mereka sampai di tempat tujuan hampir pukul delapan malam. Matahari masih bersinar, memberikan semburat jingga kemerahan di langit Barat. Karena hal ini, Ioan harus mengenakan kacamata gelapnya ketika lelaki itu turun dari mobil.

Va in Soarta ✓ [TERBIT]Where stories live. Discover now