24. Rahasia Kecil

44.7K 5.7K 275
                                    

Laylaa memuntahkan hidangan dari pesta yang dia makan, dan setelah seluruh isi lambunganya terasa terkuras, mual itu ahirnya berangsur hilang. Laylaa tidak tahu sudah berapa lama dia berada di sana. Sambil bertopang pada dinding, Laylaa berjalan ke arah wastafel dan membersihkan mulutnya. Saat dia mendongak ke arah cermin, sebuah bayangan dengan wajah pucat membalas tatapannya.

Laylaa mendesah miris. Wajahnya kini tidak ada bedanya dengan Ioan. Mulai sekarang, sepertinya Laylaa harus menghilangkan panggilan wajah pucat kepada laki-laki itu.

Pada permukaan cermin, pantulan wajah Laylaa terlihat kuyu, dengan keringat dingin masih mengalir di dahinya. Laylaa mencoba mengingat-ingat apa yang salah pada dirinya, sampai kemudian gadis itu menyadari jika dia lupa minum obat siang tadi.

Ceroboh sekali! Bagaimana bisa dia melupakan hal penting seperti ini. Laylaa jadi teringat akan kata-kata Eve sebelum sahabatnya itu pergi.

'Akan ada kejadian menarik di pesta itu.'

Apakah maksud Eve dengan 'menarik' di sini adalah Laylaa akan ditemukan mati di kamar mandi dengan keadaan yang mengenaskan? Sungguh tragis!

Tanpa sadar Laylaa tertawa kecil membayangkan itu semua. Dia menatap langit-langit dan tidak mampu menahan diri untuk tidak bertanya dalam hati; Tuhan, apa tidak sayang mengambil gadis cantik sepertiku secepat itu? Tolong jangan buat semuanya kacau, aku ingin menjaga rahasia ini tetap di antara kita saja.

Karena tahu kata-kata konyolnya tidak akan mendapat balasan, Laylaa melangkah keluar dari kamar mandi dan berhenti sejenak di ruangan luas di mana dia saat ini berada. Matanya berkeliling melihat sekitar, sedikit perasaan sedih melandanya tiba-tiba.

"Aku rindu kamar ini," gumam Laylaa sambil mengusap bantalnya yang ada di atas ranjang.

Gadis itu duduk di atas tempat tidurnya. Matanya menatap ke arah bingkai foto yang ada di atas meja tepat di samping ranjangnya, dan seketika sesak di dadanya yang sudah berangsur menghilang kembali terasa.

"Apa kau merindukanku juga, Mutter?" tanya Laylaa lirih.

Tiba-tiba tangan Laylaa terasa sakit, padahal dia sama sekali tidak terluka. Rasanya sakit sekali, seperti dagingnya sedang dibakar di atas bara. Sesaat kemudian, Laylaa tiba-tiba saja memikirkan Ioan tanpa sadar. Gadis itu bangkit dengan tergesa, setengah berlari saat dia mencari keberadaan lelaki itu.

***

"Jadi, kapan kau berencana akan kembali ke Rumania?"

Armin, Ioan dan tiga orang lainnya sedang duduk di satu meja yang sama. Kedua lelaki itu sibuk dengan pembahasan mereka dan sejauh ini, sikap Armin sudah sedikit lebih hangat pada 'kekasih' putrinya ini.

"Mungkin aku masih akan berada di sini sedikit lebih lama dari rencana awal." Ioan dengan sengaja tidak memberikan rinciannya. "Aku masih ingin menghabiskan waktu bersama Laylaa, Tuan R'phael. Namun jika sewaktu-waktu ada kejadian tidak terduga, aku mungkin akan kembali lebih cepat."

"Ya, tentu saja. Kau seharusnya sangat sibuk." Armin menanggapi. 

Rachel memperhatikan percakapan dua orang itu, termasuk bagaimana cara Armin memperlakukan Ioan yang duduk di sampingnya. Walau terlihat jika Armin belum secara nyata mengatakan kata 'setuju' pada Ioan, tapi Rachel dapat melihat jika suaminya itu condong ke arah lelaki itu. 

Rachel lantas memandang kedua putrinya dengan tidak puas. Lihat Laylaa, gadis busuk itu bisa membawa lelaki seperti Ioan, lalu apa yang kedua anaknya ini lakukan? Mencari lelaki yang tepat saja tidak mampu!

Mereka semua telah lama berbicara, sampai kemudian Armin sadar jika Laylaa masih belum muncul. "Apakah Laylaa belum kembali?" tanyanya pada Rachel.

Va in Soarta ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang