#1

5K 118 2
                                    

Archy Amary

Gila berisik banget pagi-pagi gini orang masih tidur juga, siapa sih?
Keluh gue masih diatas ranjang

Gue bangkit dari tidur pulas gue dihari senin yang cerah tapi dibangunin pake suara berisik tetangga, gue baru pindah diperumahan ini dan ini adalah hari pertama tinggal disini dan oh ternyata ibu-ibu tetangga baru gue berisiknya ngalahin toa sekolah.

" ehh tumben kamu udah bangun, disambet apaan Ar?" Ujar mami menatapku yang baru menuruni tangga.

"Yaelahh mih aku bangun juga karna suara berisik dari para ibu-ibu demo gosip diluar noh" kata gue dengan penampilan seperti zombie memang semalam agak begadang dan rambut udah sebulan gak kesalon.

"Ahh itu para tetangga nyambut kita baru pindah sekali-kali berisik, ayo sana sapa dulu" kata mami tanpa menoleh gue dia sibuk membantu menyiapkan makanan untuk para fans tetangganya itu dengan bibi disampingnya menyiapkan minuman.

"Malas ahh, masih kucek mih, kayak cucian belom disetrika. Archy mandi dulu" kata gue dan berbalik kembali menaikki tangga menuju kamar gue yang berada dilantai dua.

Gue berhenti disalah satu anak tangga  gue melirik dinding tangga ada foto papi gue terpajang rapi "pagi pih" ucap gue dalam hati. Papiku sudah meninggal 9 tahun yang lalu dan itu adalah hari terburuk dalam hidup gue serasa dunia menjadi gelap perisai hidup gue hancur seketika dengan mami gue yang lagi ngandung waktu itu. Gue sampe gak sekolah selama sebulan, duka yang mendalam gue rasakan tapi mami coba untuk tegar dengan adik gue yang masih dalam kandungannya.

Sebelum kekamar gue berhenti didepan pintu kamar adik gue yang hanya bersebelahan dengan kamar gue dengan pintu cat putih juga gantungan kamar bertulis "kamar anak pintar" kekeh gue tiap membaca tulisan tersebut.

"Dek udah bangun loh? Tok..tok" ini anak masih bernapas ato kagak yah biasanya jam segini udah bangun, gue membuka pintunya yang gak terkunci itu.

Kelewatan nih anak model tidurnya udah kayak jenifer lopes foto diancol. " wee.. Bangun Dean pratama. Loh gak ada les udah setengah delapan tahu" kata gue memukulnya dengan bantal

"What!!! Ahh kok gak dibangunin dari tadi sih kak?" Katanya bangun tiba-tiba dan menatap gue.

"Makanya pasang alaram kebo" kekeh gue dan langsung meninggalkannya.

Umurnya memang masih 9 tahun dengan sikapnya yang seperti itu tapi dia sudah sangat dewasa sebagai cowo satu-satunya dikeluarga ini seperti menggantikan sosok papih. Dia mengerti betul bagaimana mami dan gue merasa kehilangan, dia juga pintar dan gak nakal plus malas belajar gak kayak gue yang hampir tiap minggunya berusaha bolos tapi jangan salah gue adalah salah satu anak pintar disekolah SMA 1 kertenegara yang dibanggakan pak kumis yaitu sang kepala sekolah.

"Mih pergi dulu yah assalamualaikum, kak gue pamit. Jangan bolos loh" kata adik gue yang udah kayak kakak aja nasehatin gue tiap pagi sebelum pergi sekolah

Gue juga sudah bersiap, walau udah jam segini tapi sekolah gue pagarnya akan tutup saat setengah sembilan tapi tentu saja akan dihukum karna jam sekolah yang sebetulnya adalah jam 7. Mami juga sepertinya bersiap keperusahaannya dia sangat sibuk dan jarang dirumah karna kami pindah itulah mami ada dirumah sudah dua hari tapi dia akan pergi lagi hingga biasa seminggu gak pulang.

"Pamit yah mih" kata gue menuruni tangga menghampiri mami dan mengecup pipih mami yang memakai baju kantornya dengan koper disampinya gak usah ditanya lagi pasti dia akan bepergian untuk waktu yang lama.

"Jaga adikmu dan rumah, mami mau pergi. Jangan keluyuran kayak tukang bakso yahh" kata mami menasehatiku sebelum pergi.

"Emang gue lagi jualan kalo keluyuran" cibir gue.

"Okay deh. Hati-hati mih" kata gue lalu dibalas senyum mami wajah cantiknya masih serasa dia masih muda dengan sedikit keriput dibagian sekitar matanya karna kebanyakan begadang "jangan sakit mih" kata gue dalam hati.

Gue menuju bagasi mobil dan menyalakan mobil putih gue "ayo white" kata gue dan mengeluarkannya dari bagasi.

Setelah perjalan hanya sekitar 15 menit gue sampe digerbang disambut tatapan sinis pak kumis dan pak botak.

"Pagi pak ganteng" sapa gue mengeluarkan kepala gue dijendela mobil dan lambaian tangan.

" ARCHY kamu yah, bapak kan udah bilang datangnya jam 7, kamu dihukum nyapu taman sana" kata pak botak sang satpam sekolah.

"Yaelah pak kok nyapu halaman nyapu hati bapak aja yah soalnya banyak cewe selingkuhan bapak tuh" gue tertawa dan langsung menggas mobil dan seperti biasa gue masih mendengar teriakan geramnya hingga diparkiran.

"Wahh udah tua suaranya kok kenceng amet" gue terkekeh lalu

"Hai cantik" suara paling mengganggu gue, dan tanggannya merangkul gue dari belakang.

"Lepas, gue tonjok loh sampe ompong lo sama kayak kakek gue yang udah wafat" kata gue memolotinya dengan tangan dikepal mengarah kewajah teman satu sekelasku itu dari kelas 1. Takdir apa ini tuhan harus sekelas dikelas 2 sama bocah ayut didanau kalimutu.

" ihh kasar banget sih, nanti dikira preman loh"

" bodo amet, minggir lo rusak mood gue aja pagi-pagi" kata gue meninggalkan tuh anak diparkiran.

Setelah perubahan mood diparkiran tadi akhirnya mood gue kembali normal setelah liat Erinda makan coklat sambil membaca komik dan kakinya dinaikkan keatas meja.

Dalam sekejap coklat ditangannya udah berpindah kegue. "Apaan sih jir ganggun sarapan pagi gue aja" katanya nyolot

"Lagi butuh perubahan mood nih, sih fandy gangguin gue pengen digantung tuh anak" kata gue dan melahap coklat tanpa isin dari Erinda teman sekelasku dikelas 2 sekaligus teman bolos gue.

"Loh sih gubris perasaan dia kek udah nembak lo 10 kali tapi gak pernah lo jawab"

"Males gue sama playboy tanah abang. Ganteng sih tapi kelakuannya bikin capek" jelas aja gua kayak gitu orang dia suka banget main nembak cewe terus ninggalin gitu aja sakit tahu.

Gua curhat panjang lebar sampe guru masuk membawa buku-buku pelajaran yang tebalnya udah kayak bedak yang dia pake.

Pelajaran selesai selama 3 jam dan sekarang jam istirahat, gue kekantin bersama dengan Erinda yang sibuk dengan handphone nya dan dibelakang si melania sekar yang baru datang dari kelasnya ipa 1 sedangkan gue ipa 2.

Kami bertiga memesan makanan yang sama yaitu bakso tenes dengan racikan yang berbeda gua suka asin tanpa pedas, Erinda suka kecut tanpa asin, liat mukanya aja udah kecut, melan suka pedas tanpa kecut, sama kayak kata-katanya yang pedasnya level akhir. Dan kita udah Kaya bineka tunggal ika aja.

"Hay ledies, boleh gabung?" Tanya seorang kakak kelas dengan temannya ada fandy juga. Mereka adalah komplotan preman sekolah yang ditakuti dengan derajat tinggi mereka juga dikenal bad boys.

"GAK BOLEH" kata gue menekan setiap kata.

"Noh masih banyak kursi, atau duduk dilantai juga gak apa-apa" kata Erinda yang masih fokus dengan handphone nya.

"Cantik-cantik kok galak sih" Najis

"Lo pesan apa my princes?" Kata fandy dan langsung duduk disamping gue juga beberapa temannya yang sebagian kakak kelas. Sekarang perhatian mengarah kekami dimana bad boys dan bad girls berkumpul seperti pasukan tak terkalahkan. Hampir semua para anak nakal sekolah malah adalah anak pintar juga memiliki kekuasaan yang tinggi, kami juga biasa mengikuti balap mobil atau motor disaat bolos dan larut malam.

Tanpa menjawab pertanyaannya Makanan yang kami pesan datang Erinda berhenti memainkan handphone dan menyantap makanan begitu juga gue dan lainnya.

Maaf part 1 nya pendek dan masih banyak kesalahan maklum lah masih pemula. Mohon dukungan vote dan comment nya. Salam sang penulis yang tidak pernah bosan menunggu vote kalian •sarange ;*

1 menit 20 detikWhere stories live. Discover now