#35

1.6K 41 1
                                    

"Mimpiku ternyata sudah sangat lama, membuatku malas untuk membuka mata. Karna aku tahu mimpiku yang indah akan hilang tergantikan oleh sinar dunia yang menyilaukan"

Air mata Archy jatuh tetes demi tetes, mulutnya tak bisa bergerak untuk berkata apapun terhadap semua ungkapan mhelan.

"Maaf mhel, tapi gue gak bisa menerima setiap kejujuran lo!" Archy bangkit dari duduknya dengan wajah datarnya sembari menghapus air matanya.

"Plis Ar, gue tahu gue salah selama ini. Karna sudah menyakitin lo dengan menyembunyikan fakta bahwa Fandy-"

"Sudah lah mhel! lo tahu gak sih rasanya selama ini. Gue kayak meluk duri yang nyakitin tubuh gue sendiri tapi gue terus memeluknya karna mata gue tertutup karna mengira duri itu adalah kafas, dan gue dengan bodohnya gak rasain rasa sakit itu!" kata Archy tegas tanpa melihat Mhelan.

"Sekarang gue harus gimana? Gue harus lakuin apa untuk memeluk dia yang telah pergi?" Tanya Archy meneteskan air matanya kembali.

"Michel gak pernah ada kabar sampai sekarang" kata Erinda memberitahukan pada mhelan.

"Terakhir gue ketemu Michel, dia kasiin gue sesuatu, Ar" Mhelan bangkit dari duduknya dan mengambil sesuatu dari tas merah yang dibawahnya.

"Nih" ditangannya Mhelan memberikan surat coklat terlipat-lipat kecil dengan hiasan tali yang mengikatnya.

"Apa ini?" Tanya Archy meraih surat itu.

"Maaffin gue Ar, gue tahu semua yang gue lakuin salah. Gue pamit yah, mungkin hanya itu yang gue bisa lakuin untuk menebus kesalahan gue. Selamat tingal Ar juga lo Rin" kata Mhelan tersenyum kecil dan memberikan amplop putih pada Archy. Mhelan bergegas masuk kedalam mobil hitamnya dan pergi melaju pelan.

"Yuk balik Ar" kata Erinda memegang bahu Archy yang terdiam kaku.

Mereka kembali kerumah Archy, memasuki kamarnya dan duduk diranjang tempat tidur Archy.

Tangan Archy mengambil surat coklat itu yang akan dibukanya pertama.

"Hai Ar, emm... aku gak tahu harus mulai dari mana. Aku gak tahu harus nulis apa disurat yang mungkin akan jadi penghantar terakhir pesan cintaku.

Sebelumnya aku minta maaf Ar, karna tak berbicara, tak memelukmu, tak memegang tanganmu, tak melihatmu saat kau akan pergi dihari itu, aku ingin sekali melakukannya tapi.. aku melihat hal lain yang mungkin akan menyakitimu maka dari itu, aku mundur.

Jika kita bertemu, aku berharap kau memukul ku dengan sangat keras agar aku dapat merasakan kesakitan mu walau tak seberapa.

Aku pergi yah Ar, semoga kau tetap sehat. Jangan lupakan aku jika ingatanmu kembali, jangan hapus aku, dan jangan kembali padaku Ar, kau akan sangat terluka nantinya.

-1 menit 20 detik
"aku mencintaimu,Ar dan setiap detik bersama mu sangat berharga"


"Hah!hah!" Nafas Archy tergesa-gesa sembari air matanya yang tak mau berhenti, beberapa kali dia mengusapnya namun mengalir lagi membasahi selimut tidurnya.

"Ar, udah dong" Erinda memeluknya sembari mengelus pundak Archy.

"Apa yang harus gue lakuin Rin?" Tanya Archy ditengah tangisnya yang menjadi-jadi.

"Coba buka amplop yang dikasih mhelan ke elo?" Suruh Erinda mengingatkan Archy. Erinda melepaskan pelukannya membiarkan Archy mengambil amplop itu.

"Apa ini?"

"Tiket pesawat?" Tanya Archy bingung.

"Hah tiket? Kemana tujuannya?" Erinda juga heran.

"California"

"Eh ada suratnya" lanjut Archy melihat kertas kecil yang terlipat-lipat.

Tangan Archy membuka lipatan kertas itu perlahan sembari mengusap air matanya.

"Guys!! Ingat gimana kita dulunya? Saat dikantin? Saat pulang sekolah? Saat setiap waktu kita habiskan bersama? Ingat gak? Mungkin kalian masih ingat, tapi ingatan itu pasti sudah kalian hapus. Gue tahu gue salah banget selama ini, hindarin kalian, menghilang,dan wajah datar yang gue tunjukin.

Sejujurnya gue ingin banget, meluk kalian, tertawa bareng lagi, ngumpul lagi. Tapi tiap gue ingin melangkah melakukannya, gue terdorong mundur oleh rasa bersalah gue.

Maafin gue Ar, Rin. Gue teman yang buruk banget, gue adalah orang jahat yang hadir ditengah kalian. Maaf atas semuanya guys.

Gue pamit yah, gue rencana bakalan tinggal diwina, dan gue gak tahu kapan lagi bakalan keindonesia. Oh iya Ar, gue punya tiket itu buat lo, hanya itu yang bisa gue lakuin untuk menebus kesalahan gue. Kejar dia Ar, jangan biarkan detik itu pergi meninggalkan sang menit yang seharusnya selalu berjalan beriringan dengannya, lo belum terlambat kok Ar"

Senyum terukir dibibir kecil Archy, Archy melihat kearah Erinda yang juga ikut tersenyum, mereka berpelukkan dengan waktu yang cukup lama.

"Makasih Mhel" kata Archy pelan.

"So? Kapan lo berangkat?" Tanya Erinda melepaskan pelukannya.

"Besok! Lo juga harus ikut!" Kata Archy antusias ditengah kesenangannya.

Warning typo >_<

1 menit 20 detikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang