Chapter 8 : Konfrontasi

3.9K 278 52
                                    

4 bulan berlalu sejak pengikatanku dengan Legolas. Istana masih merahasiakan hubunganku, bahkan Thranduil tidak mengucapkan sepatah kata tentang putranya yang telah terikat.

Aku tidak pernah mengharapkan apapun, tidak perayaan mewah, perlakuan khusus layaknya putri, ataupun perhiasan mengkilap. Kuakui aku sedikit melenceng dari misiku. Namun kupikir, tidak ada salahnya jika aku rehat sejenak, bukan? Dan Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun aku merasakan damai.

Tapi sudah 2 hari ini, kedamaian sedikit terganggu.

Terutama saat bangun tidur

Dengan wajah pucat pasi Legolas keluar dari kamar mandi. Dia mengelap mulutnya yang terasa asam. Penampilannya berantakan sekali, membuatku khawatir.

"Aku akan memanggil Healer. Tidak ada penolakan, suamiku. Dari kemarin kau muntah-muntah. Bagaimana kalau kau keracunan?" Pekikku panik, agak kesal ketika dia cuma mengedipkan bahu dan menjatuhkan tubuhnya ke ranjang lalu tengkurap.

"Lego-"

"Aku tidak apa-apa, sayang." Ia menolehkan kepala, menatapku dengan tatapan berbeda. "Aku justru bahagia."

"Hah?" Kurasa dia mulai sinting.

"Jika ini yang harus terjadi padaku agar istriku tidak menderita selama kehamilan nya, maka aku dengan senang hati menerimanya" Gumamnya kecil, hendak tertidur lagi. "Bilang pada Feren aku tidak bisa bertugas hari ini ya."

Seketika pikiranku blank.

"Hamil?"

Legolas berdehem mengiyakan.

Saat kata itu mulai meresap diotakku, seakan napasku tercekat. Dengan kencang aku mengguncang badan lelaki yang tertidur itu, "Legolas, meleth nun, hey,  bagaimana kau tahu kalau aku hamil?"

dia membalik badan lemasnya dan duduk bersandar di dipan ranjang. Ditariknya tubuhku hingga punggungku bersandar pada dada bidangnya. Tangannya merogoh masuk ke dalam selimut dan menyentuh perutku. Dengan senyum bahagia, ia mengelusnya. Kali ini aku pasrah, lagipula aku penasaran bagaimana ia sangat yakin aku mengandung anaknya.

"Pegang disini." katanya membimbing telapak tanganku menyentuh perut datarku. "Tutup matamu."

Aku menutup mata dan berkonsentrasi. Awalnya tidak terasa apapun, tapi kemudian getaran-getaran kecil berdenyut di perutku. Aku membuka mata dengan kagum, "Aku merasa ada getaran, tapi bukan denyut nadi. Seperti-"

"Itu Fea anak kita yang baru terbentuk. Dia masih sangat lemah, jadi yang kau rasakan hanya getaran-getaran. Jika sudah agak besar, kau bahkan bisa merasakan denyut jantungnya."

"Ini ajaib! Kalau seperti ini, aku tidak perlu ke dokter dan melakukan USG!"

Ia mengernyitkan dahi, "Dok-ter? U-S?"

Perasaan bahagia meluap-luap dalam diriku. Aku akan jadi seorang Ibu? Tuhan, seperti impian jadi nyata. Dan, aku akan melahirkan calon pewaris Greenwood? Aku tidak bisa menggambarkan lagi kebahagiaan, rasa haru, dan syukur yang bercampur aduk. Dengan erat kupeluk Legolas. Masih tidak percaya jika Prince Charming ini baru saja menjadi suami-ku. Meski luka hatiku pada Haldir belum bisa disembuhkan, namun aku memutuskan untuk membuka hatiku lagi pada orang yang tepat. Dia yang tidak ragu-ragu menantang rajanya dan berani mengorbankan keabadiannya hanya untuk bersamaku.

Airmata kebahagiaanku menetes dibahu Legolas, "Aku akan jadi Ibu."

Sambil mengelus rambutku, ia berkata, "Dan juga istriku, Tuan Putri Greenwood, dan Ibu calon Pangeran Kerajaan." Ia mencium kepalaku, "Aku mencintaimu."

"Aku mencintaimu juga, Legolas."

Tangan hangatnya melingkari punggungku. Aku merasakan gelombang kasih sayang, cinta, dan pendambaan yang ia pancarkan padaku. Fea kami telah menyatu untuk selamanya. Apapun yang ia rasakan tidak akan luput dariku, sebab akupun merasakannya. Rasa cinta yang kurasa padanya adalah karena ia juga mencintaiku. Dan keharuanku makin bertambah saat merasakan betapa besar cintanya padaku. Aku mengintip memorinya sedikit, Valar, ia rela mati memudar asal selalu berada disampingku. Seketika aku kini menjadi pusat semesta baginya, begitupun sebaliknya. Aku berjanji akan membuat Legolas dan anak kami bahagia.

His Possession (Completed)Where stories live. Discover now