Chapter 22 : The Princes and the Gifts

2.6K 196 11
                                    

Oropher menyerang lagi ellon dihadapannya dengan pedang. "Gerakkan kakimu!" Titah Ellon itu. Suara dentingan pedang yang beradu menggema di lapangan latih istana. Disisi lain lapangan, Finarfin melatih ketangkasan bela diri dengan pelatihnya. Keduanya lalu duduk berdampingan di tepi lapangan dengan keringat menetes dari tubuhnya.

Pelayan yang sedari tadi menunggui kedua pangeran itu langsung memberikan handuk dan air minum. Mereka berdua sudah terbiasa dengan kehadiran pelayan yang terus mengikuti mereka seperti bayangan, meskipun seringkali mereka mengerjai pelayan-pelayannya itu.

Waktu masih balita, mereka sering berlarian dengan tubuh telanjang keliling istana setelah mandi. Ibunya dan para pelayan berlarian mengejar kedua culprit itu. Mereka berdua juga pernah menyelinap ke kamar Elladan untuk mengunci lemari pakaiannya, dan menyembunyikan kuncinya. Aksinya itu ketahuan prajurit yang sedang berjaga di koridor bangsawan. Akhirnya kedua elfling itu dihukum Thranduil melipat seluruh pakaian di ruang Laundry istana.

Di usianya yang ketujuh tahun, sudah terlihat perbedaan-perbedaan dari si kembar beda gen itu. Ketika Finarfin menyukai hal-hal berbau sains dan penelitian, Oropher lebih tertarik dengan aktivitas fisik. Meskipun malasnya kelewatan, tapi Oropher mudah menyerap pelajaran dan hal baru dengan cepat. Thranduil merasa bangga dengan kecerdasan kedua cucunya dan untuk memenuhi kriteria lainnya sebagai pemimpin, Thranduil menjadwalkan keduanya untuk latihan fisik. Dia berkata itu akan sangat berguna jika mereka sudah besar nanti. Seorang pewaris kerajaan wajib memiliki kemampuan bertempur.

"Menurutmu naneth akan melahirkan bayi perempuan atau laki-laki?" Tanya Finarfin.

"Aku maunya laki-laki, mereka bisa diajak bermain."

"Tapi kan naneth mengandung tiga bayi. Kalau ketiganya laki-laki, mereka akan sangat berisik."

"Itu lebih baik daripada tiga perempuan. Aku tidak mau dikerubungi adik-adik yang rewel. Mereka pasti akan memaksaku bermain mainan anak perempuan. Dan kalau aku menolak, mereka akan menangis dan Naneth pasti akan memarahiku."

"Benar juga." Finarfin melihat ke sisi lain lapangan. "Kak, lihat anak itu. Dia kan yang dulu menjewermu di pesta."

Dari jauh, mereka berdua melihat segerombol anak perempuan bermain di taman. Oropher melihat anak perempuan yang berbulan-bulan lalu pernah mengganggunya. Dia bersama teman-temannya. Anak-anak itu berburu kupu-kupu dan memasukkannya ke dalam toples. Finarfin baru ingat tugas sekolahnya untuk mengumpulkan specimen serangga. Sebelum dia sempat mengingatkan kakaknya tugas itu, Oropher sudah mengambil ulat bulu.

"Kau mau bawa ulat itu ke sekolah?" Tanyanya.

Oropher menggeleng, "Bukan. Ini untuk anak itu." Dia menyeringai nakal, "Lihat saja." Dia mengendap-endap masuk ke taman. Anak-anak perempuan itu duduk bersimpuh melihat hasil tangkapan mereka.

"Ini punya Nellie." Tunjuk Emily pada kupu-kupu berwarna biru. "Ini punya Miranda, Alasse, dan yang ini punyaku." Keempat anak itu mengangguk setuju. Tanpa mereka sadari, Oropher menaruh ulat besar di bajunya Emily.

"Ular!" Pekik Miranda, dia lompat menjauhi Emily. Sontak anak lainnya melakukan hal yang sama. "Ular! Ada Ular!"

Emily melihat pundaknya dan menjerit. "Naneth!" Teriaknya panic. Dia melompat-lompat agar makhluk itu jatuh. Melihat makhluk itu menggeliat, membuatnya histeris.

Oropher tertawa keras, "Itu bukan ular! Dasar anak pelayan!" Sambil terus tertawa dia pergi meninggalkan Emily yang masih menangis histeris.

"Ulatnya sudah tidak ada."

Emily menoleh dan melihat Finarfin yang memegang ranting pohon, ulat besar menggeliat di ranting itu. Dia menaruh ranting itu di semak terdekat. Dia mengeluarkan sapu tangan dan memberikannya pada Emily "Ini. Jangan menangis lagi."

His Possession (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang