Chapter 16 : The Last War

2.4K 191 15
                                    



Malam harinya, Raja Theoden menatap jumlah pasukan yang berkumpul di Dunharrow. "Ini bahkan kurang dari setengah jumlah yang dibutuhkan." Katanya.

Eomer yang berdiri disampingnya ikut menatap barisan tenda prajurit dihadapannya, "Hanya ini yang bisa dikumpulkan. Setidaknya mereka masih punya harapan dan semangat."

Dengan lembut Theoden menatap Eomer. "Paman punya firasat. Entahlah. Tapi Jika paman nanti tidak selamat, tahta Rohan akan diberikan padamu."

"Aku tidak ingin menjadi raja diatas kematianmu, Paman."

"Kau satu-satunya keluarga kerajaan Rohan yang tersisa selain adik perempuanmu. Berjanjilah kau akan menjaga Rohan dan tidak membiarkan rakyatmu tercerai berai."

Dengan berat hati Eomer mengangguk. Dia memang ingin menjadi orang hebat seperti Pamannya dan bermimpi suatu saat akan berada di posisinya. Tapi dia tidak mau jadi raja jika itu berarti pamannya harus mati.

"Tidurlah, besok pagi kita berangkat. Kita akan menunggang selama dua hari tanpa henti. Mungkin kita akan sedikit terlambat sampai disana." Kata Theoden seraya berbalik arah dan hendak kembali ke tendanya.

Tiba-tiba dia tersentak dan berhenti. Master Gean telah berdiri dihadapannya dengan tangan mengepal dipunggungnya. "Kalian tidak akan terlambat." Katanya seraya menatap langit di belakang Theoden.

Theoden berbalik arah lagi dan mendongak keatas. 30 pesawat angkut terbang diatas tenda-tenda prajurit. Para prajurit berbondong-bondong keluar tenda dan memandang pesawat-pesawat itu dengan takjub.

Raja Theoden menganga dan kembali menatap Master Gean, "Aku tidak tahu bagaimana lagi harus berterima kasih padamu."

"Kami juga akan mengirimkan pasukan Agartha terbaik ke medan pertempuran."

Perasaan lega meluap begitu saja pada Raja Theoden. Seperti beban yang dipikulnya perlahan-lahan diangkat. "Tadinya kami telah berputus asa. Jumlah pasukan kami kurang. Terlebih semangat mereka luntur ketika melihat Aragorn pergi."

Master Gean mengernyitkan dahi, "Pergi? Kenapa dia pergi saat kita akan berperang?"

"Memang seharusnya dia pergi. Dia dengan Legolas dan Gimli. Mereka pergi untuk merekrut pasukan dari Dimholt."

Raja Theoden membimbing Master Gean ke depan sebuah jalan diantara kedua tebing. Jalan tersebut langsung mengarah ke Dimholt. Angin dingin tiba-tiba keluar menghempas Master Gean. Dengan indera keenamnya, dia mendengar teriakan-teriakan memilukan berasal dari belakang gunung. "Penghuni macam apa yang menghuni tempat itu?"

"Mereka adalah pasukan arwah. Zaman dulu orang-orang pegunungan bersumpah untuk membantu raja Gondor berperang. Tapi ketika waktunya tiba, mereka justru lari dan bersembunyi ditempat itu. Isildur mengutuk mereka. Jiwa mereka terikat dengan sumpah itu, tidak akan bisa tenang selamanya. Dan Aragorn sebagai pewaris Isildur akan menagih sumpah mereka."

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cahaya matahari tidak jatuh di Minas Tirith. Sinarnya ditutupi awan hitam yang menyelimuti kota itu. Genderang perang bergemuruh mengiringi ribuan pasukan Sauron ke depan tembok Minas Tirith. Setelah kekalahan bonekanya—Saruman—di Helm's Deep, kini dia mengetahui bahwa ada pasukan dari dunia lain yang jauh lebih hebat darinya. Dia mengosongkan seluruh pasukannya di Mordor untuk menggempur Minas Tirith. Kini lebih dari 20ribu pasukannya berdiri. Siap menghancurkan kota terakhir para Raja itu.

Penduduk Minas Tirith tidak bisa lari dari peperangan. Mereka harus bertahan di kotanya apapun yang terjadi. Para ibu menciumi anaknya, melindungi mereka dari pasukan Orc yang berdiri tak jauh dari tembok kota.

His Possession (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang