Syar'i Sejak Dini

4.5K 301 1
                                    

SYAR'I SEJAK DINI

Oleh Hana Annisa Afriliani, S.S.

Setiap orangtua tentu mengharapkan anak-anaknya menjadi soleh dan solehah. Sementara anak soleh dan solehah tidak akan terwujud hanya dengan doa, mesti ada usaha. Adapun usaha mensolehkan anak butuh kesabaran, kerja keras dan komitmen.

°

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari & Muslim)

°

Oleh karena itu setiap orangtua harus menanamkan akidah Islamiyah sejak dini kepada anak, seperti mengenalkan siapa penciptanya, siapa Rasulnya, apa kitabnya dan gambaran kehidupan setelah kematian. Caranya? Bisa melalui cerita, lagu-lagu, dan film. Orangtua harus kreatif, sehingga anak tertarik untuk menyimaknya.

°

Upaya penanaman akidah ini dilakukan setiap saat, tidak mengenal batas waktu. Bisa diselipkan pada saat anak bermain, cerita sebelum tidur, dan lain-lain.

°

Pembiasaan melaksanakan hukum syara juga dimulai sejak dini, jangan menunggu baligh. Karena saat baligh, adalah waktunya pelaksanaan total bukan belajar lagi. Anak perempuan sejak bayi dibiasakan menutup auratnya, agar ia terbiasa dengan identitasnya sebagai seorang muslimah. Alhamdulillah saya sudah membiasakan kedua putri saya berkerudung sejak usia satu bulan.

°

“Kasian gerah..masih bayi...” di sinilah setiap ibu harus cerdas memilih bahan yang mudah menyerap keringat. Kalau memang kegerahan, ya tinggal dibuka saja kerudungnya, karena memang belum wajib atasnya, yang terpenting sejak awal kita sudah membiasakan pakaian syar'i padanya. Bukan sengaja memakaikan pakaian ‘seksi’ keluar rumah.

°

"Iih sayang banget.. padahal banyak aksesoris dan pakaian anak perempuan yang lucu-lucu, masa sih pakaiannya gitu-gitu aja.." saya tidak pernah tertarik dengan aksesoris dan pakaian ‘seksi’ untuk anak, lebih baik membelikan jilbab dan kerudung untuknya.

°

Pembiasaan sejak dini membuat anak memahami lebih dini tentang kewajibannya menutup aurat,  tanpa perlu kita paksakan. Keluar rumah anak akan otomatis mengambil jilbab dan kerudungnya. Karena itu yang selalu kita pakaikan sejak dia masih dalam buaian. Benar, ini sudah banyak terbukti baik pada putri saya maupun cerita beberapa teman saya.

Pemahaman tentang kewajiban berjilbab dan berkerudung juga akan terwujud manakala ibunya memberikan keteladanan. Ini yang utama, bagaimana mungkin anak istiqomah berpakaian syar'i sementara sang ibu dengan enteng lepas-pakai kerudung? Atau bahkan sang ibu tanpa berdosa keluar rumah dengan mengumbar aurat. Tentu anak akan melihat ibunya sebagai model, karena ibu adalah sosok ideal di mata sang anak.

°

Selain soal pakaian, makanan halal dan thoyib pun wajib dikenalkan kepada anak sejak dini. Adalah sebuah kesalahan jika dengan alasan biar anak anteng, diturutilah semua kemauan anak untuk jajan. Sementara orangtua lalai memantau makanan dan minuman apa saja yang masuk ke perut anak. Ini jelas sangat mengkhawatirkan, sebab makanan yang tidak halal dan thoyib akan melemahkan jiwa anak dan membuatnya mudah terserang penyakit. Selain itu, anak juga akan cenderung lambat mencerna ilmu.

°

Padahal sebaik-baiknya bekal kehidupan adalah ilmu. Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Maka tidak bijak rasanya menumpulkan akal anak hanya karena kita tidak ingin direpotkan dengan masalah menyiapkan makanan halal dan toyib untuk anak. Anak dibiarkan jajan sesuai keinginannya tanpa dipantau zat dan kandungan yang terdapat di dalam makanan yang mereka makan.

°

Menjadi ‘cerewet' dalam masalah memilih jajan saja saya rasa tidaklah berlebihan, semua demi terwujudnya tubuh yang sehat, akal yang cemerlang dan keimanan yang kokoh.

°

Pernah suatu kali anak saya ditawari snack oleh temannya, kemudian dia menolak sambil berkata, “engga ah itu kan gak toyib!” alhamdulillah usia empat tahun dia sudah paham konsep makanan halal dan toyib. Begitu juga kakaknya yang berusia belum genap tujuh tahun dia sudah tahu makanan yang mengandung MSG, pewarna buatan, pemanis buatan, dan lainnya itu tidak boleh dia makan.

°

Menjadikan anak mencintai Al-Quran juga dimulai sejak dini. Konsisten memperdengarkan lantunan ayat suci Al-Quran daripada lagu-lagu merupakan wujud upaya kita menjadikan jiwa anak lekat dengan kalam ilahi. Dan saat anak mulai bisa bicara, mulailah membuat program agar anak menghafal Quran. Ini juga butuh komitmen dari orangtua. Bagaimana mungkin anak akan menjadi soleh dan solehah jika kitab sucinya saja jarang terucap dari lisannya?

°

Menjadikan anak syar'i sejak dini memang butuh komitmen dari orangtua. Tidak bisa setengah-setengah. Di satu waktu boleh dan di waktu lain tidak boleh. Ini justru membuat anak bingung.

°

Benarlah adanya bahwa menjadi orangtua itu adalah proses belajar yang tak berkesudahan, butuh ilmu serta komitmen. Sebab menjadi orangtua bukan sebatas melahirkan anak dan membesarkannya, tetapi juga mewujudkan konsep ideal dalam dirinya sebagai khoiru ummah (umat terbaik) yang akan menjadi cahaya di tengah-tengah peradaban, menjadi insan mulia di mata Rabbnya. Wallahu'alam....

#Muhasabah
#CatatanAnnisa
#BelajarNulis

Yuk Belajar Islam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang